Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Selamat Tinggal Era Suku Bunga Rendah

Setelah menahan selama 18 bulan, Bank Indonesia akhirnya menaikkan suku bunga acuan dari 3,5 persen menjadi 3,75 persen. Dianggap membuka peluang bank sentral untuk memulai era suku bunga tinggi.

24 Agustus 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA – Setelah menahan selama 18 bulan, Bank Indonesia akhirnya menaikkan suku bunga acuan 7-day reverse repo rate sebesar 25 basis point dari 3,5 persen ke level 3,75 persen. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan keputusan kenaikan tersebut dibuat untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi dan inflasi bahan pangan bergejolak (volatile food).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Langkah pre-emptive dan forward looking ini juga untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan fundamentalnya,” ujar Perry, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelum dinaikkan, suku bunga acuan 3,5 persen bertahan sejak 18 Februari 2021. Adapun pada Januari 2021, suku bunga acuan Bank Indonesia tercatat sebesar 3,75 persen.

Perry berujar, ke depan Bank Indonesia akan terus memperkuat respons bauran kebijakan guna menjaga stabilitas dan memperkuat pemulihan ekonomi. Salah satu strategi yang ditempuh adalah memperkuat operasi moneter melalui kenaikan struktur suku bunga di pasar uang sesuai dengan kenaikan suku bunga Bank Indonesia 7-day reverse repo rate. Strategi lainnya adalah memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah untuk mengendalikan inflasi dengan intervensi di pasar valuta asing.

Bank sentral juga akan membeli atau menjual surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah. Sinergi pusat dan daerah bertujuan menjaga stabilitas harga dan meningkatkan ketahanan pangan untuk mengendalikan laju inflasi. “Kami juga mengimplementasikan kebijakan insentif bagi bank-bank yang menyalurkan kredit atau pembiayaan kepada sektor prioritas dan UMKM,” kata Perry.

Pengendara mengisi bahan bakar di SPBU kawasan Kuningan, Jakarta, 2 Agustus 2022. Tempo/Tony Hartawan

Indikasi Kenaikan Harga BBM

Sikap Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan ini diyakini baru langkah awal dan membuka peluang kenaikan-kenaikan berikutnya untuk memulai era suku bunga tinggi. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan kenaikan suku bunga acuan mengindikasikan rencana kenaikan harga BBM makin kuat.

“Bukan hanya yang nonsubsidi, tapi BI juga tampak pre-emptive terhadap kenaikan harga BBM bersubsidi, yaitu Pertalite dan solar,” ucapnya.

Berdasarkan hitungannya, jika BBM bersubsidi terealisasi naik 30 persen, Bank Indonesia diperkirakan kembali meningkatkan suku bunga acuan hingga 75-100 basis point sepanjang tahun. “Jadi, ini bukan kenaikan pertama pada tahun ini. Perlu bersiap suku bunga naik secara persisten hingga tahun depan.”

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, mengungkapkan, kenaikan suku bunga acuan pada bulan ini ditujukan untuk menjangkar ekspektasi inflasi inti dalam jangka pendek dan menengah.

Dibayangi Risiko Inflasi

Adapun instrumen suku bunga sendiri pada dasarnya hanya mampu menahan laju inflasi inti atau permintaan, bukan dari sisi inflasi barang bergejolak (volatile food) ataupun barang yang diatur pemerintah (administered price). “Kenaikan suku bunga diperkirakan berdampak menahan permintaan barang dan jasa dalam derajat tertentu sehingga inflasi inti bisa dikendalikan,” ujar Josua.

Josua mengatakan, untuk barang bergejolak, laju inflasinya diprediksi melambat seiring dengan datangnya musim panen pada Agustus-September. Namun lajunya berpeluang meningkat kembali pada akhir tahun.

Adapun inflasi barang yang diatur pemerintah akan erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah, terutama subsidi energi. Inflasi akhir tahun pun diproyeksikan mampu mencapai 5,0-5,5 persen. “Karena itu, BI diperkirakan berpotensi melanjutkan kenaikan hingga akhir tahun ini dan awal tahun depan, yaitu sebesar 50 basis point,” ujar Josua.

GHOIDA RAHMAH
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ghoida Rahmah

Ghoida Rahmah

Bergabung dengan Tempo sejak Agustus 2015, lulusan Geografi Universitas Indonesia ini merupakan penerima fellowship Banking Journalist Academy batch IV tahun 2016 dan Banking Editor Masterclass batch I tahun 2019. Pernah menjadi juara Harapan 1 Lomba Karya Jurnalistik BPJS Kesehatan di 2016 dan juara 1 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Media Cetak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2021. Menjadi Staf Redaksi di Koran Tempo sejak 2020.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus