Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sebanyak 60 persen responden survei menyatakan akan mengajukan pinjol untuk menyambut Lebaran.
Tingkat wanprestasi 90 hari atau TWP90 Februari 2024 sebesar Rp 1,8 triliun.
Tingginya inflasi Ramadan dan antusiasme masyarakat untuk mudik membuat permintaan pinjol melonjak.
KEBUTUHAN masyarakat terhadap pinjaman online (pinjol) meningkat menjelang momen Lebaran tahun ini. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai pinjaman yang beredar atau outstanding pinjol pada Februari 2024 naik 21,98 persen dibanding Februari 2023 menjadi Rp 61,1 triliun. Kenaikan pinjaman itu tumbuh seiring dengan kenaikan risiko kredit macet.
Saat konferensi pers pada Maret lalu, OJK melaporkan tingkat wanprestasi 90 hari atau TWP90 Februari 2024 berada di level 2,95 persen atau sama dengan bulan sebelumnya. TWP90 menunjukkan tingkat pinjaman yang tidak terbayarkan lebih dari 90 hari sejak tanggal jatuh tempo. TWP90 Februari 2024 tercatat sebesar Rp 1,8 triliun, lebih tinggi daripada bulan sebelumnya.
Pada Januari 2024, TWP 90, yang merupakan kredit macet pinjol, mencapai Rp 1,78 triliun atau naik 27 persen jika dibanding jumlah kredit macet pada Januari 2023 yang sebesar Rp 1,4 triliun. Sedangkan outstanding pinjaman per Januari 2024 mencapai Rp 60,4 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
OJK meminta penyelenggara peer-to-peer lending sebagai penyedia pinjol memantau potensi kenaikan risiko kredit macet imbas tumbuhnya permintaan pendanaan. “Kami meminta penyelenggara menjaga TWP90 di bawah 5 persen, termasuk dalam periode Lebaran,” kata Agusman, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK, Selasa, 2 April lalu.
Kebutuhan Pinjol
Survei Bank BTPN memperkirakan permintaan terhadap pinjol makin tinggi pada Ramadan dan menjelang Lebaran 2024. Menurut hasil sigi yang berlangsung pada 28 Februari-18 Maret lalu, sebanyak 35 persen responden berencana mengajukan pinjol. Jumlah itu naik 13 persen dibanding pada tahun lalu. Respons juga menyebutkan penggunaan pinjol mayoritas untuk kebutuhan jangka pendek.
"Sebanyak 60 persen responden menyatakan untuk menyambut Lebaran, 46 persen modal usaha, dan 18 persen renovasi rumah," kata Digital Banking Partnership Head Bank BTPN Febri Rusli. Survei tersebut melibatkan 233 responden berusia 17-40 tahun dari Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Sidoarjo, Semarang, Medan, Palembang, Makassar, Manado, dan Aceh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Petugas menjelaskan kepada pengunjung tentang fintech dalam Indonesia Fintech Summit & Expo (IFSE) 2023 di Jakarta, November 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Direktur Komunikasi Korporat Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Andrisyah Tauladan menuturkan tren penggunaan platform pinjol cenderung naik mendekati Idul Fitri. Ia mengatakan transaksi peminjaman biasanya lebih tinggi 10 persen pada periode tersebut. “Kami selalu menyampaikan kepada nasabah supaya jangan berlebihan. Pahami kebutuhan dan jangan utamakan keinginan,” ujarnya.
Ketua Umum AFPI Entjik S. Djafar turut mengingatkan masyarakat agar mengetahui kemampuan bayar dan bijak saat meminjam dana. Dengan literasi keuangan yang baik, dia yakin masyarakat akan dapat membuat keputusan cerdas dalam menggunakan platform pinjol. Ia mengakui, mendekati momen Lebaran, risiko kredit macet akan meningkat.
Untuk itu, dia mengimbau anggota AFPI menjaga komitmen dalam prosedur dan mekanisme penagihan. “Kami bersama anggota juga melakukan kampanye untuk berhati-hati terhadap pinjol ilegal yang marak pada musim libur panjang,” katanya.
Meskipun terdapat peningkatan risiko kredit macet, AFPI tetap optimistis industri fintech lending masih memiliki prospek cerah. Dia menuturkan penyelenggara fintech lending perlu menerapkan proses penyaluran pinjaman yang lebih ketat dan selektif. Dengan mematuhi aturan dan menjalin koordinasi bersama OJK, Entjik menuturkan, risiko kredit dapat dikendalikan.
Berdasarkan data OJK per Januari 2024, kredit macet pinjol didominasi oleh peminjam dari Pulau Jawa, terutama di Provinsi DKI Jakarta, dengan rasio kredit macet 3,4 persen, Jawa Barat (3,77 persen), dan Yogyakarta (3,38 persen). Laki-laki tercatat lebih banyak telat melunasi pinjaman dibanding perempuan. Sedangkan rentang usia yang paling tinggi mengalami kredit macet adalah 19-34 tahun. Adapun jumlah rekening aktif pengguna pinjol sebanyak 16,5 juta akun.
Baca Juga Infografiknya:
Ekonom dari Center of Reform on Economics Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, memprediksi kenaikan pinjol selama Ramadan dan Lebaran 2024 mencapai 35 persen. Musababnya, potensi kenaikan inflasi yang lebih tinggi pada bulan puasa tahun ini berpadu dengan tingginya antusiasme masyarakat untuk mudik. Kedua faktor tersebut membuat permintaan pinjol melonjak.
Pada Lebaran 2023, yang berlangsung pada April, kinerja fintech P2P lending tumbuh 30,63 persen dibanding pada periode sebelumnya. Sementara itu, TWP90 naik menjadi 2,82 persen. Yusuf mengatakan industri pinjol dapat mengurangi risiko kredit macet dengan menerapkan metode pengelolaan portofolio kredit, sekuritisasi, peran agunan, pengawasan arus kas, dan manajemen pemulihan.
“Mereka juga perlu menggunakan berbagai data dan analisis untuk memahami nasabah secara lebih baik sebelum memberikan pinjaman,” katanya. Yusuf berujar, peningkatan analisis risiko dan pemantauan yang lebih ketat harus dilakukan untuk menekan angka kredit macet.
Salah satu perusahaan penyedia pinjol, yaitu PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia, mengklaim sudah melakukan penilaian pinjaman secara hati-hati untuk meminimalkan risiko. CEO dan co-founder Akseleran, Ivan Nikolas Tambunan, menyatakan perusahaannya selalu memastikan peminjam memiliki dana tunai yang memadai supaya pembayaran cicilan lancar. Salah satu caranya adalah mengecek dasar pinjaman, seperti invoice dan inventori peminjam. “Ini kunci kami sehingga bisa memiliki non-performing loan (NPL) yang rendah.”
Akseleran, kata dia, juga menyediakan asuransi kredit yang melingkupi 99 persen pokok pinjaman yang tertunggak sebagai pertahanan terakhir menekan kredit macet. Ivan mengimbuhkan, TKB90 atau tingkat keberhasilan 90 hari Akseleran menjadi 99,78 persen. Artinya, TWP90 Akseleran hanya sebesar 0,22 persen.
Selanjutnya TKB60 Akseleran sebesar 99,64 persen, TKB30 99,57 persen, dan TKB0 98,86 persen. TKB adalah tingkat keberhasilan penyelenggara P2P lending dalam memfasilitasi penyelesaian kewajiban pinjam-meminjam dalam jangka waktu hingga 90 hari sejak tanggal jatuh tempo.
Petugas menjelaskan kepada pengunjung tentang fintech dalam Indonesia Fintech Summit & Expo (IFSE) 2023 di Jakarta, November 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Sementara itu, PT Home Credit Indonesia menyebutkan momen Ramadan dan Lebaran akan meningkatkan pertumbuhan pembiayaan pada tahun ini hingga di atas 10 persen. Hasil riset tim Market Research Home Credit menunjukkan bahwa 80 persen responden menganggap Ramadan adalah momen paling menarik untuk berbelanja.
Chief Marketing & Digital Officer Home Credit Sheldon Chuan mengungkapkan, sebanyak 32 persen responden mengatakan bakal menggunakan uang pinjaman untuk bepergian; 31 persen untuk membuka bisnis baru; 27 persen untuk membeli pakaian baru; serta 22 persen untuk membeli barang, seperti telepon seluler, gawai, perabotan, dan laptop.
Jumlah Aduan Pinjol Meningkat
Adapun OJK Sulawesi Tenggara mencatat jumlah aduan pinjol menjelang Idul Fitri meningkat 50 persen dibanding pada hari biasa. Pada periode 1 Januari hingga 3 April lalu, OJK Sulawesi Tenggara menerima 510 aduan. Aduan tersebut didominasi masalah perbankan sebanyak 205 aduan, pembiayaan 145 aduan, pinjol 104 aduan, asuransi 10 aduan, dan pasar modal satu aduan.
Kepala OJK Sulawesi Tenggara Arjaya Dwi Raya menyebutkan peningkatan jumlah aduan pinjol menjelang Idul Fitri bukan hal baru. Sebab, banyak masyarakat yang membutuhkan dana konsumtif untuk keperluan hari raya. Dia bertutur, pinjol menjadi pilihan karena aksesnya mudah dan waktu pencairan cepat.
Sementara itu, Kepala Organisasi Riset dan Tata Kelola Pemerintahan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Agus Eko Nugroho menyoroti praktik bisnis pinjol yang berisiko tinggi. Dia berpendapat, layanan pinjol saat ini lebih berfokus menyasar kredit konsumtif dengan masa tenor kurang dari satu tahun sehingga tingkat bunganya melambung. Risiko kredit macet pinjol, dia mengimbuhkan, juga tecermin dari tidak adanya mekanisme yang valid untuk menilai kelayakan kredit calon nasabah.
Pengamat perbankan Arianto Muditomo memperkirakan kualitas aset pembiayaan P2P lending akan menurun pada periode Ramadan dan Lebaran tahun ini. Hal tersebut terjadi karena tingginya jumlah permintaan pinjol yang berbasis perilaku konsumtif dan tekanan gengsi sosial. "Sedangkan pada momen tersebut, pendapatan sektor informal sebagai pengguna pinjol justru berkurang karena waktu operasionalnya lebih pendek daripada bulan biasanya."
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo