Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Kadin Indonesia Bidik Kerja Sama dengan Filipina untuk Hilirisasi Produksi Kendaraan Listrik

Kadin Indonesia membidik kerja sama dengan Filipina untuk hilirisasi produksi kendaraan listrik.

29 Maret 2023 | 17.13 WIB

Pekerja merakit sepeda motor listrik Gesits di pabrik PT Wika Industri Manufaktur (WIMA), Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu, 27 Oktober 2021. Baru-baru ini WIMA mengekspor satu kontainer motor listrik Gesits ke Senegal. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Perbesar
Pekerja merakit sepeda motor listrik Gesits di pabrik PT Wika Industri Manufaktur (WIMA), Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu, 27 Oktober 2021. Baru-baru ini WIMA mengekspor satu kontainer motor listrik Gesits ke Senegal. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia membidik kerja sama dengan Filipina untuk hilirisasi produksi kendaraan listrik. Ketua Umum Kadin Arsjad Rasjid mengatakan Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, sehingga kerja sama tersebut dapat memimpin ekosistem kendaraan listrik di ASEAN maupun dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Dengan kerja sama yang lebih erat, kedua negara berpotensi meningkatkan produksi nikel dunia hingga mencapai 50 persen," tutur Arsjad dalam keterangan tertulis pada Rabu, 29 Maret 2023. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsjad menjelaskan Indonesia dan Filipina memiliki sekitar 33 sampai 40 persen dari cadangan bijih nikel di seluruh dunia. Dengan demikian, Arsjad menilai hal ini memberikan dasar yang kuat untuk bekerja sama dan menjadi pemimpin dalam ekosistem industri kendaraan listrik dan baterai.

Selain itu, menurutnya, potensi cadangan mineral lain untuk kendaraan listrik juga tengah menjadi sorotan. Sehingga ia memperkirakan ASEAN bakal menjadi pusat rantai pasok kendaraan listrik. 

Arsjad pun menekankan pentingnya hilirisasi untuk keberhasilan pengembangan industri kendaraan listrik dan baterai. Dia mencatat nilai ekspor nikel dalam bentuk besi dan baja, nikel matte, dan mixed hydrate precipitate mencapai US$ 20 juta. 

Selain itu, hilirisasi nikel Indonesia dinilai berhasil meningkatkan nilai tambah komoditas dari US$ 1,1 miliar menjadi US$ 20,8 miliar pada tahun 2021. "Contoh keberhasilan ini membuat Indonesia mendorong Filipina untuk bisa ikut andil berpartisipasi dalam kesuksesan hilirisasi industri kendaraan listrik dan baterai di kawasan ASEAN," tuturnya. 

Arsyad berujar kesuksesan Indonesia di industri kendaraan listrik dan baterai berkaitan erat dengan peran hilirisasi. Dengan berbagi pengalaman Kadin bersama Filipina, Kadin berharap dapat memperkuat kemitraan antarnegara dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di sektor tersebut.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Riani Sanusi Putri

Lulusan Antropologi Sosial Universitas Indonesia. Menekuni isu-isu pangan, industri, lingkungan, dan energi di desk ekonomi bisnis Tempo. Menjadi fellow Pulitzer Center Reinforest Journalism Fund Southeast Asia sejak 2023.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus