Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
IHSG dilaporkan menguat 4,87 persen secara month to date.
IDXTECHNO ditutup dengan selisih kenaikan tertinggi, yakni 61,22 poin atau 1,29 persen ke level 4.807,93.
Daya beli masyarakat yang stabil menjadi penopang kebangkitan sektor teknologi.
JAKARTA — Setelah sempat lesu pada awal hingga pertengahan 2023, sektor teknologi kembali bergeliat. Hal ini terlihat setidaknya dari tren penguatan saham sektor teknologi. Analis Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta memaparkan sektor ini mulai memasuki fase mark up. Fase ini berarti kondisi pasar saham menunjukkan siklus bergerak naik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jika terus-menerus menunjukkan penguatan, (sektor teknologi) berpotensi menjadi calon leading sector ke depan," kata Nafan, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tren penguatan saham sektor teknologi turut mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Secara month to date (mtd), IHSG dilaporkan menguat 4,87 persen. Adapun secara year to date (ytd), sejak 1 Januari 2023, penguatan IHSG mencapai 3,36 persen.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi mengatakan, selain saham sektor teknologi, saham sektor infrastruktur dan keuangan turut menopang penguatan IHSG.
Kinerja saham sektor teknologi pada tahun ini sebetulnya beberapa kali melemah. Pada 20 Oktober, misalnya, IDXTECHNO—indeks sektor tersebut—menurun sebesar 1,57 persen. Namun pada November indeksnya beberapa kali meningkat dan kini tercatat menjadi salah satu penopang pergerakan IHSG.
Karyawan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan
Berdasarkan ringkasan indeks saham sektoral Bursa Efek Indonesia, saham sektor teknologi tercatat menguat paling tinggi. Kemarin, IDXTECHNO ditutup dengan selisih kenaikan tertinggi, yakni 61,22 poin atau 1,29 persen ke level 4.807,93.
Nafan mengatakan hal itu disebabkan oleh faktor stabilitas perekonomian domestik. “Penguatannya didukung oleh meningkatnya kinerja pertumbuhan domestic demand secara progresif. Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III melambat jadi 4,94 persen dari 5,17 persen pada kuartal sebelumnya, sektor konsumsi terus meningkat."
Daya beli masyarakat menunjukkan kinerja progresif dan terus-menerus meningkat. Hal ini, kata Nafan, memberikan keuntungan bagi emiten sektor teknologi. Sebab, agar kinerja gross transaction value atau nilai transaksi bruto di sektor ini meningkat, tingkat konsumsi domestik harus kuat.
Dengan tren konsumsi yang positif, Nafan menyarankan perusahaan teknologi, terutama yang langsung berhubungan dengan konsumen, meningkatkan penetrasi pasarnya. Salah satunya menciptakan loyalitas konsumen. “Kita lihat ada GOTO (PT Gojek Tokopedia), EMTK (PT Elang Mahkota Teknologi TBK), dan Buka (PT Bukalapak TBK) yang sempat menguat.”
Hal senada diungkapkan Direktur Equator Swarna Capital Hans Kwee. Ia memperkirakan sektor konsumen, teknologi, dan keuangan menjadi sektor yang menarik. Selain karena tingkat konsumsi masyarakat, sektor teknologi kembali menarik lantaran ekspektasi penurunan suku bunga. “Valuasi saham teknologi meningkat bila bunga rendah,” ujarnya.
Menurut dia, suku bunga bank sentral Amerika Serikat juga menjadi alasan penguatan IHSG. Saat ini pelaku pasar berekspektasi The Fed sudah menyelesaikan kenaikan suku bunga, setelah tingkat inflasi di Amerika Serikat dianggap mulai mereda.
Nilai Transaksi Harian Bursa Meningkat
Selain penguatan IHSG, kemarin OJK melaporkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) bursa saham pada November 2023 meningkat menjadi sebesar Rp 10,54 triliun (year-to-date), dari Oktober 2023 yang sebesar Rp 10,48 triliun. Inarno mengatakan, hingga akhir tahun, OJK menargetkan RNTH mencapai Rp 10,75 triliun per hari dan meningkat menjadi Rp 12,25 triliun pada 2024.
Sementara itu, di pasar surat berharga negara (SBN), terdapat arus modal masuk senilai Rp 23,5 triliun sepanjang November 2023 (mtd), sejalan dengan pergerakan perekonomian global. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi pada Oktober 2023 yang mencatatkan arus modal keluar sebesar Rp 12,62 triliun (mtd). Perbaikan arus modal di pasar SBN itu mendorong penurunan imbal hasil SBN rata-rata sebesar 35,38 basis point pada November 2023 di seluruh tenor.
Inarno menambahkan, kondisi perbaikan turut dirasakan pada pasar obligasi. Di bursa surat utang, terdapat aliran dana masuk investor asing sebesar Rp 64,72 miliar pada November 2023 (mtd). Namun, secara tahun kalender, arus modal keluar tercatat sebesar Rp 1,46 triliun (ytd).
Adapun pada industri pengelolaan investasi, nilai aset dalam pengelolaan (asset under management) per 30 November 2023 tercatat sebesar Rp 808,32 triliun, dengan nilai aktiva bersih reksa dana sebesar Rp 492,72 triliun atau turun 0,39 persen (mtd).
Nasabah melakukan transaksi keuangan di Bank Mandiri Tebet, Jakarta, 27 Juni 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Stabilitas Sektor Keuangan Masih Terjaga
Indikator terkini global menunjukkan ketidakpastian peningkatan ekonomi di tengah membaiknya inflasi menuju level pra-masa pandemi. Meski demikian, OJK menganggap sektor jasa keuangan nasional masih terus terjaga.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan sentimen pasar keuangan cenderung membaik, didukung peningkatan ekspektasi berakhirnya siklus kenaikan suku bunga global, setelah rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat. “Optimisme ini dipengaruhi peluncuran insentif fiskal, moneter, dan sektor keuangan untuk menahan penurunan kinerja perekonomian, termasuk mengatasi permasalahan sektor properti,” katanya.
Pertumbuhan PDB kuartal III 2023 yang sebesar 4,94 persen, menurut Mahendra, didukung tingginya konsumsi rumah tangga dan investasi bangunan. Tingkat inflasi juga terjaga rendah di level 2,56 persen. “Sementara itu, ekspor masih terkontraksi minus 4,26 persen,” ujarnya.
Meski begitu, Mahendra mengingatkan bahwa sektor jasa keuangan harus tetap waspada. OJK mendorong lembaga jasa keuangan untuk terus memonitor potensi risiko. “Termasuk melakukan stress test ketahanan terhadap gejolak pasar serta melakukan strategi mitigasi risiko menjaga ketahanan permodalan dan likuiditas.”
ILONA ESTERINA | ANT
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo