Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Jalan Terang Para Animator

Perkembangan teknologi akan terus menyuburkan industri animasi.

9 Mei 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bekerja menjadi seorang animator memang kerap dipandang sebelah mata, khususnya di Indonesia. Direktur Kreatif The Little Giantz Studio, salah satu perusahaan animasi di Jakarta, Bony Wirasmono, menyayangkan bahwa anggapan tersebut masih terus langgeng dalam benak masyarakat. Padahal, kata dia, industri animasi akan terus tumbuh seiring dengan perkembangan teknologi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Terlebih posisi animator Indonesia lumayan seksi di mata animasi internasional. Tak bisa dibantah lagi kalau kita mulai dilirik pasar internasional," ujar Bony dalam acara Open House The Little Giantz Studio di bilangan Cilandak, akhir pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, menurut Bony, industri animasi belum menggeliat di tengah permintaan yang besar. Padahal, kata dia, wadah hingga edukasi terhadap industri animasi sudah mulai bermunculan. Tawaran-tawaran proyek juga berdatangan dari negara lain. The Little Giantz Studio sendiri sudah pernah berkolaborasi dengan Disney XD, Ubisoft, Lego, Anima Point, Wilfilm, dan Lucasfilm.

Patut disayangkan, ujar Bony, sumber daya manusia dalam industri animasi belum benar-benar siap menjawab tawaran yang terus bergulir tersebut. "Perlu ada pendidikan animasi yang berkualitas. Kita harus siap dari segi sumber daya manusia, infrastruktur, pendidikan, industri, hingga dukungan pemerintah," ujar Bony.

Co-Owner Kolla Community Center, Ellen Xie, mengatakan perkembangan animasi di Indonesia memang masih sangat jauh tertinggal jika dibanding animasi luar, seperti di Hollywood. Industri animasi di Indonesia memang masih terbilang muda. Adapun tahap pertumbuhan industri animasi dalam negeri, kata Ellen, mirip dengan perkembangan industri game. Ketika banyak orang tertarik, maka akan muncul sekolah yang berkonsentrasi pada bidang animasi. Setelah itu baru muncul studio animasi. Setelah matang, produk berbasis teknologi akan bermunculan.

"Indonesia sedang berada pada tahap outsourcing, sekolah, atau studio animasi muncul. Kita hanya tinggal menunggu produk animasi lokal yang dihasilkan sendiri," ujar Ellen.

Hingga saat ini, Ellen menyebutkan industri animasi yang berkembang di Indonesia paling mungkin berada di sektor periklanan atau advertising. Meski begitu, Ellen yakin masa depan industri animasi kian terang lantaran saat ini produk animasi dan game telah banyak yang berkolaborasi (blending). Animasi juga saat ini sudah banyak yang menggunakan perangkat game.

Menurut dia, kolaborasi yang dilakukan itu dapat membantu produksi animasi. Terlebih dengan adanya teknologi virtual reality, kolaborasi perangkat animasi dan game juga akan semakin marak. "Menurut pandangan saya, masa depan industri animasi di Indonesia akan mengarah ke sana," ujar Ellen.

Seorang animator yang telah terjun di industri animasi profesional selama 10 tahun, Ronny Gani, menuturkan sebetulnya tidak bijak jika membandingkan perkembangan industri animasi di Indonesia dengan negara lain. Terlebih, kata dia, industri animasi Tanah Air baru mulai berkembang pada 2007. Meski tak sedikit perusahaan animasi yang secara bisnis tak stabil, pria yang ikut melibatkan diri sebagai animator film Avengers: Infinity War ini mengatakan industri animasi tidak akan mati. "Perusahaan tutup bukan berarti industri animasi tutup, apalagi dengan adanya perkembangan teknologi," ujar Ronny.

Pendiri Bengkel Animasi ini melihat bahwa industri animasi bakal menggeliat dari berkembangnya telepon pintar. Menurut dia, karier sebagai seorang animator akan terus dibutuhkan lantaran tidak ada smartphone yang tidak membutuhkan konten animasi dalam visualisasinya. Ronny menyebutkan hampir seluruh konten perangkat berbasis visual menggunakan jasa studio animasi. "Content creator itu akan terus berkembang dan dibutuhkan," kata Ronny.

Tak hanya smartphone, televisi pun turut berkembang dan membutuhkan jasa seorang animator. Apalagi, kata dia, saat ini banyak masyarakat yang memilih streaming film dan serial televisi berlangganan, seperti Netflix, Amazon, Hooq, dan iFlix. Menurut Ronny, banyak platform baru yang membutuhkan konten digital lewat animasi. Industri animasi, kata Ronny, akan terus berkembang siapa pun pelakunya.

"Teknologi sudah semakin canggih. Itu akan menciptakan peluang bagi studio baru dan pelaku industri animasi," ujar Ronny.

Kuat di Artistik, Lemah di Cara Bercerita

Pendiri Bengkel Animasi, Ronny Gani, tak meragukan kemampuan artistik animator Indonesia. Namun animasi yang berkualitas tak hanya bergantung pada kemampuan visualisasi. Apalagi teknologi saat ini sudah bisa menggantikannya.

Menurut Ronny, hal esensial yang dibutuhkan oleh seorang animator adalah kemampuan untuk bercerita atau story telling. Ronny menuturkan, apa pun yang dikerjakan oleh seorang animator adalah sebuah proses bercerita. "Dalam setiap bagian, harus ada cerita yang harus dikembangkan," ujarnya.

Meski begitu, Ronny mengatakan, kemampuan bercerita seorang animator tak lahir dan datang dengan sendirinya. Artinya, kemampuan tersebut perlu diasah dan dilatih terus-menerus. Butuh jam terbang untuk meningkatkan kualitas. "Itu porsi besar dalam animasi. Seorang animator harus mampu membantu lajunya story telling dalam setiap shoot yang diciptakan," ujar Ronny.

Co-Owner Kolla Community Center, Ellen Xie, pun menambahkan, dalam setiap animasi yang dibuat, perlu ada pesan yang disampaikan. Menurut Ellen, panjang atau tidaknya usia animasi yang dibuat sangat bergantung pada pesan yang terkandung. Ia mencontohkan serial animasi Sponge Bob Square Pants yang masih langgeng hingga saat ini.

"Sesederhana serial (Malaysia) Upin dan Ipin yang mampu bertahan hingga beberapa tahun di dalam negeri karena mereka mampu menyampaikan pesan di dalamnya. Animator harus mampu menyampaikan pesan lewat media animasi," kata Ellen. LARISSA HUDA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus