Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Ekonomi

Berita Tempo Plus

Berharap Dana Bank Domestik

Menteri Bahlil Lahadalia berharap bank lokal memberi pinjaman untuk pembangunan smelter.  BCA ungkap kendalanya.

17 Februari 2023 | 00.00 WIB

Produk alumina di SGA PT Well Harvest Winning Alumina Refinery di Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, 2022. Dok Well Harvest Winning Alumina
Perbesar
Produk alumina di SGA PT Well Harvest Winning Alumina Refinery di Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, 2022. Dok Well Harvest Winning Alumina

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Ringkasan Berita

  • Bahlil Lahadalia mengharapkan dukungan pembiayaan perbankan dalam negeri untuk menambah smelter.

  • Selain minim dukungan dari perbankan domestik, bisnis smelter penuh ketidakpastian dan risiko.

  • BCA siap membantu.

JAKARTA – Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengharapkan dukungan pembiayaan perbankan dalam negeri untuk menambah kapasitas smelter mineral. Saat ini fasilitas pemurnian dan pengolahan lebih banyak mengandalkan investor asing.

Bahlil mengatakan total investasi untuk penghiliran di dalam negeri mencapai Rp 171,2 triliun sepanjang tahun lalu. Jumlahnya mencapai 14 persen dari total realisasi investasi 2022 yang sebesar Rp 1.200 triliun. Dana tersebut mayoritas berasal dari penanaman modal asing.

Menurut Bahlil, minimnya partisipasi investor domestik di industri smelter dipicu oleh perbankan Indonesia yang tidak sungguh-sungguh mendukung penghiliran mineral. Dia mendorong adanya pelonggaran untuk pembiayaan sektor bisnis tersebut. "Perbankan perlu memberi equity yang terjangkau. Jangan 40 persen," ujarnya, kemarin. Dia membandingkan kebijakan perbankan di luar negeri yang hanya mematok 10 persen.

Dengan melibatkan lebih banyak investor domestik, pemerintah berharap ada tambahan kapasitas smelter yang signifikan. Sebab, mulai tahun ini, penghiliran mulai digencarkan lagi. Setelah melarang ekspor nikel mentah agar diolah di dalam negeri pada Januari 2020, pemerintah bakal melarang ekspor bijih bauksit pada Juni 2023. Kemudian bakal diatur larangan ekspor untuk tembaga serta timah agar bisa diproses menjadi beragam produk turunan di dalam negeri.

Namun kebijakan ini tidak dibarengi oleh kapasitas smelter yang memadai. Contohnya untuk bauksit, Kementerian Koordinator Perekonomian mencatat baru tersedia empat fasilitas pengolahan dengan kapasitas konsumsi bauksit sebesar 27 juta ton per tahun. Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) mencatat rata-rata produksi bauksit sekitar 60 juta ton per tahun. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Vindry Florentin

Lulus dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran tahun 2015 dan bergabung dengan Tempo di tahun yang sama. Kini meliput isu seputar ekonomi dan bisnis. Salah satu host siniar Jelasin Dong! di YouTube Tempodotco

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus