Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Setelah sempat tertunda sejak 2014, Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Korea Selatan (IK-CEPA) akhirnya disepakati. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani berujar perjanjian dagang tersebut bisa menarik investasi sektor jasa dan padat modal dari Korea ke Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Shinta, IK-CEPA bisa mendorong industri berbasis teknologi di Korea melebarkan rantai pasok dan rantai nilai produksinya ke Indonesia sebagai substitusi atau komplementer terhadap basis produksinya di negara lain. Ia berujar pembukaan akses pasar investasi jasa pada IK-CEPA penting bagi pengembangan teknologi di Tanah Air.
"Ini bisa mendukung percepatan adopsi teknologi industri 4.0 di Indonesia menuju ekonomi digital pasca-pandemi," tutur Shinta kepada Tempo, kemarin.
Shinta menuturkan komitmen akses pasar barang yang bakal meningkat sekitar 5,5 persen menjadi 12.232 pos tarif dibanding saat ini memberikan kesempatan besar bagi eksportir Indonesia untuk mengembalikan kinerja ekspor nasional ke Korea yang melemah sejak 2011. Beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah peningkatan ekspor pada komoditas unggulan, seperti produk kayu, garmen, bubur kertas, kimia dasar, serta rumput laut dan turunannya.
"Momentum positif yang diciptakan IK-CEPA dapat membantu proses pemulihan dan pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah-panjang," tutur Shinta.
Ketua Komite Tetap Pengembangan Ekspor Kadin Indonesia Handito Joewono berujar kerja sama ekonomi Indonesia dengan Negeri Ginseng dalam kerangka IK-CEPA memiliki cakupan yang luas ketimbang Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP). Menurut Handito, manfaat lebih besar yang diharapkan justru di luar aspek perdagangan, yaitu investasi dari Korea agar Indonesia tak lagi bergantung pada negara tertentu.
"Hal lain yang diincar adalah alih teknologi karena Korea selama ini enggan melakukan transfer teknologi. Terlebih, benih-benih perusahaan rintisan teknologi cukup berkembang di sana," ujar Handito.
Dari sisi perdagangan, Handito mengatakan, industri suku cadang memiliki peluang untuk mendukung industri Korea Selatan. Selain itu, Indonesia berkesempatan memasok bahan baku bagi industri di negara itu, seperti produk makanan olahan. Handito mengharapkan produk pertanian juga bisa masuk untuk mendukung industri pangan Korea.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto berharap IK-CEPA bisa saling memperkuat hubungan ekonomi di tengah sulitnya situasi ekonomi global. Ia menuturkan IK-CEPA yang mencakup perdagangan barang dan jasa, investasi, kerja sama ekonomi, serta pengaturan kelembagaan dapat membantu pemulihan ekonomi kedua negara lebih cepat.
Melalui IK-CEPA, pada perdagangan barang, Korea Selatan akan mengeliminasi hingga 95,54 persen pos tarifnya, sedangkan Indonesia mengeliminasi 92,06 persen pos tarifnya. Dalam perdagangan jasa, Indonesia dan Korea berkomitmen membuka lebih dari 100 subsektor, meningkatkan integrasi beberapa sektor jasa, serta memfasilitasi pergerakan intra-corporate transferees (ICTs) atau transfer karyawan antar-perusahaan, business visitors (BVs), dan independent professionals (IPs).
“Cakupan perjanjian yang cukup luas ini akan mendorong proses modernisasi perekonomian Indonesia, mengingat Korea Selatan unggul di bidang teknologi,” ujar Agus.
LARISSA HUDA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo