Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Dampak corona terhadap kinerja perusahaan terasa sejak akhir Februari.
Pendapatan perusahaan diperkirakan anjlok 55 persen dari rencana kerja tahun ini.
Angkasa Pura 1 mendorong pengoperasian pesawat barang charter untuk kargo dan logistik..
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PT Angkasa Pura I (Persero) hanya satu dari sekian banyak badan usaha milik negara yang harus memeras otak untuk bertahan di tengah wabah Covid-19. Meluasnya pandemi memukul bisnis pengelolaan bandar udara untuk penerbangan domestik dan internasional. Kepada Tempo, Selasa lalu, Direktur Angkasa Pura I Faik Fahmi menceritakan berbagai dampak wabah corona terhadap perseroan yang ia pimpin. “Persoalan tersulitnya, kita tidak tahu kapan Covid-19 ini akan selesai, dan ini menentukan pertimbangan bisnis ke depan,” katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seberapa dalam dampak Covid-19 terhadap kinerja perusahaan pada triwulan pertama tahun ini?
Pada Januari 2020, posisi kami masih cukup baik. Dampaknya baru terasa pada akhir Februari saat seluruh penerbangan dari Cina ke Indonesia dihentikan. Padahal jumlah turis Cina ke Bali biasanya sampai 7.000 turis per hari. Belum termasuk ke Manado dan Surabaya. Pukulan berikutnya datang dari pembatasan ke negara zona merah, seperti Korea, Iran, dan Italia, serta pembekuan perjalanan umrah.
Bagaimana kronologi penurunan trafik dan jumlah penumpang?
Mulai Maret 2020, penerbangan sudah turun 27 persen (year-on-year), kemudian pada April sempat meningkat jadi 86 persen. Munculnya peraturan menteri soal pembatasan mudik juga sempat menghentikan penerbangan komersial, yang tersisa hanya flight logistik ke tujuan tertentu, sehingga Mei ini aktivitas kami menurun sampai 95 persen.
Apa langkah perusahaan menghadapi situasi itu?
Kami membuat skenario risiko bersifat optimistis, moderat, dan pesimistis yang masing-masing mengacu pada perkiraan selesainya Covid-19. Paling optimistis selesai Juli, tapi sepertinya akan mundur. Dari sejumlah proyeksi, perkiraan optimistis pandemi selesai di kuartal IV 2020 dan perkiraan pesimistisnya pada 2021. Dengan asumsi penerbangan domestik berangsur normal pada Oktober dan penerbangan internasional pada Desember, ada penurunan pendapatan sebesar 55 persen dari rencana kerja perusahaan. Pandemi berpotensi membangkrutkan maskapai penerbangan, atau setidaknya mengeringkan arus kas perusahaan. Tanpa maskapai penerbangan, bandara tak bisa pulih dengan cepat.
Bagaimana mengatasi risiko tersebut?
Yang paling dominan adalah menyeimbangkan kondisi pendapatan. Beban biaya pengoperasian bandara dikurangi, misalnya, dari buka 24 jam, kini hanya sampai sore. Luas area operasi di bandara diperkecil. Pemakaian garbarata, elevator, dan AC dikurangi. Kami juga berupaya untuk mendapatkan kelonggaran kreditor selama krisis.
Apakah ada perubahan rencana usaha?
Belanja modal kami tahun ini Rp 10,2 triliun. Kami bisa kurangi belanja modal Rp 3,9 trilliun. Alhasil, hanya Rp 6,3 triliun yang kami realisasikan sampai akhir tahun agar tidak mengganggu arus kas. Terkait dengan pengeluaran, sejauh ini efisiensi pengeluaran kami bisa tekan 32 persen.
Lalu bagaimana perusahaan menggenjot pendapatan alternatif?
Selama ini kargo dan logistik banyak diantar lewat pesawat penumpang, sehingga sempat terganggu saat penerbangan komersial dibatasi. Jadi, kami mendorong pengoperasian pesawat barang carter. Kami juga menggunakan kecerdasan buatan agar pelayanan menjadi lebih cepat.
Apakah bisa langsung berjalan normal ketika pandemi selesai?
Ada perubahan perilaku pengguna jasa yang lebih memperhatikan kesehatan, seperti penggunaan masker dan jaga jarak akan terus berlanjut. Survei global dari Asosiasi Angkutan Udara Internasional (IATA) menyebutkan hanya 14 persen penumpang yang akan langsung confident untuk terbang lagi. Sebanyak 47 persen diperkirakan menunggu 1-2 bulan, baru mulai terbang lagi. Bahkan 25 persen responden baru memakai pesawat enam bulan setelah pandemi berakhir.
Bagaimana kebijakan terhadap karyawan pada masa pandemi?
Ada restrukturisasi organisasi. Misalnya, dari sekian banyak manajer di Yogyakarta, kami pangkas jadi enam tanpa mengganggu efektivitas pekerjaan. Ini sudah berjalan di empat cabang, akan terus berlanjut sampai ke 15 cabang bandara. Tak ada pengurangan karyawan, seiring dengan bertambahnya bandara baru yang kami kelola. Kami hanya membatasi rekrutmen dan mengalokasikan yang sudah ada.
Profil:
Tempat, tanggal lahir: Purbalingga, 12 Desember 1967
Pendidikan:
S-1 manajemen ekonomi Universitas Gadjah Mada (1993)
Karier:
Direktur Utama Garuda Orient Holiday Japan Ltd (Januari 2010–April 2012)
Direktur Layanan PT Garuda Indonesia Tbk (April 2012–Desember 2014)
Direktur Komersial PT Angkasa Pura II (Januari 2015–September 2016)
Direktur Pelabuhan PT ASDP Indonesia Ferry (September 2016–Desember 2016)
Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Desember 2016–Desember 2017)
Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Desember 2017–sekarang)
YOHANES PASKALIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo