Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kue Pertumbuhan Tidak Merata

Perekonomian pada kuartal kedua lalu berdenyut lebih kencang. Namun kue pertumbuhan lebih banyak dicicipi masyarakat berpenghasilan tinggi. Kalangan menengah-bawah masih harus bergelut dengan kenaikan harga minyak goreng, susu, dan minyak tanah yang mencekik. Itu sebabnya popularitas pemerintah di mata konsumen masih terpuruk.

20 Agustus 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepercayaan Tak Kunjung Datang

Perekonomian domestik sepanjang kuartal kedua yang lalu terus membaik. Prospek bisnis pun kian cerah. Namun, hasil kerja keras pemerintah ini belum juga mendulang kepercayaan konsumen. Indeks kepercayaan konsumen (IKK) sempat menyentuh level terendah tahun ini, bahkan indeks kepercayaan terhadap pemerintah anjlok ke level kedua terburuk setelah kenaikan harga BBM, Oktober 2005. Kali ini, lonjakan harga minyak goreng yang menjadi biang keroknya.

Indeks Kepercayaan Konsumen pada Pemerintah

Mega-Hamzah
Nov 200288,7
Juli 2004100,1
SBY-JK
Nov 2004134,9
April 2005103,8
Dampak kenaikan BBM I
Okt 200592,9
Kenaikan BBM II
Okt 2006108,9
Kenaikan harga beras
April 2007Kenaikan harga minyak goreng
Jun 200794,7

Indeks kepercayaan konsumen
Terimpit Dua Minyak

  • Kenaikan harga beras mulai mereda pada akhir triwulan pertama. Namun, dampak positif dari mulai meningkatnya aktivitas perekonomian belum terlalu dirasakan oleh sebagian besar masyarakat, terutama golongan menengah ke bawah.

  • Akibatnya, IKK bertahan pada level yang rendah pada triwulan kedua. Pada April, IKK merosot ke level terendah tahun ini: 80,7. Di bulan berikutnya sedikit meningkat menjadi 81,7, namun turun kembali menjadi 81,6 pada Juni.

  • Faktor utama penyebab turunnya kepercayaan konsumen pada Juni adalah meningkatnya kekhawatiran masyarakat terhadap perekonomian. Pekerjaan dirasa semakin sulit didapat. Di samping itu, kenaikan harga minyak goreng dan kelangkaan minyak tanah di beberapa daerah turut menekan optimisme konsumen pada triwulan kedua 2007.

  • Dampaknya, rencana pembelian barang tahan lama dalam enam bulan ke depan turun dari 27,2 persen menjadi 25,8 persen pada Juni. Pemulihan rencana pembelian barang konsumen akan sangat tergantung pada kemampuan pemerintah dalam menstabilkan harga dan menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak.

Indeks Kepercayaan Konsumen:

  • IKK menggambarkan keadaan mutakhir perekonomian masyarakat. Hasil survei ini biasanya keluar lebih awal daripada indikator-indikator lain yang juga digunakan dalam memprediksi pola belanja. Kepercayaan konsumen bisa melihat efek dari suatu kejadian atau kebijakan pemerintah terhadap pola belanja. IKK yang meningkat berarti keadaan perekonomian masyarakat membaik, dan sebaliknya.

  • IKK berdasarkan survei terhadap sekitar 1.700 rumah tangga Indonesia dari enam wilayah (Sumatera Utara, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan). Survei menggunakan metode wawancara tatap muka. Sampel dipilih dengan metodologi statistik tertentu sehingga mewakili populasi.l Responden diminta menilai keadaan perekonomian (baik lokal maupun nasional), pendapatan rumah tangga, dan ketersediaan lapangan kerja. Dalam setiap pertanyaan, konsumen dapat menjawab "optimis" atau "pesimis". Jika indeks di bawah "100" berarti respons negatif (pesimistis) melebihi jumlah respons positif (optimistis), dan sebaliknya.

Indeks Kepercayaan Konsumen pada Pemerintah
Terendah Kedua Pasca-BBM

  • Sejak Desember 2006, IKKP mulai turun signifikan sampai akhir triwulan kedua 2007. Pada Juni lalu, IKKP berada pada 94,7, level terendah kedua di masa pemerintahan SBY-JK (level terendah setelah kenaikan harga BBM pada Oktober 2005).

  • Dilihat dari IKKP dan komponennya, penurunan indeks pada triwulan kedua terutama disebabkan oleh rontoknya kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah menjaga kestabilan harga (indeks Juni pada level 74,8). Keterlambatan mengendalikan harga beras, meroketnya harga minyak goreng dan harga susu telah membebani masyarakat. Akibatnya, kepercayaan publik atas kemampuan pemerintah memperbaiki keadaan ekonomi terus menurun (dari 95,3 pada April ke 92,6 pada Juni).

  • Setahun terakhir ini seluruh komponen IKKP turun. Yang terparah terjadi pada tingkat kepercayaan atas kemampuan pemerintah dalam mengendalikan harga (turun 13,5 persen). Indeks kepercayaan terhadap kemampuan pemerintah dalam memperbaiki keadaan ekonomi turun 6,7 persen. Indeks kepercayaan terhadap pemerintah dalam menyediakan infrastruktur juga turun 0,3 persen.

  • Hingga Juni 2007, level IKKP adalah di bawah 100. Di samping itu, hampir seluruh komponen IKKP masih berada di bawah level setahun lalu. Keadaan ini perlu diperbaiki segera. Karena waktu yang tersisa untuk menaikkan kepercayaan konsumen terhadap pemerintah kian pendek. Sebagai catatan, pemerintahan Megawati gagal menang pemilu, walaupun IKKP berada di atas level 100 sekitar setahun sebelum pemilu.

Indeks Kepercayaan Konsumen terhadap Pemerintah

  • Survei IKKP bersamaan dengan survei kepercayaan konsumen.

  • Responden diminta menilai kemampuan pemerintah untuk lima hal: memperbaiki keadaan ekonomi, menjaga kestabilan harga, menyediakan infrastruktur, menjaga keamanan, dan menegakkan hukum.

  • Hasil survei ditampilkan dalam bentuk indeks difusi dan disesuaikan ke tahun dasar perhitungan (di-rebase) dengan membuat indeks rata-rata pada 2003 sama dengan 100.

  • Indeks di atas 100 berarti masyarakat menilai kinerja pemerintah lebih baik ketimbang kinerja rata-rata pada 2003. Demikian pula sebaliknya.
IKKP dan KomponennyaIndeks 2007Perubahan (%)
AprilMayJun1 tahun2 tahun
Memperbaiki keadaan ekonomi95,388,692,6-7,7-19,7
Menjaga kestabilan harga86,476,674,8-13,5-33,3
Menyediakan infrastruktur103,6104,4104,4-0,31,9
Menjaga keamanan109,4108,0107,1-3,9-1,4
Penegakan hukum95,996,394,6-14,8-20,4
IKKP98,194,894,7-7,7-15,2

Coincident dan Leading Economic Index
Ekonomi Terus Tumbuh

  • Setelah turun pada triwulan pertama, CEI mengalami tren kenaikan pada periode April-Juni 2007. Pada April CEI naik ke level 103,59. Sebulan kemudian naik signifikan ke level 104,79, dan pada Juni CEI kembali naik menjadi 104,81.

  • Level CEI yang lebih tinggi pada triwulan kedua dibanding triwulan pertama menggambarkan aktivitas perekonomian yang lebih baik. Tren kenaikan CEI yang terus terjadi pada triwulan kedua menunjukkan perekonomian yang terus mengalami percepatan pertumbuhan.

  • Kian terkendalinya harga beras pada triwulan kedua (karena panen beras) telah mengurangi tekanan terhadap daya beli masyarakat. Dampak penurunan suku bunga terhadap perekonomian juga makin terasa (BI menurunkan suku bunga dari 9,0 persen pada Maret menjadi 8,50 persen pada Juni). Perbaikan perekonomian, antara lain terlihat dari kenaikan penjualan mobil, konsumsi semen, nilai total impor, dan penjualan retail.

  • Prospek perekonomian Indonesia tampaknya masih cerah. Hal ini didukung terutama oleh inflasi yang relatif terkendali sepanjang tahun ini, sehingga suku bunga masih dapat dipertahankan pada level yang relatif rendah. Membaiknya perekonomian masyarakat juga menunjang pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Pada triwulan kedua, LEI naik terus (ke level 110,39 pada Juni). Ini mengindikasikan percepatan perekonomian akan berkesinambungan. Kenaikan LEI pada triwulan kedua terutama dipicu oleh peningkatan kedatangan turis mancanegara, persetujuan investasi asing, indeks harga saham gabungan, dan penguatan nilai tukar rupiah efektif.

Coincident & Leading Economic Index

  • CEI menggambarkan keadaan ekonomi saat ini. Disusun menggunakan lima data ekonomi: impor, penjualan mobil, konsumsi semen, suplai uang, dan penjualan eceran, karena secara statistik dapat menjelaskan pergerakan perekonomian saat sekarang. Gabungan informasi kelima data itu pun menggambarkan keadaan ekonomi keseluruhan.

  • Penurunan CEI menggambarkan aktivitas perekonomian yang turun, begitu pula sebaliknya. CEI yang turun tiga kali berturut-turut menandakan ada masalah dalam perekonomian yang perlu diwaspadai. Jika turun terus-menerus dengan tajam menandakan ekonomi sedang resesi.

  • LEI adalah indeks yang bergerak 6-12 bulan mendahului CEI. Dengan kata lain, LEI menggambarkan arah pergerakan ekonomi 6-12 bulan mendatang. LEI disusun dengan menggunakan tujuh data ekonomi: izin mendirikan bangunan, kedatangan turis asing, persetujuan investasi asing, nilai tukar rupiah riil, Indeks Harga Saham Gabungan, ekspor, dan inflasi di sektor jasa.

  • Tren LEI yang naik menunjukkan prospek ekonomi yang cerah, sedangkan tren menurun menunjukkan prospek ekonomi memburuk. Kombinasi CEI dan LEI dapat digunakan untuk menentukan posisi ekonomi dalam siklus bisnisnya.

Indeks Komponen CEI dan LEIApr-07Mei-07Jun-07Mei-Jun (%)
Coincident Economic Index (CEI)103,59104,79104,81-0,02
Penjualan mobil dalam negeri106,05112,07115,863,38
Konsumsi semen121,56135,45125,09-7,65
Nilai riil impor123,14143,31133,38-6,93
Nilai riil jumlah uang beredar (M1)151,51150,76158,595,20
Penjualan retail63,6366,5666,33-0,36
Leading Economic Index (LEI)107,84108,25110,390,14
Izin mendirikan bangunan75,7775,0375,080,08
Jumlah turis mancanegara104,65102,08107,275,08
Persetujuan investasi asing229,73236,37235,83-0,23
Nilai tukar efektif riil99,38106,72107,220,46
Harga saham gabungan (IHSG)301,35319,14326,582,33
Nilai riil ekspor179,79181,86174,97-3,79
Harga konsumen sektor jasa2,672,672,66-0,30

Indeks Sentimen Bisnis
Prospek Bisnis Kian Cerah

  • Indeks Sentimen Bisnis (ISB) menguat pada survei April-Mei sebesar 1,6 persen menjadi 123,0. Dari dua komponen ISB, hanya Indeks Ekspektasi (IE) yang naik signifikan 2.6 persen menjadi 133,3. Sedangkan komponen lainnya, Indeks Situasi Sekarang (ISS), hanya naik tipis 0,2 persen menjadi 112,6. Penguatan ISB untuk kelima kalinya ini mencerminkan keadaan iklim bisnis yang semakin baik dan prospek ekonomi yang kian cerah.

  • Meskipun kian banyak pimpinan perusahaan (sekitar 18 persen dari seluruh CEO yang disurvei pada April-Mei) menyatakan perekonomian Indonesia semakin baik, para CEO tidak melaporkan adanya peningkatan kinerja perusahaan yang signifikan. Mereka memberi indikasi bahwa laba perusahaan tidak banyak berubah dari bulan sebelumnya walau penjualan naik. Ini dapat disebabkan oleh tekanan biaya operasional yang cukup tinggi (karena tekanan inflasi) dan kompetisi bisnis yang semakin ketat.

  • Para CEO yang disurvei masih yakin prospek ekonomi Indonesia akan membaik. Hanya 19,4 persen dari seluruh CEO yang disurvei merasa prospek ekonomi akan memburuk. Separuh CEO yang disurvei (sekitar 46,9 persen) berharap Bank Indonesia terus menurunkan suku bunga. Hanya 13,8 persen yang memperkirakan suku bunga akan naik.

  • Membaiknya kondisi dunia usaha membuat tingkat kepercayaan CEO terhadap pemerintah naik. Indeks Sentimen Bisnis terhadap Pemerintah (ISBP) meningkat 13,25 persen menjadi 103,1. Semua komponen ISBP mengalami perbaikan. Menguatnya kepercayaan pebisnis terhadap pemerintah merupakan cerminan dari berkurangnya kekhawatiran pebisnis terhadap prospek bisnis mereka di tengah inflasi yang kian terkendali, iklim investasi yang membaik, dan turunnya suku bunga.

Indeks Sentimen Bisnis

  • ISB disusun berdasarkan survei terhadap sekitar 700 CEO atau direktur perusahaan-perusahaan besar dari berbagai sektor: konstruksi, pertanian, keuangan, transportasi & komunikasi, manufaktur, perdagangan, hotel & restoran, jasa-jasa, dan lain-lain (pertambangan). Cara pengambilan sampel menggunakan metodologi statistik untuk merepresentasikan penilaian direktur-direktur perusahaan dari berbagai sektor yang ada di Indonesia secara akurat.

  • Interpretasi ISB cukup sederhana: jika indeks di bawah 100, dapat dikatakan bahwa respons negatif (pesimistis) melebihi jumlah respons positif (optimistis). ISB yang turun menggambarkan keadaan bisnis yang memburuk, dan sebaliknya.

  • ISB dirancang untuk mengukur penilaian pelaku bisnis terhadap keadaan perusahaan mereka masing-masing, keadaan sektor industri yang digeluti dan keadaan ekonomi serta bisnis mereka secara umum baik pada waktu sekarang maupun ekspektasi-ekspektasi mereka pada enam bulan mendatang.

Kondisi Ekonomi Saat ini

  • Baik 18%
  • Sedang 55%
  • Buruk 27%

    Enam Bulan Mendatang

  • Baik 32%
  • Sedang 48%
  • Buruk 20%
  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus