Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menanggapi insiden penggunaan mikrofon pesawat Lion Air oleh Neno Warisman, pada Sabtu pekan lalu. “Kalau dari sisi regulasi memang serangkaian kegiatan itu salah, artinya pilot memberikan kesempatan kepada penumpang untuk menyatakan sesuatu,” ujarnya, di sela Rakorpusda Bank Indonesia dan Pemerintah, di Royal Ambarukmo, Jakarta, Rabu, 29 Agustus 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Budi menuturkan pihaknya telah menindaklanjuti insiden tersebut, yaitu penanganan langsung di bawah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. “Memang sudah ditangani, dan direkomendasikan agar Lion Air memberikan sanksi kepada pilot, melalui teguran secara khusus,” katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Manajemen Lion Air sendiri sebelumnya telah menjatuhkan sanksi kepada awak kabin dan pilot. Mereka dihukum lantaran memebrikan izin kepada Neno, penumpang pesawat untuk menggunakan mikrofon pesawat atau Public Address System (PAS) pada penerbangan JT-297 itu.
Baca: Neno Warisman Bicara Lewat Mikrofon Lion Air, Apa Sanksinya?
“Kami sudah mengenakan sanksi tidak boleh terbang atau grounded kepada pilot dan awak kabin yang memberikan izin,” ujar Corporate Communications Strategic Lion Air Danang Mandala Prihantoro, dalam keterangan tertulis. Danang menuturkan mikrofon pesawat tersebut seharusnya hanya boleh digunakan oleh awak pesawat, sehingga yang dilakukan Neno merupakan pelanggaran ketentuan pengoperasian pesawat. “Juga pelanggaran peraturan perusahaan.”
Neno Warisman menggunakan mikrofon pesawat pada penerbangan Lion Air JT 297 Pekanbaru-Jakarta, Sabtu, 25 Agustus 2018. Saat itu pesawat telah terbang beberapa menit dan tanda dikenakan sabuk pengaman dipadamkan. Permintaan itu dikabulkan dan diizinkan oleh awak kabin yang bertugas di bagian depan.
Melalui mikrofon, Neno Warisman bicara tentang insiden penghadangan dirinya di Pekanbaru. Dia juga meminta maaf karena insiden tersebut pesawat terlambat terbang.
GHOIDA RAHMAH | FAJAR PEBRIANTO