Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Memacu Daya Serap Pasar

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Johnny Darmawan, mengatakan Purchasing Managers’ Index Manufaktur Indonesia ditentukan oleh tiga faktor, yaitu peningkatan produksi, permintaan, dan penyerapan stok. Ia berujar, ekspansi terjadi bila ada peningkatan pasokan pabrik dan daya serap pasar.

3 Desember 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Johnny Darmawan, mengatakan Purchasing Managers’ Index Manufaktur Indonesia ditentukan oleh tiga faktor, yaitu peningkatan produksi, permintaan, dan penyerapan stok. Ia berujar, ekspansi terjadi bila ada peningkatan pasokan pabrik dan daya serap pasar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Johnny, pelaku industri telah menggenjot produksi sejak Oktober lalu guna mempersiapkan pasokan Desember. Johnny mengimbuhkan, untuk menggenjot kinerja, pelaku industri biasanya meningkatkan pemasaran produknya. "Dari segi permintaan, pasar dipacu dengan gimmick pemasaran, misalnya untuk perayaan Natal," ujarnya kepada Tempo, kemarin.

 

Selain karena adanya pelonggaran pembatasan sosial berskala besar di beberapa daerah, Johnny mengatakan, ekspansi didorong oleh kenaikan permintaan masyarakat. Sedangkan peningkatan konsumsi didorong oleh insentif dan bantuan sosial dari pemerintah. Ia berharap pengurangan hari libur bisa memacu aktivitas manufaktur menjelang akhir tahun.

 

"Pada Desember biasanya terjadi kontraksi karena libur panjang. Permintaan dan pasokan berkurang, membuat pabrik tidak bekerja. Namun, bisa jadi karena tidak ada libur panjang, PMI manufaktur tetap di atas 50 (kondisi ekspansi)," kata dia.

 

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia, Adhi Lukman, menyatakan pengusaha akan menjaga kelancaran distribusi produk dalam negeri, termasuk penjualan daring. Hal itu dilakukan untuk menggenjot kinerja industri pada pengujung tahun. "Untuk ekspor, kami mencari pasar baru," ujar Adhi.

 

Ia berkata, peningkatan aktivitas masyarakat telah mendorong permintaan konsumsi, dan hal ini berpengaruh positif terhadap industri makanan-minuman. Begitu pula, realisasi belanja pemerintah melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional turut mendukung membaiknya konsumsi dalam negeri, meskipun belum normal.

 

Selain itu, Adhi berujar, konsumen kelas menengah sebagian sudah berani berbelanja dan beraktivitas dengan kebiasaan baru. Menurut dia, masyarakat kelas menengah dan atas memberikan kontribusi belanja sekitar 80 persen secara nasional. Dorongan belanja kelas menengah-atas dan dukungan pemerintah untuk kelas bawah dinilai ikut mendorong ekonomi.

 

"Berdasarkan data September, industri makanan dan minuman masih tumbuh sekitar 6 persen. Saya memperkirakan industri akan tumbuh 2-3 persen secara tahunan," kata Adhi.

 

Direktur Riset Center of Reform on Economics, Piter Abdullah Redjalam, berujar kenaikan aktivitas usaha ditunjukkan oleh kembali meningkatnya berbagai indikator penjualan dan indeks keyakinan konsumen. Dia menilai, pelaku industri sudah merespons hal ini dengan membeli barang-barang modal dan bahan baku, yang membuat indeks PMI Manufaktur bangkit melewati batas 50.

 

"Angka PMI ini saya perkirakan akan bertahan, bahkan terus membaik pada Desember dan bulan-bulan selanjutnya," ujar Piter.

 

Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, Achmad Sigit Dwiwahjono, berujar pemerintah akan mempertahankan posisi ekspansi pada tahun depan dengan merealisasi program vaksinasi. Dia menyebutkan, Kementerian Perindustrian akan terus mendorong pelaksanaan kebijakan strategis untuk mendukung pemulihan industri nasional.

 

“Sektor industri perlu pendalaman struktur serta kemandirian bahan baku dan produksi. Program substitusi impor akan kami prioritaskan,” ujarnya.

 

Substitusi barang impor diharapkan mampu memperbaiki persoalan lain yang masih menghambat, seperti regulasi dan insentif yang belum mendukung serta belum optimalnya penerapan program Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri. Adapun pertumbuhan sektor industri nonmigas sepanjang 2020 diperkirakan masih akan terkontraksi pada angka minus 2,22 persen.

 

“Dengan asumsi pandemi Covid-19 sudah dapat dikendalikan, vaksin tersedia, dan aktivitas ekonomi pulih, pertumbuhan sektor manufaktur diproyeksikan mencapai 3,95 persen pada 2021,” ujar Sigit.


LARISSA HUDA


Memacu Daya Serap Pasar

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus