Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Pemerintah masih optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan masih di atas 5 persen, kendati sejumlah lembaga keuangan dan moneter global memprediksi adanya inflasi di banyak negara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pada tahun depan, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan mencapai angka 5,2 persen secara year-on-year (yoy). Selain itu, kata dia, tingkat inflasi bisa lebih rendah dibanding negara lain yang sudah di atas 7 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Optimisme itu, menurut Airlangga, didasarkan pada sejumlah faktor, seperti neraca perdagangan (Januari-Agustus) yang surplus Rp 35 miliar dengan komoditas utama batu bara, sawit, dan nikel; rasio utang yang aman; indeks harga saham gabungan (IHSG) yang memberikan return positif di atas 3 persen (yoy); dan capital flow per September 2022 yang berada di angka Rp 70 triliun.
"Aneka faktor tersebut merupakan sinergi yang baik (untuk mendukung pertumbuhan ekonomi)," kata Airlangga dalam webinar "Forum Dialog: Economic Outlook 2023", kemarin.
Senada dengan Airlangga, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara yakin ketahanan ekonomi Indonesia masih sangat kuat. Bahkan ia yakin Indonesia pada tahun depan bisa tumbuh di angka 5,3 persen.
Menurut Suahasil, melihat kinerja perekonomian pada kuartal II 2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa berada di angka 5,4 persen dan angka inflasi 5,95 persen. Hal ini memperlihatkan kondisi perekonomian yang masih terjaga, bahkan setelah kenaikan harga bahan bakar minyak dan tarif angkutan.
"Kuncinya adalah belanja produk dalam negeri," dia mengungkapkan.
Kawasan bisnis Jalan Sudirman-Thamrin di Jakarta, 20 September 2022. TEMPO/Tony Hartawan
Suahasil mengatakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dirancang agar dapat mendorong konsumsi dalam negeri, terutama lewat produk-produk domestik. Upaya itu juga dilakukan melalui peningkatan kapasitas usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar naik kelas.
"Sektor UMKM merupakan fundamental yang sangat kuat. Karena itu, UMKM harus naik kelas. Tidak hanya melalui pembukaan akses permodalan, tapi juga cara kemitraan perusahaan besar dengan menengah hingga perusahaan menengah dengan yang kecil."
Kalangan perbankan, kata dia, juga akan menyalurkan 30 persen kreditnya untuk sektor UMKM. Ada juga program pembinaan, terutama soal digitalisasi. "Sebab, digitalisasi adalah enabler (faktor pendorong) untuk menciptakan penetrasi-penetrasi pasar yang baru."
Meski demikian, sikap optimistis tersebut tetap harus diimbangi dengan kewaspadaan. Airlangga menilai risiko kenaikan inflasi masih harus diwaspadai di tengah kondisi resesi global. Salah satunya kenaikan harga beras yang menyumbang inflasi sebesar 0,04 persen. Sedangkan Suahasil mewaspadai scarring effect terhadap perekonomian dari sisi suplai yang muncul pasca-pandemi.
Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), ujar Airlangga, akan terus didorong dengan enam strategi utama, yakni melonggarkan mobilitas masyarakat, menerapkan berbagai kebijakan fiskal yang berfungsi sebagai shock absorber, menstabilkan harga, meningkatkan sumber daya manusia, mengembangkan UMKM, dan melanjutkan reformasi struktural.
Hingga September 2022, tercatat penyerapan anggaran PEN telah mencapai Rp 229,17 triliun atau 50,3 persen dari total anggaran Rp 455,62 triliun.
NOVA YUSTIKA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo