Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Lonjakan Harga Bahan Pokok Diprediksi Tahan Laju Pemulihan Konsumsi Rumah Tangga

Bhima Yudhistira, mengatakan lonjakan harga kebutuhan bahan pokok akan menahan laju pemulihan konsumsi rumah tangga

29 Desember 2021 | 13.15 WIB

Aktivitas perdagangan bahan pokok di Pasar Tebet, Jakarta, Jumat, 17 Desember 2021. Cabai rawit merah mengalami kenaikan yang cukup besar jika dibandingkan dengan komoditas lain yang naik sebesar 2,61 persen atau Rp 2.200 menjadi Rp 86.500. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Aktivitas perdagangan bahan pokok di Pasar Tebet, Jakarta, Jumat, 17 Desember 2021. Cabai rawit merah mengalami kenaikan yang cukup besar jika dibandingkan dengan komoditas lain yang naik sebesar 2,61 persen atau Rp 2.200 menjadi Rp 86.500. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Center of Economic and Law Studies atau Celios, Bhima Yudhistira, mengatakan lonjakan harga kebutuhan bahan pokok akan menahan laju pemulihan konsumsi rumah tangga, khususnya kelompok menengah dan bawah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Semakin rendah golongan konsumsi masyarakat, pengeluaran bahan makanan semakin besar," ujar Bhima kepada Tempo, Rabu, 29 Desember 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasar data Badan Pusat Statistik, kata dia, komposisi garis kemiskinan dari bahan makanan mencapai 73 persen. "Jadi, sedikit saja harga minyak goreng dan cabai naik, yang rentan miskin paling terpukul."

Situasi masyarakat menengah dan bawah itu berbeda dengan golongan atas yang masih punya simpanan, sehingga naiknya harga kebutuhan pokok masih bisa ditolerir.

Terlebih, tutur Bhima, upah minimum hanya naik rata-rata di kisaran 1 persen tahun 2022. Hal ini diperkirakan membuat banyak pekerja yang daya belinya merosot.

Selain menahan laju pemulihan ekonomi, inflasi yang terlalu tinggi juga berisiko mempercepat naiknya suku bunga acuan bank. "Kalau bunga pinjaman lebih mahal maka efeknya pengusaha yang akan kena getahnya, mau ekspansi tapi bunga mahal," ujar Bhima.

Untuk itu, Bhima mengatakan yang bisa dilakukan pemerintah adalah memastikan pasokan bahan pokok tercukupi. TPID perlu kerja keras memetakan risiko kebutuhan pangan di tiap daerah.

"Sedikit saja ada gejolak langsung dicari solusinya. Awasi juga praktik penimbunan bahan pangan impor dan penyelundupan di daerah rawan dan perbatasan," kata Bhima.

Substitusi produk impor pu, tutur dia, harus segera disiapkan terutama pangan dan bahan baku industri karena gejolak harga barang impor berisiko terjadi.

Pelajaran pentingnya, kata Bhima, adalah ketergantungan beberapa komoditas pangan impor disaat harga pangan internasional naik dan rupiah melemah akan menimbulkan imported inflation.

Berdasarkan data World Bank Commodity Prices per November 2021, indeks harga makanan secara global telah meningkat sebesar 20 persen dibanding tahun sebelumnya.

"Situasi harga pangan impor sudah membahayakan," tutur Bhima. "Pemerintah dan BI perlu jaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan berbagai cara, sehingga fluktuasi harga pangan impor tidak terlalu menekan konsumen didalam negeri."

CAESAR AKBAR

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus