Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Menteri Teten Berharap Bali Jadi Pusat Perdagangan Internasional RI

Teten Masduki mengatakan Bali memiliki keunggulan yang tidak dimiliki daerah lain.

10 Agustus 2022 | 08.59 WIB

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam acara Tempo BNI Bilateral Forum 2022 pada Kamis, 12 Mei 2022 di Ballroom Hotel The Langham, Jakarta. (Foto: Norman Senjaya)
Perbesar
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam acara Tempo BNI Bilateral Forum 2022 pada Kamis, 12 Mei 2022 di Ballroom Hotel The Langham, Jakarta. (Foto: Norman Senjaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan Bali memiliki keunggulan yang tidak dimiliki daerah lain, yaitu kreativitas, keterampilan, dan ketekunan para perajin terutama dalam membuat produk kriya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Jadi ini salah satu keunggulan Bali dan ini penting kita tata dengan baik, sehingga nanti pengembangan produk-produk kriya dan home decor bisa menggunakan basis informasi pasar, ada riset pengembangan produk sehingga produk-produk kreatif berbasis kreativitas di Bali bisa lebih kompetitif di banding produk-produk lain,” kata Teten Masduki dalam kegiatan “Cerita Kriya: Perajin Berdaya, Indonesia Bangkit” di Bali yang dipantau secara virtual, Jakarta, Selasa 9 Agustus 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lebih lanjut, pihaknya juga mengharuskan pengembangan pelbagai agregator ekspor agar para perajin atau pelaku usaha bisa masuk ke pasar global. Menurut dia, para pelaku usaha tak bisa lagi didampingi secara orang per orang karena akan menyulitkan mereka perihal kapasitas produksi, standardisasi, dan biaya logistik.

Karena itu, Menkop UKM menilai kerja sama dengan perwakilan-perwakilan pembeli dunia yang ada di Indonesia perlu pula dilakukan.

“Kita sudah banyak agregator-agregator yang menjadi eksportir, misalnya agregator untuk produk organik, produk kriya, dan fesyen. Dengan begitu maka akan lebih mudah (bagi para pelaku usaha mengirimkan produk mereka),” ujar Teten.

Salah satu contoh lain yang dipaparkan ialah terkait komoditas kopi. Pengiriman kopi Indonesia ke Eropa dalam skala kecil disebut bakal membuat biaya logistik melonjak, padahal komoditas itu telah memiliki tata niaga yang baik dari segi eksportir maupun untuk pembeli.

“Jadi sudah ada sistem yang memungkinkan pengiriman ekspor kopi kita lebih efisien, (namun) hal-hal seperti itu kurang diperhatikan. Sekarang, kita akan coba kerja sama dengan para agregator dan eksportir, termasuk juga perwakilan-perwakilan dagang atau agen dari importir yang ada di Indonesia,” ungkap dia.

Dengan berbagai upaya tersebut, Teten mengharapkan Bali bisa menjadi pusat perdagangan internasional di Indonesia. Harapan itu didukung kebijakan pemerintah yang menjadikan Bali sebagai pusat ekspor wilayah timur melalui fasilitas Smesco Hub Timur.

“Kita dorong Bali jadi pusat perdagangan internasional Indonesia seperti Singapura, padahal kan sebenarnya (Singapura) tidak punya apa-apa, tetapi kenapa bisa menjadi pusat perdagangan. Swiss juga sama (mengingat negara itu) tidak punya pelabuhan, tapi semua perusahaan dunia seperti supplier pangan dan lain sebagainya ada dua ribu di Swiss,” ucap Menkop UKM.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus