Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kombinasi Nasib Baik

Harga bahan ekspor utama Indonesia di pasaran luar negeri naik, menyebabkan cadangan devisa melonjak. Kebutuhan devisa yang terus naik diatasi dengan kredit dari IGGI & dana komersial dari bank swasta. (eb)

19 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HASIL devaluasi rupiah terhadap ekspor Indonesia sesudah enam bulan kini mulai nampak, sekalipun angka-angkanya masih sementara. Ekspor di luar minyak selama kwartal pertama 1979 berjumlah US$ 900 juta. Ini lebih rendah dari US$ 1031 juta yang tercapai pada kwartal empat 1978, namun sudah berada di atas jumlah rata-rata setiap kwartal sebelum devaluasi yang hanya mencapai US$ 860 juta. Hasil yang cukup baik ini dimungkinkan oleh kombinasi makin kuatnya daya saing bahan ekspor Indonesia dan nasib baik. Sejak Nopember 1978, harga bahan ekspor utama di pasaran luar negeri pada umumnya naik. Itu jelas terlihat pada harga-harga karet, kayu, minyak sawit dan timah, sehingga ekspor komoditi tersebut pada bulan-bulan sesudah devaluasi mengalami kenaikan. Ekspor timah, misalnya pada kwartal empat 1978 mencapai rekor US$ 100 juta, dibanding US$ 70 juta rata-rata setiap kwartal sebelumnya. Ekspor kayu tiap bulannya naik dari US$ 75 juta menjadi US$ 90 juta, bahkan padaJanuari 1979 ekspor kayu mencapai tingkat tertinggi US$ 107 juta. Di lain pihak, ekspor minyak belum menunjukkan tanda-tanda yang jelas bahwa jumlahnya akan naik sesudah devaluasi. Tapi dengan kenaikan harga ekspor yang sudah tiga kali terjadi sejak awal 1979, bisa dipastikan ekspor minyak pun bisa naik tahun ini, sesudah tahun lalu merosot 4%. Ambil Napas Dengan kenaikan harga terakhir yang mulai berlaku 1 Mei kemarin, harga sebagian besar jenis minyak Indonesia naik dengan US$ 2,60 per barrel dibanding harga akhir 1978. Kalau Indonesia bisa mempertahankan volume ekspornya yang sekarang, yaitu sekitar 1,1 juta barrel sehari, maka kenaikan harga yang sudah terjadi 3 kali itu berarti pertambahan devisa dari minyak sekitar US$ 800 juta. Ini suatu pertambahan dana yang cukup berarti dihadapan sumber-sumber yang makin terbatas. Impor, seperti diharapkan pertumbuhannya agak direm, sehingga pada akhir tahun anggaran 1978/1979 yang baru lewat, impor hanya naik 4,3% dibandingkan tahun anggaran sebelumnya. Tapi untuk bulan-bulan mendarang impor Indonesia akan tergantung dari besarnya impor beras. Impor Indonesia untuk 1979 membuat awal yang kurang menggembirakan karena, di Januari, impor beras melonjak menjadi US$ 63 juta, satu jumlah impor bulanan yang tertinggi sejak dua tahun belakangan ini. Perkembangan ekspor yang cepat enam bulan terakhir ini menyebabkan cadangan devisa Indonesia melonjak dari US$ 2,5 milyar pada waktu Knop-15, menjadi US$ 3,2 milyar minggu kemarin. Cadangan yang kuat ini cukup bagi pemerintah untuk mengambil napas. Sekalipun demikian, kebutuhan devisa yang terus naik belum bisa dipenuhi dari hasil ekspor saja. Memang lGGI dalam sidang terakhirnya di Amsterdam awal April kemarin memutuskan untuk memberi kredit US$ 1,9 milyar kepada Indonesia, tapi jumlah ini juga masih belum cukup, hingga Indonesia masih memerlukan sekitar US$850 juta yang harus diperolehnya dari pinjaman komersial. Tahun lalu, pinjaman komersial ini mencapai US$ 750 juta. Agaknya Indonesia dan rekannya ASEAN tak usah khawatir akan menghadapi kesulitan memperoleh dana komersial ini. Bagi bank-bank swasta, kawasan ASEAN tetap merupakan daerah yang cukup menarik dan punya risiko kecil untuk dana yang dipinjamkannya. Seperti dikatakan Presiden bank American Express, Jarmes Greene baru-baru ini di Jakarta: "Tak akan ada proyek di Indonesia maupun di Asia Tenggara yang tak bisa selesai karena kekurangan dana."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus