Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ke Utara Melumasi Revolusi

Ekonomi Iran setelah terputusnya hubungan dagang Iran-AS, para sekutu AS sudah mengancamnya, Jepang tidak lagi membeli minyak. iran menarik kekayaan dari eropa & mengadakan hubungan dengan negara komunis.(eb)

10 Mei 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI Thaif, ibukota Arab Saudi di musim panas, ke 13 anggota organisasi pengekspor minyak (OPEC) kembali bersidang mulai 7 Mei ini. Mereka tak berdebat tentang harga-harga minyak yang sekarang. Tapi, sebagaimana diputuskan dalam sidang OPEC di Karakas, ibukota Venezuela akhir Desember tahun lalu, pokok masalah yang dibahas adalah hasil dari komisi yang diketuai Sheik Zaki Yamani, Menteri Minyak Arab Saudi, tentang strategi jangka panjang OPEC. Apa hasil yang keluar dari kota sejuk di pegunungan Arab Saudi itu akan segera kelihatan. Tapi yang lebih dulu bisa dipastikan adalah ini Iran, yang kini merasa dikeroyok oleh kelompok negara industri di bawah pimpinan Presiden Jimmy Carter, akan menghimbau sidang agar membantunya. Tapi itu pula yang agaknya tak mudah diberikan oleh "saudara-saudaranya". Selain Iran sudah baku hantam di perbatasan dan saling mencaci dengan Irak, banyak negara minyak Arab seperti Kuwait dan Arab Saudi, tak begitu suka dengan rezim Khomeini yang berharat mengekspor revolusinya. Senjata Minyak Ketika Menteri Luar Negeri Iran Sadeq (hotbsadeh diutus Dewan Revolusi Iran ke beberapa negara Arab, koran-koran di Kuwait terang-terangan memuat sikap para pemimpin negeri minyak itu yang "akan berpihak pada Irak bila pecah perang dengan Iran". Akankah ekonomi Iran, yang kini cuma memprodusir 1 juta barrel minyak sehari, menjadi bangkrut? Bagi negara yang masih dibakar semangat revolusi seperti sekarang, ukuran-ukuran ekonomi bisa menyesatkan. Tapi bagaimana pun Iran, untuk melumasi revolusinya, mau tidak mau membutuhkan uang dari minyak. Kini AS sudah mengenakan sanksi ekonomi terhadap Iran. AS sudah menghentikan penjualan barang-barang yang diperlukan Iran, kecuali bahan makanan dan obat-obatan. Itu pun, sebagaimana dikatakan jurubicara Presiden Carter, ditekan sampai "pada tingkat yang minimum. segitu pula AS tak akan membeli barang-barang dari Iran termasuk minyak. Dan sebelumnya sebanyak US$ 8 milyar kekayaan yang disimpan di bank-bank AS telah dibekukan pemerintah Carter. Ekspor dari AS ke Iran selama 1978 tercatat hampir US$ 3,7 milyar, atau rata-rata sekitar US$ 300 juta sebulan. Dua bulan terakhir ekspornya hanya $ 5 juta ke Iran. Sedang impor AS dari Iran yang dua tahun lalu mencapai US$ 2.877 juta -- US$ 75 juta Iebih banyak dari tahun 1977 -- dua bulan lalu boleh dibilang sudah nihil. Iran di masa pemerintahan Reza Pahlevi merupakan sekutu dagang Amerika yang akrab. Dari seluruh impor Iran di tahun 1977 yang berjumlah US$ 14,07 milyar, sebanyak 18% datang dari Jerman Barat, 17% dari AS, Jepang 16% dan andil Inggris 8%. Selebihnya sekitar 40% berasal dari berbagai negara lain. Terputusnya hubungan dagang Iran AS tentu tak akan melumpuhkan ekonomi negeri yang sedang berevolusi itu. Tapi yang menarik adalah sikap Jepang yang mulai solider juga dengan masalah para sandera AS di Teheran. Jepang, pembeli terbesar minyak dan barang-barang lain dari Iran, sudah pula mengancam akan mengurangi perdagangannya dengan Iran, kecuali kegiatan kontraktornya. Dir-Ut perusanaan raksasa Nippon Steel sudah menyatakan perusahaannya siap menghentikan ekspor bajanya ke Iran, begitu Jepang secara resmi mengenakan embargo terhadap Iran. Dan perkembangan terakhir adalah dari Iran yang sudah menghentikan penjualan minyak ke Jepang. Bukan karena Jepang sudah ikut solider dengan AS. Tapi lebih disebabkan karena Jepang sudah berani bilang "tidak" terhadap tuntutan Iran untuk menaikkan harga kontrak minyak dengan US$ 2,50 menjadi US$ 35 per barrel. Jepang berani bersikap agak keras karena sudah berhasil mengurangi ketergantungan minyak dari Iran dari 18% pada 1978 menjadi 10% selama tahun lalu. Lagipula Presiden Carter telah membisikkan ke telinga YM Masayoshi Ohira, AS akan sanggup menyisihkan minyaknya kalau saja Jepang berteriak kekurangan akibat distopnya ekspor dari Iran. Diduga Iran akan menjual 530.000 barrel minyaknya -- yang biasanya diekspor ke Jepang setiap hari -- ke negara-negara blok Timur. Tapi selagi Iran merintis ke arah sana, timbul komplikasi baru yang datangnya dari Irak. Musuh bebuyutan Iran itu ternyata telah menggunakan senjata minyak di samping senjata peluru untuk melemahkan posisi Iran. Caranya? Irak telah menurunkan sedikit harga minyaknya dan menggenjot produksi dari 3,3 juta menjadi 4 juta barrel sehari. Akibatnya banyak langganan minyak Iran yang lari ke Irak. Betapa sakitnya pukulan Irak itu nyata dari reaksi Ayatullah Khomeini yang menuding negara tetangganya itu sebagai "kaki-tangan imperialis Amerika". Irak di bawah Partai Ba'ath yang berkuasa, tetap merupakan negara di kawasan Timur Tengah yang tergolong anti AS. Baghdad tak punya hubungan diplomatik dengan Washington. Kalau reaksi negara sesama OPEC sulah sejauh itu, ke mana lagi Iran harus berpaling kalau bukan ke tetangganya yang di utara Uni Soviet dan para satelitnya di Eropa Timur. Dalam soal dagang Ayatullah pun ternyata bisa bersahabat dengan golongan Marxis. Baru-baru ini suatu misi perdagangan Iran telah bertolak ke Moskow untuk memperluas hubungan dagang kedua negara. Iran mengharapkan agar Uni Soviet bisa menggantikan peranan AS sebagai partner dagang utama Iran. Dengan Rumania sudah ditandatangani persetujuan Iran akan menambah penjualan minyak ke sana dengan 60% menjadi 100.000 barrel sehari dengan harga kontrak US$ 35 per barrel. Sebagai imbalan, Rumania akan meningkatkan penjualan gandum, traktor dan barag-barang industri lainnya ke Iran. Dan tahun lalu Polandia telah membeli 7 juta barrel minyak Iran, sedang bulan lalu Cekoslovakia menandatangani kontrak pembelian 1,5 juta barrel minyak Iran untuk tahun ini. Ali Akbar Moinfar, Menteri Perminyakan Iran barusan pulang dari Bulgaria sesudah menawarkan minyak ke negara itu. Dan Sojaheddin Fattami, Deputi Menteri Perdagangan Iran, belum lama ini mengakhiri kunjungannya di Berlin Timur, setelah singgah di beberapa negara sosialis lain. Bulan Madu Jaminan minyak Iran itu tidak mustahil akan menggairahkan rencana pembangunan negara-negara blok Timur itu. Suatu hal yang membuat kuatir para pemimpin di sana, karena Uni Soviet merasa tak sanggup lagi mengalirkan minyaknya ke sana setelah tahun 1982. Dan sekali kelompok negara komunis itu mampu menyesuaikan kilang-kilang minyak mereka dengan minyak mentah yang masuk dari Iran, dan mengatasi masalah pengangkutan minyak ke negeri masingmasing, Iran mungkin tak terlalu membutuhkan instalasi industri yang mereka beli dari Barat. Suatu tindakan Iran yang agaknya di luar perhitungan negara Barat adalah keputusan untuk menarik seluruh deposito mereka dari bank-bank Eropa. Seperti diumumkan Gubernur Bank Setra lran Ali Reza Nobari baru-baru ini di Hamburg, dengan meningkatnya ancaman terhadap kekayaan Iran di bank-bank Eropa, maka Iran terpaksa menarik semua depositonya untuk ditempatkan di bank-bank negeri komunis, di samping Austria dan Swiss yang netral. Kalau itu benar terjadi, maka komplitlah bulan madu antara Iran dengan Rusia: Satu negara Islam telah mempercayakan uangnya kepada negara komunis -- suatu hal yang untuk banyali orang hampir tak masuk akal. Tak diketahui berapa persisnya jumlah uang Iran yang akan dipindahkan itu. Tapi ada yang menduga seluruh kekayaan Iran. Di bank-bank Eropa itu mencapai US$ 9 milyar. Dengan uang sebesar itu Iran masih bisa bebas berbelanja ke mana saja di luar AS, MEE dan Jepang. Negara industri dari Dunia Ketiga seperti Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, Brazil dan India sudah mampu membuat barang-barang industri dengan lisensi dari AS, MEE atau Jepang. Negara-negara tadi sudah bisa membuat barang-barang yang dibutuhkan Iran. Bisa diharapkan mereka dalam waktu dekat ini akan berpaling ke Iran. Itu pula sebabnya banyak pengamat skeptis skeptis ekonomi AS dan para sekutunya akan bisa mencekik mati ekonomi Iran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus