Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENJELANG laga final Piala Dunia, Senin dinihari dua pekan lalu, ketar-ketir juga sejumlah kru SCTV. Penyanyi seksi Sha-kira, yang ditunggu-tunggu aksi-nya pada pukul 00.37 WIB, ternyata tak muncul di layar kaca. Stasiun televisi pusat dari Jerman malah menyiarkan tim Prancis dan Italia ke seluruh dunia.
Padahal SCTV sudah menguar-uarkan ke pemirsa dua hari sebelumnya, penyanyi asal Amerika Latin itu akan mengisi acara penutupan Piala Dunia. Ternyata mereka hanya tampil di panggung stadion Olympic, Berlin, dan tidak disiarkan di layar kaca. ”Tentu saja kami sangat kecewa, dan complain,” kata Direktur Program SCTV, Budi J. Sutjiawan.
Ironisnya, peristiwa serupa terjadi pada acara pembukaan. Harapan bahwa pembukaan Piala Dunia akan diisi de-ngan karnaval ternyata nihil. ”Akibatnya, kami dicaci-maki pemirsa.” Budi benar: tak sedikit pemirsa yang kecewa berat. Bukan hanya soal tak disiarkannya upacara pembukaan, tapi juga karena penyiar yang membawakan acara tidak mengerti sepak bola.
”Aduh, SCTV ngetop. Anda sungguh mengecewakan. Pembawa acara Piala Dunia amatiran,” ujar Bob dari Jakarta, seperti dimuat di edisi khusus Koran Tempo (13 Juni). Keluhan serupa banyak disampaikan pemirsa lainnya. Belum termasuk protes para pelanggan televisi kabel yang tak bisa menonton Piala Dunia karena tak ada kontrak dengan SCTV.
Sekarang Piala Dunia sudah usai. Tekanan kerja selama dua setengah tahun—sejak SCTV diumumkan menjadi pemenang tender hak siar eksklusif pada Desember 2003— juga berakhir. Para kru tak lagi begadang di Kampung World Cup, pusat studio SCTV untuk Piala Dunia di Mangga Dua Square, Jakarta.
”Kami bersyukur, begitu Senin pagi—saat Piala Dunia berakhir—capek dan stres langsung hilang,” kata Budi. Ia bersama para karyawan stasiun televisi ini bisa tertawa lebar. ”Kami bersyukur sekali. Bukan hanya modal yang kembali, tetapi SCTV juga untung.”
Santer terdengar di kalangan karya-wan SCTV, mereka akan mendapat dua jenis bonus pada Agustus nanti. Pertama, bonus ulang tahun SCTV, kedua bonus Piala Dunia. Namun, saat dikonfirmasi, Budi hanya menjawab, ”Tentu, akan kami sampaikan ke komisaris. Sebab, karyawan bekerja lebih lama daripada tidur dengan istri.”
SCTV bukan saja menikmati penda-patan iklan yang melonjak 100 per-sen pada Juni lalu, tetapi citra stasiun komersial ini pun ikut terdongkrak. Dari hasil survei AC Nielsen, pangsa pemirsa SCTV melonjak hampir dua kali, dari 15 persen menjadi 28 persen selama Piala Dunia berlangsung. Total pemirsa televisi di Indonesia sekitar 150 juta.
Gara-gara itulah, SCTV bersema-ngat menjadi satu-satunya stasiun televisi di Indonesia yang akan kembali menyiarkan pertandingan Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Bisik-bisik yang san-ter didengar Tempo malah menyebutkan, SCTV sudah mengantongi hak siar eksklusif 2010, kendati tender resmi baru digelar pada Maret 2007.
Gurihnya kue iklan Piala Dunia te-lah memikat stasiun televisi lain ikut berkompetisi. Harga hak siar eksklusif yang dipastikan bakal jauh lebih mahal ketimbang Piala Dunia tahun ini, US$ 10–16 juta, tak jadi soal. Apalagi beberapa stasiun televisi seperti TransTV, ANTV, dan RCTI memiliki modal kuat. ”Kami pasti akan ikut tender, karena itu kesempatan bagus buat TransTV,” ujar Ishadi S.K., Direktur Utama TransTV, pekan lalu.
Heri Susanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo