Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kans Menjelang Bursa Karbon

Kehadiran aturan tentang bursa karbon tak membuat prospek emiten batu bara redup. Apa sebabnya?

7 Agustus 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Rencana Otoritas Jasa Keuangan meluncurkan bursa karbon pada September mendatang diperkirakan tidak membuat prospek emiten-emiten berbasis energi fosil dan batu bara meredup di pasar modal.

  • Pembangkit listrik berbasis batu bara masih menjadi tumpuan banyak negara, sehingga perusahaan-perusahaan batu bara pun masih relatif diuntungkan.

  • Aturan perdagangan karbon diprediksi menguntungkan perusahaan di sektor konservasi hutan, lembaga sertifikasi dan penilai karbon, serta perusahaan yang bisnisnya ramah lingkungan, termasuk produsen energi terbarukan.

JAKARTA – Rencana Otoritas Jasa Keuangan meluncurkan bursa karbon pada September mendatang diperkirakan tidak membuat prospek emiten-emiten berbasis energi fosil, seperti batu bara, meredup di pasar modal. Musababnya, pembangkit listrik berbasis batu bara saat ini masih menjadi tumpuan banyak negara, sehingga perusahaan-perusahaan batu bara pun masih relatif diuntungkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Perdagangan karbon yang seharusnya menjadi beban biaya (bagi perusahaan batu bara) bisa saja disesuaikan atau dikelola secara ekonomis oleh perusahaan. Mungkin juga nanti harga kepada konsumen akan disesuaikan dengan dampak dari perdagangan karbon," ujar pendiri Traderindo.com, Wahyu Tri Laksono, kepada Tempo, kemarin, 6 Agustus 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Argumen Wahyu tersebut diperkuat dengan kondisi di Eropa, beberapa waktu lalu. Krisis energi sempat mendorong mereka memanfaatkan kembali batu bara untuk memenuhi kebutuhan energi pasca-konflik geopolitik Rusia-Ukraina. Cina pun mengekstraksi cadangan batu baranya dalam jumlah besar untuk memastikan ketahanan energi di tengah gejolak global. Karena itu, ia melihat batu bara masih menjadi sumber listrik terbesar di berbagai negara.

Menyitir data Statista, ia menyebutkan batu bara menyumbang sekitar 36,5 persen dari bauran energi global pada 2021, lalu diikuti gas alam dengan pangsa 22 persen. Di Amerika Serikat, batu bara menyumbang 21,9 persen dari total jumlah listrik pada 2021 yang dihasilkan di fasilitas listrik domestik, sedangkan 38,4 persen bersumber dari gas alam.

"Pasokan global batu bara termal kualitas tinggi telah terbatas sejak sebelum invasi Ukraina. Larangan impor material Rusia oleh Uni Eropa, Jepang, dan lainnya, serta pencarian batu bara pengganti, berakibat memperburuk kenaikan harga batu bara spot," ujarnya. Kondisi-kondisi seperti itu, menurut Wahyu, akan membuat pasar karbon menjadi hidup dan potensial.

Aktivitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Lontar, Tangerang, Banten. TEMPO/Tony Hartawan

OJK Terbitkan Aturan Soal Bursa Karbon

OJK sebelumnya menyampaikan Peraturan OJK Nomor 14 Tahun 2023 mengenai perdagangan dan bursa karbon telah diterbitkan pada Kamis, 3 Agustus lalu. Aturan ini akan menjadi landasan hukum untuk penyelenggaraan bursa karbon. Beberapa hal yang akan diatur dalam regulasi itu antara lain ketentuan umum bursa karbon, jenis unit karbon yang diperdagangkan, ketentuan unit karbon yang merupakan karbon, serta tata cara perizinan perdagangan bursa karbon.

Wahyu mengatakan bursa karbon secara sederhana adalah tempat jual-beli kredit karbon. Perusahaan dengan kredit karbon rendah bisa membeli kepada perusahaan dengan kredit karbon besar. Karena itu, perusahaan berbasis batu bara diperkirakan menjadi yang paling terkena dampak dan akan cukup aktif di bursa karbon tersebut.

"Selain dari subsektor pembangkit, perdagangan karbon di Indonesia akan diramaikan oleh sektor lain yang akan bertransaksi di bursa karbon, seperti sektor kehutanan, perkebunan, migas, dan industri umum," ucapnya.

Senior Investment Information Mirae Asset, Nafan Aji Gusta, sepakat bahwa beberapa emiten energi yang juga berbisnis batu bara, seperti Adaro dan Indika Energy, masih cukup prospektif kendati nantinya ada pasar karbon. Musababnya, perusahaan-perusahaan itu pun sudah bersiap menyongsong perdagangan karbon, misalnya dengan menanam mangrove dan mendiversifikasi bisnis. Emiten-emiten ini juga mengklaim telah menerapkan prinsip environmental, social, and governance (ESG).

Pertambangan batu bara di Kalimantan Selatan. Dok Tempo/Dhemas Reviyanto Atmodjo

"Emiten di sektor batu bara akan mendorong penerapan ESG. Memang mereka akan beli carbon credit, tapi mereka juga sudah mendiversifikasi bisnis untuk bisa mengkompensasi kewajiban pembelian carbon credit," ujarnya.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menilai adanya aturan perdagangan karbon semestinya dapat menguntungkan perusahaan di sektor konservasi hutan, lembaga sertifikasi dan penilai karbon, serta perusahaan yang bisnisnya ramah lingkungan, termasuk produsen energi terbarukan.

Harapannya, bursa karbon akan membuat sektor batu bara dan fosil lainnya kurang menarik karena mereka hanya punya dua pilihan: membayar pajak karbon atau ikut membeli kredit karbon. Akibatnya, bursa karbon ini akan menjadi biaya tambahan bagi perusahaan batu bara. "Ini menjadi disinsentif. Tapi, masalahnya, meski banyak perusahaan energi batu bara sudah masuk ke energi baru terbarukan, produksi batu baranya naik pesat. Sulit juga untuk dibilang transisi," kata dia.

Bhima menuturkan kehadiran bursa karbon akan menekan bisnis batu bara jika diimbangi dengan kehadiran pajak karbon. Kombinasi dari dua kebijakan tersebut, kata dia, bisa mencegah perusahaan sekadar greenwashing alias hanya pencitraan ramah lingkungan. "Kalau hanya beli kredit karbon, tidak akan cukup. Harus satu paket dengan penutupan PLTU batu bara."

CAESAR AKBAR

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus