Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
JAKARTA - Nilai tukar rupiah yang terus melemah membuat pelaku usaha gusar. Pelemahan rupiah yang telah mencapai lebih dari 9 persen sepanjang tahun ini secara langsung berdampak pada pelaku usaha manufaktur ataupun eksportir dan importir. Likuiditas valuta asing saat ini tengah kering lantaran dolar Amerika Serikat dilaporkan mulai langka karena tingginya permintaan yang tidak diiringi dengan suplai yang memadai. Di sisi lain, amblesnya nilai tukar membuat kegiatan impor bahan baku dan barang modal tertekan karena biaya selisih kurs menjadi lebih tinggi.
Ketua Dewan Pemakai Jasa Angkutan Laut Indonesia (Depalindo), Toto Dirgantoro, berujar bahwa pelaku usaha terus memutar otak untuk memitigasi kondisi krisis dan ketidakpastian global yang membuat dolar AS terus menguat. “Kelangkaan dolar makin terasa, khususnya untuk kebutuhan dolar dalam jumlah besar, sehingga kami harus menyikapinya dengan hati-hati,” ujarnya kepada Tempo, kemarin, 27 Oktober 2022.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo