Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Insentif kendaraan listrik berupa pengurangan harga dinilai tidak cocok untuk mobil listrik.
Harga mobil listrik kelas menengah masih akan berkisar di atas Rp 500 juta setelah disubsidi.
Gaikindo yakin pertumbuhan penjualan motor listrik akan lebih cepat dengan stimulus tersebut.
JAKARTA - Keputusan pemerintah tidak memberi bantuan tunai untuk pembelian mobil listrik didukung sejumlah pihak. Insentif kendaraan listrik berupa pengurangan harga dinilai lebih cocok untuk sepeda motor listrik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jika digunakan untuk mobil, insentif yang rencananya sebesar Rp 80 juta hanya bisa mengurangi 10 persen harga mobil listrik kelas menengah," kata peneliti dari Institute of Essential Services Reform (IESR), Ilham R.F. Surya, kemarin, 21 Februari 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak tahun lalu, pemerintah mengembuskan gagasan pemberian bantuan Rp 80 juta untuk pembeli mobil listrik berbasis baterai dan Rp 40 juta untuk mobil listrik berbasis hibrida. Selain itu, pembeli sepeda motor listrik, baik baru maupun konversi, bakal mendapat bantuan Rp 7 juta per unit. Namun Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menyatakan rencana tersebut berubah. "Untuk roda empat bukan dalam bentuk uang," katanya pada Senin, 20 Februari lalu.
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan stimulus akan diberikan salah satunya dalam bentuk pajak. Sebagai contoh, pemerintah memangkas pajak pertambahan nilai kendaraan yang sekarang besarnya 11 persen. Menurut Luhut, pelonggaran sampai 1 persen pun belum bisa membuat Indonesia bersaing dengan Thailand dari sisi mobil listrik. "Jadi, kita masih kasih insentif lain," tuturnya.
Pengunjung melihat sepeda motor listrik merek Alva di showroom kawasan SCBD, Jakarta, 30 Januari 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Menurut Ilham, harga mobil listrik kelas menengah masih akan berkisar di atas Rp 500 juta setelah disubsidi. Merujuk pada data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pada 2021, hanya 0,1 persen pasar yang mampu membeli kendaraan dengan harga sebesar itu. Saat ini penjualan mobil didominasi oleh kendaraan di harga Rp 200-300 juta.
Ilham mengatakan stimulus tersebut terhitung masih rendah. Di negara-negara yang pasar kendaraan listriknya sudah berkembang, pengurangan harganya berkisar 15-20 persen, bergantung pada jenis dan performa kendaraannya. Sebagai gambaran, Singapura memberi insentif pengurangan harga sebesar 24 persen, India 23 persen, dan Thailand 15 persen.
Sementara itu, jika subsidi diberikan kepada sepeda motor listrik, pemerintah bisa melihat dampak yang lebih signifikan. Bantuan Rp 7 triliun sudah bisa memangkas hampir setengah harga sepeda motor listrik di pasar. Agar lebih efektif, IESR menyarankan pemerintah memilah dengan ketat calon penerima bantuan. Misalnya terbatas bagi mereka yang sumber pendapatannya bergantung pada sepeda motor, seperti ojek online atau kendaraan logistik.
Ilham juga menyarankan ada syarat soal tingkat kandungan dalam negeri atau TKDN. "Jika digabungkan, ini akan membantu industri di dalam negeri untuk lebih berkembang," katanya.
Kata Gaikindo Soal Insentif Tunai Mobil Listrik
Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, pun sepakat bahwa pemberian insentif tunai untuk kendaraan listrik roda empat tak akan membawa terlalu banyak perubahan dari segi penjualan. "Kalau untuk mobil, tidak terlalu terpengaruh," katanya. Hasilnya akan berbeda dengan subsidi untuk sepeda motor listrik karena bisa memangkas harga cukup besar. Dia yakin pertumbuhan penjualan sepeda motor listrik akan lebih cepat dengan stimulus tersebut, mengingat masifnya adopsi kendaraan roda dua di dalam negeri saat ini.
Marketing Director Toyota Astra Motor, Anton Jimmi Suwandy, menuturkan perlu ada tambahan insentif agar harga mobil listrik bisa lebih terjangkau. "Dan dukungannya tidak hanya untuk BEV, tapi juga untuk PHEV dan HEV supaya bisa menjangkau konsumen yang lebih luas," ujarnya. BEV merupakan mobil listrik berbasis listrik, sedangkan PHEV dan HEV merupakan hibrida.
Analis energi dari Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA), Putra Adhiguna, menilai pemerintah perlu stimulus selain bantuan tunai. Untuk mengembangkan kendaraan listrik, pemerintah perlu membatasi penggunaan bahan bakar minyak hingga produksi kendaraan berbahan bakar minyak. "Pemerintah juga dapat mempertimbangkan untuk memfasilitasi sejumlah hal, seperti akses pada sumber daya bahan baku kendaraan listrik," kata Putra.
VINDRY FLORENTIN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo