Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Menanti Pengeboran Sumur Baru Blok Rokan

Setahun mengelola Blok Rokan, Pertamina telah mengebor 376 sumur baru dan meningkatkan produksi minyak menjadi 161 ribu barel per hari.  

9 Agustus 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEKANBARU - Hampir setahun setelah mengambil alih pengelolaan wilayah Rokan atau Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia pada 9 Agustus 2021, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) telah mengebor 376 sumur baru. Tahun ini, PHR menargetkan mengebor 502 sumur baru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk mencapai target tersebut, PHR akan menambah rig pengeboran. "Saat ini ada 21 rig, akhir tahun ini akan ditambah menjadi 27 rig," kata Direktur Utama PT Pertamina Hulu Rokan, Jaffee A. Suardin, di Pekanbaru, Senin, 8 Agustus 2022. Rig adalah instalasi pengeboran untuk mendapatkan minyak bumi ataupun gas. Sebelum dikelola PHR, Blok Rokan hanya memiliki sembilan rig. Selain itu, PHR menambah jumlah rig kerja ulang dan perbaikan sumur (WO/WS), dari 25 rig menjadi 32 rig WO/WS.

Dengan 376 sumur baru saat ini, Blok Rokan rata-rata memproduksi 161 ribu barel setara minyak per hari. Adapun pada akhir Juli 2021, sebelum dikelola PHR, rata-rata produksi Blok Rokan di bawah 160 ribu barel minyak per hari. Namun nilai tersebut lebih rendah dibanding rata-rata produksi pada 2018 sebesar 209 ribu barel per hari.

Menurut Jaffee, produksi Blok Rokan telah menyumbangkan 30 persen dari total produksi subholding upstream Pertamina atau sekitar 26 persen dari total produksi nasional. Blok Rokan pun menyumbangkan sekitar Rp 30 triliun penerimaan negara dari pajak ataupun penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rig (alat pengeboran minyak bumi) PDSI 49 milik PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) di Duri, Riau, 8 Agustus 2022. ANTARA/Aditya Pradana Putra

Produksi Migas Pertamina Ikut Melonjak 

Capaian PHR di Blok Rokan ikut berkontribusi terhadap peningkatan produksi Pertamina secara keseluruhan. Saat ini Pertamina mampu meningkatkan produksi migas sebesar 965 ribu barel setara minyak per hari dibanding periode yang sama pada tahun lalu sebesar 850 ribu barel per hari

"PHR mampu melewati proses transisi, mencakup cultural engagement yang meliputi penyesuaian proses bisnis, budaya kerja dan sistem manajemen keselamatan, serta sharing best practice dengan entitas Pertamina lainnya sehingga operasional Blok Rokan berjalan lancar," ujar Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati.

Dia mengatakan wilayah kerja dengan kompleksitas tinggi dan skala terbesar di regional Asia Tenggara membuat pengelolaan Blok Rokan oleh PHR menjadi model alih kelola terbaik.

Menurut Nicke, selain meningkatkan produksi migas dari rata-rata 158,7 ribu barel per hari menjadi 161 ribu barel per hari, pengeboran yang masif dan agresif di Blok Rokan menambah volume cadangan. Volume cadangan migas bertambah dari 320,1 juta barel setara minyak per hari (MMBOE) pada awal transisi menjadi 370,2 MMBOE setelah satu tahun alih kelola.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati di Rumbai Country Club PT PHR, Pekanbaru, Riau, 8 Agustus 2022. ANTARA/Aditya Pradana Putra

Direktur ReformMiner Institute, Komaidi Notonegoro, mengatakan ada upaya serius dari PHR untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan produksi dengan melakukan kegiatan pengeboran yang cukup masif. Dia menilai target 500 sumur baru tahun ini sangat mungkin dicapai. "Masih ada sisa sekitar empat bulan lebih untuk mengejar target," kata dia.

Komaidi mengingatkan bahwa menaikkan produksi tidak hanya soal volume, tapi juga menyangkut biaya produksi. Menurut dia, volume produksi bisa saja dinaikkan. Tapi, jika biayanya lebih besar dari harga jual, sebaiknya tidak dilakukan. Dia menganggap hal tersebut menjadi dilema pada sumur migas yang sudah matang seperti Rokan.

Komaidi mengatakan, secara umum, tantangan utama produksi migas nasional adalah sebagian besar atau sekitar 70 persen bergantung pada lapangan yang sudah matang yang membutuhkan biaya lebih besar. Karena itu, kunci utama untuk menaikkan produksi adalah proyek harus memenuhi keekonomian yang sering kali memerlukan insentif, baik fiskal maupun nonfiskal.

Adapun pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, mengatakan tantangan bagi PHR saat mengelola Blok Rokan adalah penurunan produksi pada sumur yang telah ada. Sebab, melihat pengalaman di Blok Mahakam dan Blok Madura, produksi terus turun. Karena itu, PHR disarankan mengebor sumur-sumur baru. "Prioritaskan mengebor sumur-sumur baru di sekitar kawasan Rokan dengan menggunakan teknologi tinggi," kata dia.

Fahmy juga memprediksi Blok Rokan mustahil mencapai produksi rata-rata 209 ribu barel per hari seperti pada 2018. Pasalnya, Blok Rokan sudah dieksploitasi selama 30 tahun sehingga tinggal sisa cadangan. Selain itu, kata Fahmy, Pertamina dituntut mencari sumber minyak baru di cekungan dan lepas pantai, yang sudah terbukti secara geologi.

KODRAT
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus