Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Manajemen PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tengah menyelesaikan proses uji tuntas (due diligence) calon investor strategis untuk anak usaha perseroan, Jiwasraya Putra. Direktur Utama Asuransi Jiwasraya, Hexana Tri Sasongko, menuturkan skema investor strategis ditempuh sebagai salah satu opsi penyelamatan dan penyehatan untuk memenuhi kebutuhan dana segar dalam jangka pendek.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jiwasraya Putra harus menemukan partner strategis paling lambat Maret 2020. Ini salah satu yang diandalkan untuk sumber dana," ujar dia selepas rapat bersama Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan dokumen yang disampaikan manajemen Jiwasraya kepada DPR, skema investor strategis ini diharapkan mampu menghasilkan dana hingga Rp 5 triliun untuk membantu likuiditas dan solvabilitas perseroan. Namun dana tersebut tak mencukupi kebutuhan dana yang diproyeksikan mencapai Rp 32,89 triliun agar Jiwasraya mampu memperbaiki kinerja keuangan. "Ini tidak bisa dengan solusi tunggal, harus ada tahapan-tahapan," kata Hexana.
Saat ini, ada lima investor yang berminat, yaitu empat entitas asing dan satu entitas dalam negeri. Hexana mengungkapkan, dalam proses pencarian investor, manajemen berkomitmen untuk menerapkan prinsip kehati-hatian dan good corporate governance yang bertanggung jawab. "Kenapa ada investor yang mau, ya karena yang kami jual kepada investor bukan nilai buku atau balance sheet yang ada saat ini, melainkan new business value dan captive market yang dimiliki, sehingga mereka melihatnya sebagai potensi," ucap dia.
Ihwal pembayaran klaim nasabah yang akan jatuh tempo pada periode Oktober-Desember 2019 senilai Rp 12,4 triliun, Hexana mengatakan, perseroan masih belum dapat memenuhinya. "Tentu tidak bisa. Saya minta maaf kepada nasabah karena saya selalu tidak bisa memastikan kapan dibayar, tanggal berapa. Semuanya berproses," kata dia. Meski demikian, Hexana memastikan perseroan akan bertanggung jawab dan melunasi tunggakan klaim tersebut. "Kami tentu tidak akan menunda pembayaran kalau dananya sudah ada, salah satunya yang kami harapkan dari investor ini."
Manajemen Jiwasraya di satu sisi juga telah mendapatkan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk membayar tunggakan klaim nasabah dengan skema cicilan. "Kalau uangnya tidak mencukupi harus diatur dulu bagaimana memanfaatkannya. Nanti kami akan bicarakan teknisnya," ucap Hexana.
Selain dana dari investor strategis, terdapat tiga opsi penyelamatan dan penyehatan yang disiapkan manajemen Jiwasraya bersama Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Opsi tersebut adalah inisiatif pembentukan holding asuransi yang direncanakan berada di bawah PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI), skema finansial reasuransi, dan yang terakhir adalah penghimpunan dana penyelamatan dari pemilik saham.
Ketua Komisi Keuangan DPR Dito Ganinduto mengatakan, berdasarkan kesepakatan bersama Kementerian Keuangan, hingga saat ini tak ada rencana pemberian suntikan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk Jiwasraya. "Bukan APBN, tapi lebih kepada penyelesaian business to business," kata dia. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan Isa Rachmatarwata. "Tidak ada rencana pemberian penyertaan modal negara (PMN) untuk Jiwasraya di 2020. Kami akan mencari cara lain untuk mengatasi hal ini," ujar dia. GHOIDA RAHMAH
Jiwasraya Gandeng Investor Strategis pada Maret 2020
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo