Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kartu Baru BCA

Bank central asia, awal januari 1980 akan mengeluarkan kartu kredit dengan nama "bca card", bank-bank asing melihatnya sebagai saingan. sudah 150 perusahaan jadi akseptor. (eb)

8 Desember 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBENTAR lagi akan lebih banyak orang di Indonesia yang berbelanja dengan kartu kredit (credit card). Selama ini yang mengedarkan kartu itu baru terbatas pada bank-bank asing. Demikian pula para nasabahnya. Tapi mulai awal Januari 1980, akan tampil Bank Central Asia Credit Card, disingkat BCA Card. "Ini bisa terjadi setelah neraca BCA melampaui Rp 100 milyar," kata Mochtar Riyadi, 50, Kepala Direktur Eksekutif BCA kepada TEMPO pekan lalu. BCA, yang antara lain dimiliki kelompok pengusaha Lim Soei Liong, dengan begitu merupakan bank swasta nasional pertama yang mengedarkan kartu kredit. Namun Mochtar akan bersikap selektif. "Hanya yang bonafid dan sudah dua tahun menjadi nasabah BCA yang akan diterima," katanya. Tertangkap Basah Eddy Santoso, manajer pemasaran BCA Card mengaku ada sejumlah 150 perusahaan yang sudah menjadi akseptor di Jakarta, terdiri dari toko-toko, restoran, hotel, biro perjalanan. Dia yakin jumlahnya akan terus meningkat. Apalagi BCA punya kantor cabang di 12 kota besar di Indonesia. Kartu yang akan diedarkan, untuk pertama kali akan berjumlah 5.000 Iembar. Lewat kartu kredit transaksi perdagangan rupanya akan lebih ramai. Sebab para pemegangnya tanpa terasa akan lebih berani untuk berbelanja. Setidaknya itulah pengalaman Boen Soeharto, manajer pemasaran restoran Furama International di Jl. Hayam Wuruk, Jakarta. "Sejak kami memasang Amex Card dan Diners Club para tamu yang datang makan terus meningkat," katanya. Para akseptor BCA, seperti Furama itu boleh merasa senang. Sebab, seperti dikatakan Mochtar Riyadi, BCA menjanjikan kredit modal kerja untuk perluasan usaha para akseptornya. Suatu hal yang tak dilakukan bank-bank asing di Jakarta. Barangkali itu juga sebabnya Richard M. Denmark, Wakil Presiden Bank of America cabang Jakarta melihat munculnya BCA Card itu sebagai saingan. BOA dikenal dengan Visa Card, sedang American Express terkenal dengan Amex Card, Untuk memiliki Visa Card misalnya, diperlukan waktu paling sedikit 2 minggu dengan syarat si calon berpenghasilan US$ 18.000 setahun dan sudah 3 tahun membuka rekening di BOA. Sedang Amex mensyaratkan calon anggota paling tidak berpenghasilan US$ 15.000 setahun. Belum banyak pasaran Visa di Indonesia. Menurut Richard Denmark, anggotanya baru 800 orang selama 3 tahun dengan akseptor sejumlah 186 perusahaan. Yang merajai pasaran adalah Amex Card dengan 2000 anggota dan sekitar 500 akseptor. Kartu kredit Diners Club International, yang di Indonesia disalurkan lewat PT Diners Jaya Indonesia International, mempunyai 2000 anggota dengan 200 akseptor. Ny. Sri Budojo 50, direktur pelaksana PT Diners Jaya juga menilai munculnya BCA Card sebagai "saingan baru". Tapi dia tidak khawatir, malahan berjanji akan mengedarkan kartu Diners Club yang lokal tahun depan. Kartu Kredit lokal sebenarnya sudah ada di sini. Seperti Djakarta Metropolitan Diners Club -- tak punya hubungan apapun dengan Diners Club International yang berpusat di New York. Tapi belakangan ini sangat terbatas anggotanya. Demikian pula di tahun 1974 pernah beredar Carte Blance, namun hanya bertahan 6 bulan karena merugi. Sjamsul Kamal, perwakilan Visa Card menilai keuntungan yang ditimbulkan kartu kredit itu timbal balik. Ia merupakan alat promosi buat bank yang mengedarkan karena setiap akseptor memasang simbol kartu kredit yang bersangkutan (sticker). Sedang para akseptor dikenal namanya dari buku merchant directory yang diedarkan bank bersangkutan ke seluruh dunia. Tapi orang memang perlu hati-hati kalau mengantongi kartu kredit yang bisa membuat orang lebih boros itu. Nyonya Wati Neno, pemilik toko Jade's Fashion di Duta Merlin yang menjadi akseptor berbagai kartu kredit mengakui, "para pembeli memang harus mendisiplin dirinya." Ny. Wati, sekalipun senang menerima kartu kredit, toh memberi potongan yang lebih besar kepada pembeli tunai. Sebab untuk menguangkan rekening-rekening pembelian dengan kartu kredit ke bank, dibutuhkan waktu tiga hari. Ini berbeda dengan di Amerika, di mana para pelayan toko akan lebih suka menerima kartu kredit, karena dianggap tidak repot. Adakah kartu kredit palsu? Ny. Wati, yang juga membuka restoran di Kebayoran Baru, pernah mengalaminya Juli lalu. Ketika itu seorang nyonya yang mengaku bertempat tinggal di bilangan Tanah Abang menyodorkan Amex Card palsu kepadanya, dan sempat memborong seharga Rp 2 juta selama berbelanja di kompleks pertokoan Duta Merlin. Dia tertangkap basah setelah memborong sampai dua kali di hari yang sama di toko Istana Arloji di Duta Merlin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus