Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang rupiah melemah 66 poin di level Rp 15.206 per dolar AS pada akhir perdagangan sore ini, Selasa, 1 Oktober 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memprediksi pada perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif juga ditutup melemah dalam rentang Rp 15.130 - Rp 15.240 per dolar AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ibrahim menyebut, kondisi ini dipengaruhi oleh tingkat inflasi Indonesia pada September 2024 yang mencapai 1,84 persen secara tahunan (year on year/YoY). Sementara itu terjadi deflasi sebesar 0,12 persen secara bulanan (month to month/MtM). Hal tersebut menyebabkan indonesia mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut.
"Indeks harga konsumen (IHK) turun ke level 105,93 pada September 2024, dari 106,06 pada Agustus 2024," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Selasa.
Sementara itu, kelompok pengeluaran yang paling besar menyumbang deflasi adalah makanan, minuman dan tembakau. Tercatat, kelompok tersebut terjadi deflasi sebesar 0,59 persen dan memberikan andil deflasi 0,17 persen. Selanjutnya, komoditas lain yang mempengaruhi inflasi antara lain komponen ikan segar dan kopi bubuk, dengan andil masing-masing 0,02 persen.
"Komponen penyumbang inflasi lainnya adalah biaya kuliah akademi perguruan tinggi, juga sigaret kretek mesin," imbuhnya.
Sebelumnya, analis memperkirakan bahwa secara tahunan, inflasi di Indonesia akan mereda. Dari 29 ekonom, nilai tengah proyeksi inflasi September 2024 adalah 2,00 persen (YoY), turun dari posisi Agustus 2024 dengan inflasi 2,12 persen (YoY).
Selanjutnya: Proyeksi terendah inflasi tahunan....
Proyeksi terendah inflasi tahunan pada September 2024 adalah 1,80 persen dan yang tertinggi 2,20 persen. Menurut Ibrahim tercatat 20 ekonom memproyeksikan bahwa inflasi tahunan pada bulan September 2024 akan lebih rendah dari bulan sebelumnya.
"Kondisinya berbeda apabila dilihat dari pergerakan IHK secara bulanan. Para ekonom memperkirakan masih akan terjadi deflasi bulanan pada September 2024," tutur Ibrahim.
Namun pada kondisi eksternal, Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, dalam pidatonya mengatakan bank sentral AS (The Fed)kemungkinan akan tetap mempertahankan pemotongan suku bunga seperempat poin persentase ke depan. Karena itu, Powell disebut menolak taruhan pada pemotongan suku bunga yang lebih besar.
Ibrahim memprediksi trader tetap yakin The Fed akan memangkas lagi pada pertemuan penetapan kebijakan berikutnya di bulan November. Namun, bank sentral AS tersebut kemungkinan memangkas ekspektasi untuk pengurangan 50 basis poin menjadi 35,4 persen dari 53,3 persen sehari sebelumnya, mengutip data FedWatch Tool milik CME Group.
Powell menyampaikan pidatonya menjelang rilis berbagai data penting AS minggu ini, termasuk indeks manufaktur Institute for Supply Management yang akan dirilis Selasa malam dan laporan non-manufaktur pada Kamis, diikuti oleh angka pekerjaan bulanan yang berpotensi krusial pada Jumat.
Sementara itu, ketegangan yang terjadi di Timur Tengah juga masih menjadi perhatian. Invasi darat Israel ke Lebanon mulai berlangsung pada hari Selasa. Militer Israel (IDF) mengatakan pasukan telah memulai serangan terbatas terhadap target Hizbullah di daerah perbatasan.
Serangan itu membuat pimpinan Hizbullah, Hassan Nasrallah, dibunuh oleh Israel pada hari Jumat, sehingga makin meningkatkan konflik di Timur Tengah antara Israel dan militan yang didukung Iran. Sekarang konflik mengancam untuk menyeret AS dan Iran.