Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengingatkan siklus resesi telah memendek menjadi setiap 10 tahun. Kondisi ini dihadapi oleh Indonesia pada 1998, selanjutnya 2008 dan saat ini tahun 2019.
"Sekarang 10 tahun setelah 2008, apakah akan terjadi resesi akibat (perang dagang) China-Amerika, Korea dengan Jepang, Brexit, terjadi masalah di Timur Tengah dengan Iran? Geopolitik di empat negara (ini) bisa menimbulkan masalah ekonomi yang besar," kata Jusuf Kalla (JK) di Hotel Borobudur Jakarta, Jumat 9 Agustus 2019.
Jusuf Kalla menuturkan potensi terjadinya krisis sudah mulai didengungkan oleh sejumlah media arus utama di Amerika Serikat.
"Kita juga perlu hati-hati Pak Menko (Perekonomian) sama menteri keuangan, kita tiap 10 tahun bisa terjadi krisis," katanya.
Penyebab krisis ekonomi dunia ini sendiri bersumber dari negara berbeda. Pada 1998, krisis menjalar dari Asia. Sementara, pada 2008 krisis keuangan terjadi dimulai dari kejatuhan lembaga keuangan Amerika Serikat akibat kredit macet akibat surat hutang berbasis masyarakat berpendapatan rendah.
"Krisis (keuangan pada) 2008 kebijakan kita tidak lagi (memberlakukan) blanket guarantee (seperti 1998). Maka tidak terjadi (dampak sangat buruk) ketika (krisis) membesar, tapi terjadi efek saja (sehingga ada bailout Bank Century)," katanya.
Meski begitu, di tengah membesarnya dampak perang dagang dan proteksionesme dalam perdagangan dunia, Kalla menyebut Indonesia masih memiliki peluang. Selain meningkatkan ekspor dengan memperbanyak perjanjian dagang bilateral dan multilateral dengan negara dunia, Indonesia juga memiliki jumlah penduduk besar sebagai pasar potensial untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini