Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Industri konversi kendaraan listrik kian marak.
Sejumlah bengkel mengantongi sertifikat dari pemerintah.
Konversi kendaraan listrik bisa mendapat subsidi dari pemerintah.
SEBANYAK 240 unit perangkat konverter segera dikapalkan ke Eropa pada Agustus mendatang. Adalah Elders Elettrico perusahaan yang membuat motor listrik yang dapat mengubah penggerak sepeda motor berbahan bakar bensin itu. Di Eropa, pembeli alat ini adalah Elders Europe, perusahaan di Swiss yang menjadi mitra Elders Elettrico.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nantinya, kata Manajer Pemasaran PT Roda Elektrik Asia Saugi, Elders Europe akan mendistribusikan perangkat konverter itu ke Jerman, Italia, dan negara lain di sekitarnya. “Kami sudah tanda tangan kontrak, untuk tahap awal 240 unit,” ucapnya kepada Tempo di Gedung Smesco, Jakarta, pada Rabu, 5 Juli lalu. Roda Elektrik Asia adalah perusahaan yang menaungi merek Elders Elettrico. Saat ini Elders Elettrico tengah menyiapkan dokumen pendukung untuk ekspor senilai Rp 5 miliar tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Elders Elettrico, yang juga dikenal sebagai Elders Garage, kian populer sebagai bengkel pengubah kendaraan berbahan bakar minyak menjadi kendaraan listrik. Bengkel ini telah memiliki sertifikat dari pemerintah. Melalui bengkel ini, pemilik sepeda motor bisa mengubah tunggangannya menjadi kendaraan listrik sekaligus mengurus perubahan dokumennya.
Animo masyarakat untuk mengkonversi sepeda motor atau mobil menjadi kendaraan listrik kian meningkat. Elders Garage pun memanfaatkan peluang ini dengan menggarap konversi kendaraan klangenan seperti skuter Vespa serta mobil Volkswagen, Mini Cooper, dan Range Rover. Saugi bercerita, pada awal 2021, bengkelnya hanya mengkonversi dua-tiga kendaraan. Tapi sekarang Elders bisa menggarap 40 unit mobil dan sepeda motor sebulan.
Teknisi memasang controller saat proses konversi sepeda motor listrik di bengkel Magnet Secco, Bandung, 6 Juli 2023. Tempo/Prima mulia
Saat Tempo berkunjung ke bengkel Elders di Gedung Smesco, tampak tiga Vespa berderet, menanti sentuhan tangan montir. Demikian pula sebuah sport utility vehicle Range Rover. Sedangkan di dalam ruangan bengkel, satu Vespa berwarna hijau tengah dioprek mekanik. Vespa ini sudah menjadi kendaraan listrik. Pemiliknya menginginkan desain baru pada jok. “Ini punya Pak Teten,” tutur Saugi. Teten yang ia maksudkan adalah Teten Masduki, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
Gairah pasar kendaraan listrik konversi juga dirasakan Spora EV, perusahaan yang bermarkas di Tangerang Selatan, Banten. Berbeda dengan Elders yang menggarap sepeda motor dan mobil kelas hobi, Spora EV membehandel kendaraan komersial seperti truk jasa logistik, mobil angkutan publik, serta truk untuk bisnis pertambangan dan perkebunan. “Sejak tahun lalu banyak yang bertanya, ingin tahu, dan menyatakan minat,” kata Chief Executive Officer Spora EV Triharsa Adicahya pada Kamis, 6 Juli lalu.
Menurut Triharsa, naiknya animo perusahaan untuk mengkonversi kendaraan mereka didorong oleh tuntutan pasar global. Saat ini perusahaan-perusahaan berstandar internasional menggalang inisiatif pengurangan emisi karbon. Salah satu caranya adalah menyetop pemakaian truk atau mobil berbahan bakar minyak. Sebagai gantinya, perusahaan ini membeli kendaraan listrik atau mengkonversi kendaraan lama mereka menjadi kendaraan listrik.
Spora EV menjadi pemain besar konversi kendaraan komersial karena nyaris tanpa pesaing. Tahun lalu, perusahaan ini mendapat kontrak untuk mengkonversi dua pikap kabin ganda Mitsubishi Strada, kendaraan operasional sebuah perusahaan pertambangan di Kalimantan. Tahun ini, Spora EV tengah bernegosiasi dengan beberapa perusahaan perkebunan dan perusahaan logistik asal Jerman, DHL. Bila tak ada aral melintang, rencana kongsi dengan DHL akan terwujud pada 15 Juli mendatang. “Masih pilot project. Satu unit dites dulu, seperti apa hasilnya,” tutur Triharsa.
•••
VOLKSWAGEN (VW) Beetle buatan 1973 berwarna merah mengkilap terparkir di salah satu sudut bengkel milik PT Perusahaan Listrik Negara Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan (Pusharlis) Bandung. Penutup kap depan mobil yang kerap disebut VW kodok itu dilepas. Begitu juga kap belakangnya. Mesin berkapasitas 1.300 cc yang semestinya terpasang di punggung si kodok sudah dicopot. Tim teknisi Pusharlis akan menggantinya dengan motor listrik. “Ini proyek perdana kami menggarap mobil,” kata General Manager PLN Pusharlis Suroso kepada Tempo pada Selasa, 4 Juli lalu.
Dalam lima tahun terakhir, Pusharlis telah mengkonversi 55 unit sepeda motor. Salah satunya Yamaha Scorpio buatan 2005 yang dimodifikasi menjadi model chopper dengan setang tinggi dan dudukan jok rendah. Ada pula Honda Tiger 200 cc tahun 2006 yang dibuat menjadi model bobber atau sepeda motor gendut dengan jok rendah serta Vespa Sprinter 1975. "Ini komitmen kami mendorong pertumbuhan ekosistem EV (kendaraan listrik) untuk mempercepat transisi energi,” ucap Suroso.
Untuk mengkonversi VW kodok menjadi mobil listrik, Pusharlis melibatkan empat teknisi. Manajer Unit Pelaksana Produksi dan Workshop 3 PLN Kandhi Widodo mengatakan dua teknisi akan menggarap bagian elektrik dan dua lainnya mengerjakan aspek mekanik. Tapi agenda mengoprek si kodok listrik sudah dua pekan tertunda karena para mekanik menunggu modifikasi mesin listrik rampung.
Mesin anyar itu akhirnya tiba di bengkel Pusharlis pada Rabu, 5 Juli lalu. Sebuah motor listrik berdaya 20 kilowatt dipasang di atas dudukan dari pelat baja tebal berwarna hitam, dirancang agar pas menggantikan mesin lama VW yang berbahan bakar bensin. Posisinya telah terpasang menyatu dengan gearbox atau rumah kopling asli bawaan mobil itu.
Kandhi mengatakan pekerjaan menyatukan mesin listrik dengan gearbox dilakukan di bengkel umum. PLN sengaja melibatkan bengkel-bengkel itu dalam beberapa pekerjaan agar mereka punya portofolio mengerjakan proyek konversi kendaraan listrik. “Kami mengajak bengkel yang belum berizin dan baru punya izin. Ada pula bengkel yang jam terbangnya belum banyak atau konsumennya masih sedikit,” ujarnya. Proyek konversi kendaraan listrik dikerjakan atas nama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai pemilik lisensi.
Salah satu bengkel yang diajak Pusharlis menggarap proyek konversi kendaraan listrik adalah Magnet Secco. Di bengkel itu, 17 sepeda motor sedang menunggu giliran dirombak menjadi kendaraan listrik. Tiga unit lain dalam pengerjaan. Sebelumnya, Magnet Secco menggarap 11 sepeda motor pesanan Pusharlis. “Ada Kawasaki KLX, Honda GL, dan Honda Supra,” kata pemilik bengkel Magnet Secco, Yosefat Wenardi Wigono, pada Rabu, 5 Juli lalu.
Wenardi memanfaatkan garasi rumah di Jalan Tanjung, Kota Bandung, yang setahun terakhir disulap menjadi bengkel konversi motor listrik. Ia mengirim tiga teknisi untuk mengikuti pelatihan dan sertifikasi yang diselenggarakan Kementerian Energi. “Saya sedang menyiapkan syarat-syarat untuk menjadi bengkel konversi bersertifikat,” tuturnya.
Satu dari enam bengkel konversi bersertifikat yang tercantum di platform konversi motor listrik Kementerian Energi, https://ebtke.esdm.go.id/konversi/, adalah PT Ide Inovatif Bangsa. Berlokasi di Jalan Cibatu Raya, Kota Bandung, perusahaan ini juga merupakan produsen sepeda motor listrik merek Quest.
Pemilik Ide Inovatif Bangsa, Nico Questera, mengatakan baru dua pekan perusahaannya ditunjuk pemerintah menjadi bengkel resmi untuk program konversi kendaraan listrik bersubsidi. “Sudah dua-tiga bulan terdaftar, tapi baru masuk platform karena diverifikasi ulang,” ujarnya. Dari enam bengkel resmi yang ditunjuk, PT Ide Inovatif Bangsa satu-satunya yang berlokasi di Bandung. Lainnya berada di Bogor, Jakarta, Surabaya, dan Bali.
Dalam dua pekan, Nico menerima sebanyak 400 permohonan konversi, yang merupakan bagian dari 4.000 permohonan subsidi konversi sepeda motor listrik yang terdaftar via aplikasi Kementerian Energi. Tapi hingga kini belum ada satu pun yang digarap karena bengkel-bengkel belum mengetahui mekanisme pengadaan barang. “Dengan harga konversi Rp 17 juta per unit, Kementerian Energi sudah menentukan komponen-komponen yang bisa dipasang,” kata Nico.
Menunggu regulasi bukan satu-satunya masalah dalam industri konversi kendaraan listrik. CEO Spora EV Triharsa Adicahya mengatakan masih ada persoalan pembiayaan dan layanan purnajual. “Enggak gampang. Urusannya bukan cuma mengganti mesin menjadi dinamo,” ucapnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Ahmad Fikri dari Bandung berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Panjang Antrean Konversi Kendaraan"