Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Mimpi Setengah Juta Eksportir Baru

Pemerintah bersama asosiasi pengusaha tengah mengejar target penambahan setengah juta eksportir baru pada 2030. Rencana tersebut dijalankan lewat program kolaborasi 500K Eksportir Baru.

23 Februari 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Jumlah UMKM yang memiliki nomor eksportir baru 20 ribu perusahaan.

  • Industri digital membuka peluang bagi produk lokal untuk merambah pasar internasional.

  • UMKM harus memanfaatkan tren perdagangan lintas batas.

JAKARTA – Pemerintah bersama asosiasi pengusaha tengah mengejar target penambahan setengah juta eksportir baru pada 2030. Rencana tersebut dijalankan lewat program kolaborasi 500K Eksportir Baru yang diresmikan pada Kamis pekan lalu bersamaan dengan Sekolah Ekspor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan Ekonomi Kreatif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Sekolah Ekspor UKM yang juga Ketua Komite Pengembangan Ekspor Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Handito Joewono, mengatakan program ini menyasar 80-90 persen pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). "Saat ini yang tercatat memiliki nomor eksportir hanya 20 ribu. Nantinya eksportir baru akan didominasi oleh UMKM," ujar Handito kepada Tempo, kemarin. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia mengimbuhkan, salah satu langkah yang dilakukan adalah membangun kesepahaman, baik dari kalangan UKM, perusahaan besar, maupun perguruan tinggi yang menjadi calon eksportir baru. Langkah tersebut akan dibarengi dengan strategi promosi. Program ini akan mempermudah kegiatan ekspor dengan memanfaatkan marketplace. Selain itu, kata Handito, pemerintah tengah menggodok insentif bagi eksportir baru. 

Pelaku UMKM mengikuti pameran In Store Promotion di Mal Kota Kasablanka, Jakarta, 18 November 2020. TEMPO/Tony Hartawan.

Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia, Bima Laga, berujar, industri digital membuka peluang bagi produk lokal untuk merambah pasar internasional. Menurut dia, Asosiasi E-Commerce turut mendorong ekspor produk UMKM, salah satunya dengan membantu pelaku kreatif dan UMKM dalam menggunakan platform digital.

"Saat on-boarding, platform juga memberi edukasi bagaimana meningkatkan kualitas produk," ujar Bima.

Selain itu, kata dia, Asosiasi mengambil peran dalam Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia. Gerakan ini dianggap terbukti mendorong sektor usaha kreatif dan UMKM untuk berkembang melalui sektor digital. Bima mengatakan tren cross border (perdagangan lintas negara melalui platform e-commerce) yang kian kuat perlu dimanfaatkan oleh semua pihak.

"Jangan sampai cross border hanya membuat Indonesia menjadi pasar. Produk lokal juga harus bisa dipasarkan ke negara-negara tetangga," ujar Bima. Untuk menumbuhkan eksportir baru, Bima menyebutkan, diperlukan berbagai insentif, seperti insentif pajak, kemudahan pengurusan legalitas, serta permodalan untuk pengembangan.

Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Hanung Harimba Rachman, berujar, kerja sama dengan platform digital akan terus digenjot untuk mendorong ekspor produk UMKM. Selain dengan platform digital dalam negeri, ia mengungkapkan, pemerintah tengah menjajaki kerja sama dengan Amazon.

"Kami sedang pada tahap awal membicarakan mengenai bentuk kerja samanya. Mereka tertarik mengadakan program seperti pelatihan," ujar Hanung. Ia berharap rencana tersebut bisa dilaksanakan pada tahun ini.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menuturkan ada sejumlah hal yang diperlukan untuk menciptakan UKM eksportir, yakni mengidentifikasi produk yang akan diangkat ke pasar internasional, menjaga konsistensi kualitas produk, memberikan kemudahan perizinan, serta menginformasikan mengenai pasar potensial.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, saat ini terdapat 13.177 UKM eksportir. Jumlah tersebut merupakan 90 persen dari eksportir nasional pada periode Januari-September 2020. Adapun jenis produk yang diekspor, antara lain, kayu dan barang dari kayu; ikan dan udang; perabotan dan alat penerangan; kopi, teh, dan rempah-rempah; mesin dan peralatan mekanis; plastik dan barang dari plastik; lemak dan minyak nabati; pakaian dan aksesorinya; buah-buahan; serta mesin elektrik.

Produksi kursi berbahan rotan di Grogol, Jakarta, 24 September 2020. Tempo/Tony Hartawan.

Ketua Umum Asosiasi Industri Usaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia, Hermawati Setyorinny, mengapresiasi rencana pemerintah mendorong ekspor produk UMKM. Namun ia menilai potensi ekspornya belum besar. Ia berpendapat, kualitas produk UMKM yang layak ekspor butuh banyak perbaikan.

LARISSA HUDA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus