Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Menuju Pasar Eropa 1992

Para anggota mee sepakat membentuk pasaran bersama agar barang, jasa, & modal masuk tanpa diusut pabean as khawatir langkah ini berujung proteksionisme. perbedaan mata uang & bahasa menjadi hambatan.

10 September 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PASAR besar itu sedang dirancang dan dimatangkan. Dua belas negara yang tergabung dalam Masyarakat Ekonomi Eropa sepakat membangun pasaran bersama pada tahun 1992. Artinya, barang-barang, jasa-jasa rakyat, dan modal dari para anggota bebas keluar masuk tanpa perlu diusut pabean. Gagasan muluk itu sebenarnya baru dikampanyekan, terutama oleh Prancis, Inggris, dan Jerman Barat. Para perancang perusahaan Jepang sudah terbang ke sana, untuk mempelajari segala kemungkinan yang bisa timbul. Ditelaah dampaknya, dan seribu macam segi positif dan negatifnya. Segi negatifnya barangkali bakal lebih menonjol. Beberapa negara Eropa bukan angota MEE, seperti Swiss dan Swedia, sudah menyatakan rasa kuatir. AS pun sudah memperkirakan, langkah MEE itu akan berujung pada proteksionisme. Menteri Perdagangan Arifin Siregar bahkan terbang ke Belanda untuk mempelajari hal itu. Tapi, dalam seminar tentang MEE yang diselenggarakan Pusat Data Bisnis Indonesia pekan silam di Hotel Hilton Arifin belum mau tergesa-gesa menyimpulkan hasil pemantauannya. Menteri hanya menganjurkan, supaya para peserta seminar mencari peluang serta dampak negatif, dari rencana MEE 1992 itu. Menurut Menteri Arifin, penyatuan 12 negara jelas akan membuka banyak peluang. Pertama-tama, Indonesia sudah mempunyai hubungan dagang -- dengan ke-12 negara MEE. Biro Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada tahun 1986, ekspor Indonesia ke MEE bernilai US$ 14.805 juta. Sedangkan impor Indonesia dari MEE bernilai USS 1.795,5 juta. Tapi Christianto Wibisono dari PDBI melihat pangsa Indonesia di MEE sebenarnya masih terlalu kecil. MEE berpenduduk 320 juta, berpenghasilan rata-rata lebih dari US$ 10.000. Ekspor Indonesia masih lebih banyak terarah ke Jepang dan AS yang berpenduduk 392,2 juta. Karena itu, Christianto mengusulkan, supaya pemerintah mengkaji kembali kekuatan bisnis Indonesia terhadap tiga kelompok kuat: AS, Jepang, dan MEE. Untuk itu, Indonesia perlu memperkuat posisi, baik dalam dialog langsung dengan negara anggota MEE maupun lewat jalur multilateral MEE-ASEAN, khususnya untuk menghadapi kemungkinan proteksionisme MEE. Tapi ada hambatan di jalur ASEAN-MEE, karena Singapura sudah termasuk kelompok negara industri maju. Pengusaha dari kelompok Tigaraksa, Johnny Wijaya kemudian mengusulkan agar dibentuk Indonesia Incorporated yakni sejenis perusahaan untuk menghadapi Europe Incorporated. Hanya saja usul ini diragukan pakar ekonomi seperti Thee Kian Wie. Menurut Thee, para eksportir tak perlu bergabung. "Ini malah bisa menghambat perekonomian Indonesia," katanya. Dorodjatun Kuntjara-Jakti, pakar ekonomi lulusan University of California, Berkeley, juga berpendapat demikian. "Jangan terlalu cepat menentukan kelembagaan dengan sistem," kata Dorodjatun. Peneliti di FE UI itu menduga, Europe Incorporated justru bertujuan untuk menghadapi saingan-saingan, khususnya AS dan Asia Timur (Jepang dan empat negara macan industri baru). Dorodjatun malah belum yakin, adakah pasaran bersama Eropa itu bisa terbentuk. Sebab, gagasannya sudah tercetus sejak MEE dibentuk 30 tahun silam. Tapi sampai sekarang, kantor basis MEE saja belum ada. Para pakar internasional, termasuk yang dari Eropa, juga masih meragukan hal itu. Ini tercermin dari tulisan-tulisan di majalah Economist terbitan London. Masalahnya cukup banyak. Hambatan paling fundamental menyangkut bahasa. Belum lagi soal mata uang para anggota MEE, yang tidak sama kuat. Tapi pendapat para ahli ekonomi bisa lain dengan para pengusaha. Akhir-akhir ini di Eropa seperti terjadi merger mania: beberapa perusahaan membeli perusahaan sejenis dari negara lain. Sementara itu, menurut sumber dari Kedubes Belanda, beberapa perusahaan Belanda juga sudah berniat menjadi distributor berbagai barang produk Indonesia, untuk dipasatkan di seluruh MEE. PT Mantrust dari Indonesia sudah pula mempersiapkan diri untuk menerobos pasar MEE, dengan membeli perusahaan Van Camp dari AS (lihat Lompatan Tuna ke Amerika.) MW

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus