Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Industri Padat Karya Melemah, Ekonom Sarankan Pemerintah Beri Diskon Tarif Listrik 50 Persen

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan industri padat karya melemah akibat terjadinya penurunan ekspor. Jika tidak segera ditanggulangi, Bhima memperkirakan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal akan terjadi.

29 Oktober 2022 | 20.46 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan industri padat karya melemah akibat terjadinya penurunan ekspor. Jika tidak segera ditanggulangi, Bhima memperkirakan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal akan terjadi.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia pun menyarankan pemerintah untuk memberikan relaksasi kepada pelaku industri padat karya, salah satunya dengan pemberian diskon tarif listrik. "Diskon tarif listrik bisa diperbesar menjadi 50 persen misalkan di beban puncak," ucapnya saat dihubungi Tempo pada Sabtu, 29 Oktober 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Bhima, langkah tersebut bisa menjadi cara agar industri padat karya terselamatkan di tengah ancaman resesi global tahun depan. Adapun penurunan ekspor di industri padat karya terjadi terjadi akibat negara tujuan ekspor terbesar, Amerika Serikat dan Eropa sedang mengalami penurunan daya beli akibat inflasi yang tinggi saat ini. 

Bhima menjelaskan industri padat karya rentan terhadap ancaman resesi karena Indonesia hingga kini mesih bergantung pada negara-negara tujuan ekspor tradisional, seperti Amerika Serikat dan Eropa. Di sisi lain, manufaktur tekstil di Indonesia berkaitan kuat dengan penjualan pakaian dari sejumlah merek internasional. 

Oleh karena itu, ia juga menyarankan agar mengalihkan pasar ekspor sedang lesu itu ke pasar domestik. "Apalagi konsumsi masyarakat sebenarnya masih sangat besar," ucapnya. 

Selain itu, menurut Bhima pemerintah memberdayakan intelejen pasar untuk memetakan pasar-pasar ekspor alternatif, misalnya ke negara Timur Tengah. Sehingga, penurunan ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa bisa ditanggulangi dengan mengalihkannya ke pasar domestik, maupun pasar alternatif yang dinilai tak terimbas resesi global. 

Untuk meningkatkan konsumsi dalam negeri, menurut Bhima, pemerintah bisa memberikan relaksasi pada pajak pertambahan nilai (PPN). Sebab, jika tarif PPN turun masyarakat kelas menengah bisa tergerak untuk membeli produk dari industri padat karya, misalnya pakaian jadi, sepatu, dan lainnya. 

Di sisi lain, penambahan bantuan subsidi upah (BSU), khusus para pekerja di sektor padat karya juga bisa membantu meringankan beban pelaku industri. Ia menyarankan agar BSU tidak hanya ditambah nominalnya, tetapi juga jumlah penerimanya. 

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Riani Sanusi Putri

Riani Sanusi Putri

Reporter di Tempo

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus