Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Jumlah pengguna Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat, dianggap sulit berkembang bila infrastruktur fase pertamanya belum dirampungkan.
Pelaku usaha menyebutkan Pelabuhan Patimban belum bisa menyaingi Tanjung Priok jika belum melayani arus peti kemas.
Kepala Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Patimban, Dian Wahdiana, mengakui tak mudah menggeber konstruksi di tengah pergerakan keluar-masuk kapal.
JAKARTA – Jumlah pengguna Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat, dianggap sulit berkembang bila infrastruktur fase pertamanya belum dirampungkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Utama PT Lookman Djaja, Kyatmaja Lookman, mengatakan fasilitas Pelabuhan Patimban harus disosialisasi secara gencar kepada para produsen di kawasan industri. Tanpa gula-gula layanan, dia menyebutkan, dermaga anyar di Jawa Barat ini akan sepi peminat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Apalagi sekarang perkembangan kawasan industri semakin ke timur Jakarta, seperti Subang dan Purwakarta," ucap dia, kemarin, 13 September 2023. "Pelaku usaha akan mempertimbangkan besarnya biaya menuju Patimban."
Sejak dibuka secara terbatas pada akhir 2020, Pelabuhan Patimban masih difokuskan untuk ekspor-impor kendaraan utuh (completely built-up/CBU) dan belum optimal untuk arus peti kemas.
Ketersediaan crane pun menjadi kunci. Kyatmaja mengimbuhkan, Patimban belum bisa menyaingi Pelabuhan Tanjung Priok jika belum melayani arus peti kemas. Dia sebelumnya mengungkit soal draf atau jarak dasar laut ke lunas kapal di perairan Patimban, yang dalamnya masih sekitar 14 meter. Padahal akan lebih banyak kapal peti kemas yang masuk bila kerukannya diperdalam hingga 18-20 meter.
Akses jalan di Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat. Dephub.go.id
Adapun Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan, Abdul Halim, mengatakan proyek strategis nasional itu belum banyak didatangi pelaku logistik karena minim fasilitas. "Kedalaman alur lautnya juga belum bisa dilalui kapal yang lebih besar lagi," kata Abdul kepada Tempo.
Dengan perkiraan investasi menembus Rp 43,2 triliun, Pelabuhan Patimban menjadi salah satu proyek termahal yang menjadi prioritas pemerintah. Dalam cetak biru rancangannya, pembangunan Patimban membutuhkan sedikitnya satu dekade, yakni dari 2018 hingga 2027.
Pada fase perdana, dermaga jumbo di Subang itu hanya bisa melayani pengiriman dan bongkar-muat 218 ribu unit mobil jadi. Meski area peti kemas berkapasitas 250 ribu TEUs (satuan peti kemas 20 kaki) juga dibangun pada fase ini, belum banyak kapal kontainer yang singgah. Hal itu wajar, mengingat belum banyak crane atau alat bongkar-muat yang tersedia di Patimban. Alur pelabuhannya pun masih harus dikeruk agar bisa menyentuh kedalaman yang cocok untuk kapal pengangkut peti kemas raksasa.
Fase pertama Pelabuhan Patimban juga dibagi menjadi dua. Fase I-1, sebutan untuk bagian paling pertama, berisi lima paket konstruksi yang sudah rampung pada Agustus 2022. Adapun Fase I-2 sedang dikejar agar selesai selambatnya pada 2025. "Kesulitan pengelola Patimban adalah memastikan proyek selesai tepat waktu dan alokasi anggaran tidak disalahgunakan," tutur Abdul.
Pembangunan Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat, ditargetkan kelar sepenuhnya pada 2027. Meski sudah dioperasikan untuk proses bongkar-muat dan pengiriman kendaraan sejak akhir 2020, konstruksi proyek strategis nasional itu masih berlangsung.
Dia menyarankan penguatan promosi Pelabuhan Patimban di kalangan penyedia jasa logistik. Bila fasilitas proyek negara ini tak dipasarkan, para distributor barang lebih berminat memakai dermaga lain, khususnya Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta Utara. "Butuh sosialisasi dan insentif yang bisa dipakai oleh pengguna. Informasinya harus diperluas."
Kepada Tempo, Wakil Ketua Bidang Maritim dan Kepelabuhanan Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Harry Sutanto, juga menceritakan penjadwalan kapal di Pelabuhan Patimban yang belum sesuai dengan kebutuhan pasar. Karena masih dalam tahap pengembangan, belum banyak slot pelayaran yang tersedia di Patimban. "Berbeda dengan Tanjung Priok yang menyediakan banyak opsi jam dan hari."
Kepala Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Patimban, Dian Wahdiana, mengakui soal tantangan pengerjaan Fase I-2 Pelabuhan Patimban. Menurut dia, tak mudah menggeber konstruksi di tengah pergerakan keluar-masuk kapal. "Karena aktivitas pelabuhan mulai ramai," kata dia, kemarin.
Suasana di terminal kendaraan Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat, 29 Maret 2022. ANTARA/M. Ibnu Chazar
Pekerjaan Fase I-2, yaitu terdiri atas 3 paket pekerjaan, sudah termasuk paket konsultan desain dan supervisi untuk pekerjaan konstruksi pada Fase I-1 dan Fase I-2. Dari catatan KSOP Patimban, kontrak paket-paket tersebut sudah ditandatangani pada Oktober dan Desember 2022. Sampai kemarin, progres konstruksi baru 10-11 persen.
Sekretaris Perusahaan PT PP (Persero) Tbk, Bakhtiyar Efendi, menyatakan perseroannya menggarap tiga paket infrastruktur di Pelabuhan Patimban. Dua dari tiga pekerjaan itu sudah rampung masing-masing pada Juni 2021 dan Juni 2022. Manajemen hanya menyisakan satu pekerjaan yang baru 8,3 persen per 31 Agustus 2023. Paket kerja itu meliputi pembangunan jalan ke inner port Patimban, gedung pendukung operasional, serta beberapa konstruksi yang berkaitan dengan lahan, seperti pengerukan (dredging). "Tantangannya memang bekerja di tengah kondisi pelabuhan yang sudah aktif."
YOHANES PASKALIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo