Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kuda Itu Bikin Lega

Pt. bank duta ekonomi sejak 3 jan'78 telah ditetapkan resmi oleh bank indonesia sebagai bank devisa dan bank devisa swasta nasional kini berjumlah 9. (eb)

21 Januari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KALENDER 1978 yang diterbitkan oleh PT Bank Duta Ekonomi (BDE) memasang ganbar kuda: lambang keberuntungan menurut kepercayaan orang Cina dan Jepang. Keberuntungan itu mpanya sudah nyata pada bank tersebut. Sejak 3 Januari ia ditetapkan resmi oleh Bank Indonesia sebagai bank devisa. "Kami lega - masa sulit sudah lewat," kata Dir-Ut Abdulgani, 35, dalam suatu interpiu Yunus Kasim dari TEMPO minggu lalu. Kini barisan bank devisa swasta nasional bertambah menjadi 9. Delapan lainnya adalah PT Bank Dagang Nasional Indonesia, PT Bank Bali, PT Bank Umum Nasional, PT Pan Indonesia Bank Ltd, PT Bank Niaga, PT Bank Pacific, PT Bank Buana Indonesia, dan PT Bank Central Asia. Di antara seluruh 85 bank swasta nasional yang bersisa sekarang, kesembilan itu bagaikan kasta khusus. Memang tidak gampang untuk menjadi bank devisa, terutama sejak BI meningkatkan persyaratannya September 1977. BI menetapkan sesuatu bank akan bisa naik kelas menjadi bank devisa apabila modalnya bertambah menjadi Rp 6 milyar, berstatus pribumi (dalam modal dan pimpinan) bersedia menawarkan sahamnya kepada masyarakat go public). dan jika sudah merger (bergabung) dengan 6 bank lainnya. Sebelum September itu. PT BDE pada prinsipnya sudah disetujui BI untuk menjadi bank devisa. Namun dengan adanya kebijaksanaan baru itu, PT BDE menjadi harap-harap cemas. Bahwa pribumi, ia sudah 100%. Jika perlu beking, ia sudah hebat dengan adanya tiga pemegang saham utama: PT PP Berdikari yang diwakili oleh Bustanil Arifin (Kepala Bulog), Yayasan Damais (Dharma Bakti Sosial) yang diwakili oleh Hadijanto, dan Yayasan SuperSemar yang diwakili oleh Kolonel (pur.) Ali Afandi. Ketiganya masing-masing memiliki saham Rp 800 juta. Lagi pula, Bustanil Arifin menjadi Komisaris Utamanya. Bahwa merger, ia sudah "menelan" dua bank lainnya, yaitu ?T Bank Sarma (P. Siantar/Surabaya) dan PT Bank Dwikora (Pontianak). Modal setornya baru berjumlah Rp 2,4 milyar yang masih di bawah persyaratan BI tapi kekayaannya (asset) sudah Rp 10,9 milyar. Untuk go public, ia jelas bersedia. Tentang ketrampilan, staf karyawannya sudah ditatar di beberapa bank lain dan terus menerima bimbingan BI. Berdasar peraturan BI pra-Septenber '77 ia sudah lulus ujian. Dengan persyaratan BI sesudah September itu. ia belum benar-benar lulus tapi sudah dianggap pantas naik kelas. Pantasan Dir-Ut Abdulgani berkata: "Kami lega."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus