Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENGAIL kakap umpannya pun mesti besar. Berangkat dari pepatah
itu Fajar Rianto, 32 tahun, tanpa ragu lagi meninggalkan bis
yang tiap hari dibawanya pulang balik Jakarta-Banjar. Ada
risikonya. Penghasilan Rp 3.000 sampai Rp 4.000 sehari, untuk
menghidupi seorang isteri dengan tiga anak, harus dilepaskannya.
Bahkan, "sampai televisi saya jual juga -- pokoknya
habis-habisan," ujar Fajar.
Tapi semuanya itu, katanya, "memang pengorbanan". Masuk kamp
latihan sebulan lamanya, berikutnya Fajar dengan 360 rekan sopir
lainnya berharap menyongsong masa depan yang lebih cerah mereka
akan dikirim ke Arab Saudi. Di sana bis-bis mewah, ber-AC yang
harganya Rp 67 juta sebuah, sudah menunggu. Tentu saja dengan
janji gaji yang sangat merangsang: sekitar Rp 200 ribu sebulan
bersih. Makan, penginapan, transport, pelayanan kesehatan sampai
asuransi tak perlu difikirkan. Belum lagi uang lemburnya.
Perusahaan angkutan dalam dan antar kota Arab Saudi, Saudi
Arabian Public Transportation Co (Sapco), menurut Menteri
Nakertrans Harun Zain membutuhkan 10 ribu tenaga dari sini,
untuk sopir, kondektur maupun montir. "Jumlah itu akan kita
layani secara bertahap," kata Menteri Harun. Sejumlah 75 orang
sopir, menurut Ketua Servindo (Indonesian Service Development
Consortium) Soekardono, harus sudah sampai di Jeddah 23 Juni
ini.
Mereka adalah 200 pelamar yang lulus berbagai macam test, mulai
dari ketrampilan, kesehatan sampai kejiwaan Juga lulus dari
latihan sopir "tingkat internasional", teori maupun praktek, dan
sepatah dua bahasa Arab, Inggeris dan tak lupa tentu saja
pelajaran Pancasila. Dalam waktu sesingkat itu? "Ya,
sepotong-sepotong," seperti kata Fajar, sekedar untuk bertanya
"mau ke mana?", "berhenti, belok kiri atau kanan."
Sheik Omer Kamil
Yang akan mengatur keberangkatan mereka dari sini PT Rabindo.
Dan perusahaan ini, menurut I Ketut Arinta dari Rabindo,
hanyalah pelaksana yang ditunjuk 'eksportir' tenaga kerja
Yayasan Kartika Eka Paksi. "Ini order jangka pendek," katanya.
Di Jeddah sopir-sopir pilihan tersebut akan diterima Sheik Omer
Kamil yang sebelumnya telah meninjau proyek latihan di pool bis
PPD Cililitan. Omer Kamil, partikulir, adalah pemegang saham
Sapco -- sebuah perusahaan angkutan pemerintah Arab Saudi
pertama yang berkongsi dengan swasta. Manajemennya dipegang
perusahaan AS. Tugas pertamanya adalah menyelenggarakan angkutan
bis dalam dan antar kota. Termasuk melayani angkutan jamaah di
musim haji secara gratis.
Minat menjadi sopir 'kelas ekspor' ternyata tak begitu banyak.
Pendaftaran pertama yang lewat Robindo berjumlah 300 calon.
Angkatan berikutnya hanya dimintai separohnya saja. Gaji dan
perangsang lain boleh menarik. Tapi syaratnya juga memang tidak
enteng. Umur harus masih di bawah 40 tahun. Di samping punya
surat ijin mengemudi (SIM) B Umum, bagi mereka yang hanya
lulus sekolah dasar harus punya pengalaman kerja sedikitnya 7
tahun. Tamatan SMP dan SMA cukup bila punya pengalaman 5 dan 3
tahun. Masih ada catatan: sopir truk lebih baik jangan melamar.
Pengemudi eks truk, menurut Sapco, kurang punya rasa
tanggungjawab terhadap keselamatan penumpang.
Sistim penggajian belum ada kepastian. Sopir dari Pilipina hanya
menerima 30%. Selebihnya dibayarkan di tanah air, bagi keluarga
yang ditinggalkan, atau didepositokan. PT Rabindo masih mencoba
untuk mendengar suara para sopir. Yang jelas, selama 3 bulan
pertama Rabindo menanggung segala-galanya. Selebihnya, selama 21
bulan masa kontrak, sopir berurusan langsung dengan Sapco.
Kontrak dapat diperpanjang atas kehendak sopir sendiri. Mereka
juga boleh memutuskannya di tengah jalan. Asal mau menanggung
biaya pulang sendiri saja. Kemungkinan yang terakhir tak
diingini oleh orang seperti Fajar Rianto. "Sudah diniati," kata
sopir asal Surabaya ini. "Siapa tahu dapat merubah nasib, tambah
pengalaman," katanya, dan tak lupa tentunya, "dapat naik haji
kapan lagi?"
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo