Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Dua startup atau usaha rintisan asal Indonesia, MYCL dan Sampangan, terpilih sebagai mentee program Amplifier dari Centre for Impact Investing and Practices (CIIP) dan Philanthropy Asia Alliance (PAA). Keduanya mendapatkan pendanaan masing-masing sebesar Sing$ 250 ribu atau hampir Rp 3 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Kedua startup tersebut, MYCL dan Sampangan, dianggap sebagai inovator dalam pengelolaan limbah dengan mengubahnya menjadi produk yang komersial sekaligus menjawab tantangan iklim dan alam di Asia," kata CEO Centre for Impact Investing and Practices, Dawn Chan, dalam acara Philanthropy Asia Summit 2024 di Singapura pada 15 April 2024 dikutip Selasa, 23 April 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Chan menjelaskannya, MYCL dan Sampangan tak hanya mendapatkan pendanaan, melainkan juga akan memperoleh bimbingan dari lebih 30 pemimpin industri selama satu tahun. Menurut dia, pelatihan itu ditujukan agar bisnisnya kian berkembang dan memberikan dampak positif.
Lebih lanjut, Chan menerangkan bahwa program Amplifier merupakan program CIIP—bagian dari Temasek Trust—yang mengambil pendekatan 'seluruh ekosistem'. Program itu, jelas Chan, menyatukan para ahli, mentor, dan sumber daya dari berbagai industri dan sektor, untuk secara kolektif mendukung usaha rintisan yang berdampak guna meningkatkan bisnisnya.
Dia menjelaskan, dana katalis Sing$ 250 ribu untuk masing-masing startup terpilih berasal Mastercard Center for Inclusive Growth, mitra CIIP dan PAA.
“Memberdayakan perusahaan rintisan yang menjanjikan ini untuk mencapai dampak yang terukur dan berkelanjutan secara finansial membutuhkan upaya dari ekosistem yang lebih luas,” ujarnya.
MYCL didirikan antara lain oleh Adi Reza dan Annisa Wibi di Bandung. Usaha itu didirikan untuk memproduksi bahan yang terjangkau, tahan lama, dan berkelanjutan.
MYCL saat ini mengembangkan material komposit berkinerja tinggi, rendah emisi karbon, dan mirip kulit yang disebut Mylea™ yang terbuat dari limbah tanaman pertanian yang diikat dengan miselium jamur. Bahan serbaguna ini bisa dipakai sebagai bahan alas kaki hingga interior otomotif dan bahan bangunan.
Kemudian, Sampangan didirikan antara lain oleh Muhammad Fauzal Rizki dan Hana Purnawarman di Bekasi. Usaha rintisan itu menyediakan produk karbon negatif melalui teknologi karbonisasi yang mereka ciptakan
Produk mereka dapat mengubah semua jenis limbah yang tidak disortir menjadi bahan yang berkelanjutan. Produk tersebut bisa digunakan di bidang pengolahan air, pertanian, dan industri unggas.
MYCL dan Sampangan terpilih bersama tiga startup lain, yakni Circ dari Amerika Serikat yang mendaur ulang tekstil, GRST dari Hong Kong yang memproduksi baterai lithium-ion yang berkelanjutan, dan Mayani dari Filipina yang bergerak di bidang pertanian. Mereka menawarkan solusi inovatif dalam menjawab tantangan lingkungan di wilayahnya masing-masing.
Kelima usaha rintisan itu berhasil lolos setelah menyisihkan 134 usaha rintisan lainnya dari 35 negara lain yang bergerak di bidang energi, pangan berkelanjutan dan konservasi lahan, konservasi laut, hingga daur ulang sampah.