Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bouraq akhirnya menyerah. Setelah tiga tahun terus merugi, maskapai penerbangan nasional itu menghentikan operasi Boeing 737-200 yang melayani rute Manado-Davao (Filipina Selatan), sejak Senin pekan lalu. Namun, atas permintaan Gubernur Sulawesi Utara, A.J. Sondakh, Bouraq tetap akan menerbangi rute tersebut. Bouraq akan menggunakan pesawat lain yang lebih kecil, yakni HS/748, yang hanya mampu memuat 43 penumpang. Penerbangan ini akan dimulai Senin pekan depan dengan frekuensi dua kali seminggu. Tak cuma itu yang berubah. Waktu penerbangannya pun bertambah dua kali lipat menjadi dua jam.
Kepala Perwakilan Bouraq di Manado, Anton Oli'i, menjelaskan bahwa selama ini pesawat Boeing, yang mampu mengangkut 120 orang, rata-rata hanya terisi 30 persen. Akibatnya, Bouraq tak mampu mencapai titik impas. Maklumlah, harga tiket Manado-Davao hanya US$ 131, sementara pengoperasian pesawat itu menghabiskan US$ 8.500 untuk sekali terbang. "Ini jelas tidak layak karena titik impas pun sulit dicapai, apalagi untung," kata Anton kepada Verrianto Madjowa dari TEMPO. Karena itu, Bouraq memilih mengganti pesawat.
Sebelum penggantian pesawat ini dilakukan, Mindanao Business Council (MBC) sempat mengajukan permintaan kepada Presiden Filipina ketika itu, Joseph Estrada, untuk memangkas segala macam biaya di bandara Davao untuk Bouraq. Sayangnya, sampai penyetopan penerbangan Manado-Davao dilakukan, tak pernah ada jawaban dari Manila.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo