Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEBENTAR lagi akan lebih banyak orang di Indonesia yang
berbelanja dengan kartu kredit (credit card). Selama ini yang
mengedarkan kartu itu baru terbatas pada bank-bank asing.
Demikian pula para nasabahnya. Tapi mulai awal Januari 1980,
akan tampil Bank Central Asia Credit Card, disingkat BCA Card.
"Ini bisa terjadi setelah neraca BCA melampaui Rp 100 milyar,"
kata Mochtar Riyadi, 50, Kepala Direktur Eksekutif BCA kepada
TEMPO pekan lalu.
BCA, yang antara lain dimiliki kelompok pengusaha Lim Soei
Liong, dengan begitu merupakan bank swasta nasional pertama yang
mengedarkan kartu kredit. Namun Mochtar akan bersikap selektif.
"Hanya yang bonafid dan sudah dua tahun menjadi nasabah BCA yang
akan diterima," katanya.
Tertangkap Basah
Eddy Santoso, manajer pemasaran BCA Card mengaku ada sejumlah
150 perusahaan yang sudah menjadi akseptor di Jakarta, terdiri
dari toko-toko, restoran, hotel, biro perjalanan. Dia yakin
jumlahnya akan terus meningkat. Apalagi BCA punya kantor cabang
di 12 kota besar di Indonesia. Kartu yang akan diedarkan, untuk
pertama kali akan berjumlah 5.000 Iembar.
Lewat kartu kredit transaksi perdagangan rupanya akan lebih
ramai. Sebab para pemegangnya tanpa terasa akan lebih berani
untuk berbelanja. Setidaknya itulah pengalaman Boen Soeharto,
manajer pemasaran restoran Furama International di Jl. Hayam
Wuruk, Jakarta. "Sejak kami memasang Amex Card dan Diners Club
para tamu yang datang makan terus meningkat," katanya.
Para akseptor BCA, seperti Furama itu boleh merasa senang.
Sebab, seperti dikatakan Mochtar Riyadi, BCA menjanjikan kredit
modal kerja untuk perluasan usaha para akseptornya. Suatu hal
yang tak dilakukan bank-bank asing di Jakarta. Barangkali itu
juga sebabnya Richard M. Denmark, Wakil Presiden Bank of America
cabang Jakarta melihat munculnya BCA Card itu sebagai saingan.
BOA dikenal dengan Visa Card, sedang American Express terkenal
dengan Amex Card, Untuk memiliki Visa Card misalnya,
diperlukan waktu paling sedikit 2 minggu dengan syarat si calon
berpenghasilan US$ 18.000 setahun dan sudah 3 tahun membuka
rekening di BOA. Sedang Amex mensyaratkan calon anggota paling
tidak berpenghasilan US$ 15.000 setahun.
Belum banyak pasaran Visa di Indonesia. Menurut Richard Denmark,
anggotanya baru 800 orang selama 3 tahun dengan akseptor
sejumlah 186 perusahaan. Yang merajai pasaran adalah Amex Card
dengan 2000 anggota dan sekitar 500 akseptor. Kartu kredit
Diners Club International, yang di Indonesia disalurkan lewat PT
Diners Jaya Indonesia International, mempunyai 2000 anggota
dengan 200 akseptor. Ny. Sri Budojo 50, direktur pelaksana PT
Diners Jaya juga menilai munculnya BCA Card sebagai "saingan
baru". Tapi dia tidak khawatir, malahan berjanji akan
mengedarkan kartu Diners Club yang lokal tahun depan.
Kartu Kredit lokal sebenarnya sudah ada di sini. Seperti
Djakarta Metropolitan Diners Club -- tak punya hubungan apapun
dengan Diners Club International yang berpusat di New York. Tapi
belakangan ini sangat terbatas anggotanya. Demikian pula di
tahun 1974 pernah beredar Carte Blance, namun hanya bertahan 6
bulan karena merugi.
Sjamsul Kamal, perwakilan Visa Card menilai keuntungan yang
ditimbulkan kartu kredit itu timbal balik. Ia merupakan alat
promosi buat bank yang mengedarkan karena setiap akseptor
memasang simbol kartu kredit yang bersangkutan (sticker). Sedang
para akseptor dikenal namanya dari buku merchant directory yang
diedarkan bank bersangkutan ke seluruh dunia.
Tapi orang memang perlu hati-hati kalau mengantongi kartu kredit
yang bisa membuat orang lebih boros itu. Nyonya Wati Neno,
pemilik toko Jade's Fashion di Duta Merlin yang menjadi akseptor
berbagai kartu kredit mengakui, "para pembeli memang harus
mendisiplin dirinya." Ny. Wati, sekalipun senang menerima kartu
kredit, toh memberi potongan yang lebih besar kepada pembeli
tunai. Sebab untuk menguangkan rekening-rekening pembelian
dengan kartu kredit ke bank, dibutuhkan waktu tiga hari. Ini
berbeda dengan di Amerika, di mana para pelayan toko akan lebih
suka menerima kartu kredit, karena dianggap tidak repot.
Adakah kartu kredit palsu? Ny. Wati, yang juga membuka restoran
di Kebayoran Baru, pernah mengalaminya Juli lalu. Ketika itu
seorang nyonya yang mengaku bertempat tinggal di bilangan Tanah
Abang menyodorkan Amex Card palsu kepadanya, dan sempat
memborong seharga Rp 2 juta selama berbelanja di kompleks
pertokoan Duta Merlin. Dia tertangkap basah setelah memborong
sampai dua kali di hari yang sama di toko Istana Arloji di Duta
Merlin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo