Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
UNTUK kesekian kalinya tim Widjojo Nitisastro pulang dengan
'kemenangan.' Sidang IGGI ke-21 di Amsterdam (22-23 Mei) setuju
memberi bantuan US$2.500 juta kepada Indonesia. Komitmen 13
negara donor, Bank Dunia, Badan Moneter Internasional (IMF) dan
Bank Pembangunan Asia (ADB) itu berarti US$400 juta lebih
banyak dari tahun lalu (lihat box). Koresponden TEMPO Jusfiq
Hadjar, dari Amsterdam menilai sidang itu berjalan "bak mesin
yang dilumas baik." Laporannya:
Konperensi dua hari di Hotel Amstel yang aristokratis itu
lancar-lancar saja adanya. Dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya sidang IGGI yang ini lebih rileks. Menurut Gubernur
Bank Indonesia Rachmat Saleh, itu terutama disebabkan oleh
pribadi Jan de Koning, Menteri Kerjasama Ekonomi L.N. Belanda.
Berbeda dengan Jan Pronk yang digantikannya, de Koning yang
untuk pertama kalinya memimpin sidang IGGI, rupanya lebih bisa
mendekati persoalan dengan cara yang lebih cocok dengan selera
para peserta -- terutama delegasi Indonesia.
Demikianlah, de Koning tak mengutik-utik masalah tahanan di
Indonesia dalam sidang IGGI. Tapi dia bawakan persoalan yang
peka itu kepada ketua delegasi Indonesia, Prof. Widjojo
Nitisastro dalam pertemuan di bawah empat mata. Dengan demikian,
de Koning tetap menarik perhatian delegasi Indonesia akan
persoalan yang meresahkan pemerintah Belanda. Tapi sebaliknya
delegasi bisa menghargai konperensi yang melulu membicarakan
soal ekonomi. Rambut tercabut, tepung tak berserakan.
Sejalan dengan Jan Pronk, ketua IGGI de Koning amat menekankan
perlunya proyek-proyek pembangunan di Indonesia yang bisa
menyerap banyak tenaga kerja, terutama di daerah pedesaan. Dia
lalu mengutip laporan Bank Dunia yang menyatakan Indonesia dalam
tahun anggaran 1977/1978 telah terpaksa mengimpor beras 2,6 juta
ton. Dengan kata lain, de Koning merasa khawatir bahwa sebagai
pengimpor beras yang besar itu akan terus menggerogoti devisa
Indonesia.
Sektor minyak juga tak luput dari perhatiannya. "Minyak yang
selama ini merupakan 50% dari anggaran pendapatan rutin dan
lebih dari 100% tabungan nasional Indonesia, mulai tahun
anggaran 1978/1979 akan mengalami kenaikan yang lamban sekali,"
kata de Koning dalam pidato pembukaannya. Sejalan dengan wakil
IMF dan Bank Dunia, Menteri de Koning juga khawatir melihat
makin besarnya konsumsi minyak di Indonesia di tengah produksi
yang cenderung menurun.
Sekalipun begitu, sepanjang menyangkut bantuan/pinjaman luar
negeri, dia berpendapat pemerintah Indnesi, telah berhasil
menggunakannya dengan baik. Itu pula pendapat Bank Dunia, yang
dalam sidang IGGI dibawakan oleh Shahid Husain, wakil
presidennya untlk Timur Jauh dan Pasifik. Bank Dunia memuji
para pengelola ekonomi Indonesia yang tahun lalu "bisa mencapai
tingkat pertumbuhan 7% di tengah muramnya ekonomi dunia."
Konperensi IGGI juga beralan aman, sekalipun beberapa hari
sebelum sidang dibuka timbul demonstrasi yang intinya menentang
beleid IGGI membantu lndonesia itu. Demonstrasi dengan membawa
poster-poster yang diikuti lebih dari 100 orang itu, kemudian
disanlbung dengan pcrtemuan dua hari (19-20 Mei) di Amsterdam
juga. Diselenggarakan oleh Werkgroep Andere Indonesie (Kelompok
kerja Indonesia Lain) banyak juga yang hadir. Selain dipenuhi
mahasiswa dari Universiteit van Amsterdam, di gedung De Oude
Manhuis Poort di jantung Amsterdam itu, hadir pula beberapa
mahaguru dari berbagai universitas. Tampak juga Ingrid Palmer,
ekonom Kunsulat PBB di Jenewa yang ahli soal Indonesia itu.
Banyak soal yang mereka bicarakan tentang Indonesia, antara lain
tentang pelaksanaan 'revolusi hijau' -- sistim penanaman jenis
unggul dan sistim Bimas -- yang menurut mereka malah berakibat
mengurangi kesempatan kerja di pedesaan.
Indonesia, bagi mereka ini, memang lain dari Indonesia yang
dilihat IGGI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo