Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Harga Pangan Meroket hingga Awal Tahun Depan

Harga minyak goreng, cabai rawit, dan telur masih naik. Pemerintah berupaya menekan harga. 

29 Desember 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Kenaikan harga minyak goreng bukan terjadi karena masalah pasokan.

  • Pemerintah sedang mengkaji rencana subsidi harga minyak goreng.

  • Harga cabai melonjak akibat pasokan menurun, sementara panen baru akan dimulai pada Februari 2022.

JAKARTA – Harga minyak goreng curah dan kemasan, cabai rawit, serta telur ayam masih konsisten melonjak pada akhir tahun. Laju kenaikan harga komoditas pangan ini diperkirakan masih berlanjut hingga awal tahun depan.

Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kementerian Perdagangan, Isy Karim, menyatakan pemicu kenaikan harga bahan pangan saat ini tak cuma soal pasokan. Untuk minyak goreng, contohnya, lonjakan harga dipicu oleh harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dunia yang masih menanjak. Dia mencatat, pada pekan keempat Desember ini, harga bahan baku minyak goreng tersebut mencapai Rp 12.041 per liter, naik 42,28 persen dibanding pada periode yang sama tahun lalu.

Dari sisi pasokan bahan baku minyak goreng, Isy menyatakan tak ada persoalan. Itu sebabnya, opsi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri atau domestic market obligation sebagai antisipasi pada masa mendatang dinilai tidak akan efektif. Menurut dia, menahan ekspor CPO dapat berimplikasi pada kurangnya pasokan dunia. "Ini malah mengakibatkan harga CPO naik dan akan diikuti dengan harga minyak goreng dalam negeri secara cepat, khususnya minyak goreng curah yang sangat elastis terhadap harga CPO," katanya kepada Tempo, kemarin.

Pemerintah mencoba mengatasi lonjakan harga minyak goreng yang sudah mencapai Rp 19 ribu per liter dari harga eceran tertinggi Rp 11 ribu per liter dengan beberapa cara. Sebanyak 11 juta liter minyak goreng dalam kemasan sederhana disebar di retail modern. Selain itu, pemerintah sedang mengkaji rencana subsidi.

Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, mengatakan sedang mendekati sejumlah produsen minyak goreng untuk memasok kebutuhan operasi pasar. Produk tersebut akan dijual dengan harga lebih murah pada tahun depan sehingga diharapkan dapat menstabilkan harga. Tantangannya, beberapa produsen minyak yang dihubungi sudah tidak lagi memiliki stok lantaran habis untuk diekspor. "Kalaupun diproduksi hari ini, kisaran harganya juga akan sama dengan kondisi di pasaran saat ini," katanya.

Pedagang cabai di Pasar Kecapi, Jati Warna, Bekasi, Jawa Barat, 28 Desember 2021. TEMPO/Dika Yanuar

Sementara itu, dalam kasus cabai, masalah pasokan menjadi pemicu kenaikan harga hingga ke kisaran Rp 100 ribu per kilogram. Berdasarkan pantauan langsung ke beberapa pasar induk, Kementerian Perdagangan mencatat panen raya mulai berakhir di beberapa sentra produksi cabai di Jawa Timur. Sementara itu, panen raya selanjutnya diperkirakan baru dimulai pada Februari 2022 di wilayah seperti Wajo, Sidrap, Pinrang, Lombok Timur, dan Lampung.

Kepala Pusat Distribusi dan Akses Pangan Kementerian Pertanian, Risfaheri, menyatakan produktivitas petani cabai menurun pada paruh kedua tahun ini. Penyebabnya adalah anjloknya harga cabai pada Agustus lalu. "Ini membuat motivasi petani merawat tanaman berkurang, peremajaan tidak dilakukan," ujar dia. Kondisinya diperparah oleh musim hujan pada akhir tahun yang menghambat produksi. Sementara itu, konsumsi mulai tumbuh normal seiring dengan pemulihan ekonomi.

Menurut Risfaheri, kondisi kekurangan pasokan cabai cukup merata secara nasional. Dampaknya, pemerintah kesulitan menambal pasokan. Dia mengatakan kejadian serupa akan dicoba diantisipasi pada tahun depan dengan menambah produktivitas sebelum memasuki akhir tahun.

Untuk harga telur, Risfaheri mengklaim baru melihat tren kenaikan pada sepekan terakhir sampai bisa menyentuh Rp 40 ribu. Tim Kementerian sedang terjun ke lapangan untuk mencari pemicunya. "Informasi dari lapangan, ada bantuan sosial dalam bentuk telur yang dirapel tiga bulan dan direalisasi pada akhir tahun ini," ucapnya. Jika ada permintaan ekstrem, pemerintah akan berupaya mendistribusikan pasokan dari wilayah yang lebih rendah permintaannya.

Ikatan Pedagang Pasar Indonesia, Abdullah Mansuri, menilai pemerintah perlu segera merancang strategi detail produksi bahan pangan di dalam negeri. Sebab, fluktuasi harga ekstrem terjadi setiap tahun. "Harusnya di 2022 sudah ada grand design ini agar tidak lagi terulang kondisi seperti sekarang," katanya. Pemerintah bisa merumuskan mulai dari menentukan wilayah produksi pangan, merancang kenaikan produktivitas, hingga mengestimasi kebutuhan konsumsi sepanjang tahun.

FAJAR PEBRIANTO | VINDRY FLORENTIN
 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus