Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Ekonomi

Berita Tempo Plus

Menimbang Investasi Menjelang Resesi

Di tengah ancaman resesi global, emas dianggap sebagai investasi dengan prospek cerah. Ada pula reksa dana pasar uang dan saham.

24 Januari 2023 | 00.00 WIB

Barang bukti link trading kasus investasi bodong di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, 23 Maret 2022. Dokumentasi Tempo/Muhammad Syauqi Amrullah.
material-symbols:fullscreenPerbesar
Barang bukti link trading kasus investasi bodong di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, 23 Maret 2022. Dokumentasi Tempo/Muhammad Syauqi Amrullah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

JAKARTA -- Di tengah ancaman resesi global yang kian dekat, emas dianggap memiliki prospek yang bagus untuk investasi. “Emas batangan punya prospek positif, bahkan harganya ditaksir bisa mencapai Rp 1,5-1,6 juta per gram dengan kondisi ekonomi global yang mengarah ke resesi,” ujar Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, kepada Tempo, kemarin, 23 Januari 2023.

Menurut Bhima, semakin kuat tekanan resesi, investor akan lebih meningkatkan emas dalam portofolionya. Selain emas, kata dia, investasi yang berprospek positif tahun ini ialah reksa dana pasar uang. Sebab, imbal hasil yang diberikan reksa dana pasar uang lebih tinggi dibanding bunga deposito. Hal itu didukung oleh tren dolar yang terus meningkat dan cukup solid. 

“Instrumen yang punya kaitan dengan suku bunga, seperti surat berharga negara (SBN), akan menghasilkan imbal hasil lebih tinggi sejalan dengan prediksi Bank Indonesia yang masih akan menaikkan suku bunga tiga kali lagi pada tahun ini," ujar Bhima.

Bhima mengatakan, dalam berinvestasi, perlu dicermati pula adanya investasi bodong. Dia menuturkan terdapat beberapa tip yang bisa dilakukan untuk menghindari investasi bodong, terutama bagi pemula. 

Yang terpenting ialah mempelajari legalitas serta rekam jejak perusahaan. Selain itu, kata Bhima, tidak asal ikut karena teman ataupun saudara. Sebelum melakukan transaksi investasi, ucap dia, penting bagi seseorang untuk teliti dalam membaca syarat dan ketentuan. “Mulailah investasi dari nominalnya paling kecil. Barulah pelajari risikonya perlahan. Jangan nafsu lihat keuntungan. Keuntungan yang abnormal itu berisiko tinggi,” ujarnya.

Selain dari sisi nasabah yang harus aktif, menurut Bhima, sikap pro-aktif dari pemerintah, seperti Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), diperlukan. 

Adapun Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad, mengingatkan, meski investasi emas cukup prospektif, nilai positifnya baru didapat dalam kurun waktu lama, yakni 10–15 tahun. Sebab, emas termasuk jenis investasi jangka panjang.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Jihan Ristiyanti

Lulusan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Surabaya pada 2020 , mulai bergabung dengan Tempo pada 2022. Kini meliput isu hukum dan kriminal.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus