Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Nilai investasi proyek DME sangat tinggi.
BPKP dan Pertamina masih mengkaji harga jual DME.
Dapat memperbesar kehilangan pendapatan negara.
JAKARTA – Belum lagi terlihat wujudnya, proyek penghiliran batu bara menjadi gas dimetil eter (DME) sudah menuntut berbagai insentif dari pemerintah. Di samping insentif berupa royalti nol persen untuk kegiatan pengembangan batu bara yang sudah diberikan oleh Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja, para pelaku usaha batu bara meminta insentif lain demi mengejar skala keekonomian proyek.
"Pendanaannya susah, jadi perlu banyak insentif," ujar Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia Hendra Sinadia kepada Tempo, kemarin, 7 Februari 2023.
Salah satu produk penghiliran batu bara yang tengah dikembangkan adalah gasifikasi batu bara atau mengubah komoditas pertambangan tersebut menjadi gas DME. Gas ini digadang-gadang akan menggantikan LPG yang masih mengandalkan impor. Menurut Hendra, kunci keberhasilan dari rencana tersebut adalah penggunaan teknologi yang andal serta pemenuhan aspek keekonomian.
Saat ini, dia mengimbuhkan, teknologi gasifikasi sudah terbukti dapat diterapkan. Masalahnya, nilai investasi yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan teknologi tersebut masih mahal. Begitu pula harga batu bara yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan gas berfluktuasi dengan kecenderungan naik. Akibatnya, harga DME diperkirakan lebih tinggi daripada harga LPG impor yang hendak digantikan.
"Karena itu, perlu banyak insentif, apalagi harga komoditas (batu bara) sedang tinggi," kata Hendra.
Permintaan insentif juga disuarakan oleh Direktur Utama Holding Badan Usaha Milik Negara Sektor Pertambangan (MIND ID) Hendi Prio Santoso dalam rapat bersama Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat, Senin, 6 Februari lalu. MIND ID melalui anak usaha, PT Bukit Asam Tbk (Persero), sedang membangun pabrik gasifikasi batu bara menjadi DME di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, bersama PT Pertamina (Persero) dan perusahaan asal Amerika Serikat, Air Products and Chemicals, Inc.
Bukan hanya Bukit Asam, PT Bumi Resources Tbk melalui dua anak usahanya, PT Kaltim Prima Coal dan PT Arutmin Indonesia, juga tengah menyiapkan proyek gasifikasi batu bara menjadi metanol bersama Air Products dan PT Ithaca Resources di Kutai Timur, Kalimantan Timur. Proyek tersebut ditargetkan beroperasi pada 2025 dan mampu memproduksi 1,8 juta ton metanol per tahun. Metanol ini selanjutnya dapat diubah menjadi DME.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo