Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perminyakan
Produksi Minyak Cepu Terganjal
TARGET produksi Blok Cepu di Jawa Timur terancam molor karena pemerintah daerah Bojonegoro tak kunjung mengeluarkan izin pendirian bangunan. Gara-gara masalah itu, Kamis siang pekan lalu, ExxonMobil, operator Blok Cepu, "mengadu" ke Wakil Presiden Boediono.
Juru bicara Wakil Presiden, Yopie Hidayat, mengatakan ExxonMobil menginformasikan target produksi terganjal izin mendirikan bangunan yang tak kunjung rampung. "Mereka (ExxonMobil) melaporkan proyek Cepu masih lancar. Mudah-mudahan tiga tahun mendatang sudah bisa beroperasi," katanya seusai pertemuan dengan ExxonMobil.
Blok Cepu sebenarnya ditargetkan mulai berproduksi pada 2014 dengan kapasitas 165 ribu barel per hari. Saat ini rata-rata produksi masih berkisar 22 ribu barel per hari. Ganjalan itu membuat Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Widjajono Partowidagdo ikut bersuara. Ia meminta pemerintah daerah tidak menjadi penghambat dalam peningkatan produksi minyak nasional. "Harus cepat keluar izinnya. Kalau tidak, produksi minyak nasional sulit untuk naik, padahal kita terus dikejar target," katanya.
Ekonomi Internasional
Pertumbuhan Ekonomi Cina Menurun
DANA Moneter Internasional (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Cina tahun ini menjadi hanya 8,25 persen. Padahal, pada September lalu, pertumbuhan ekonomi Negeri Tembok Besar itu pada 2012 diramalkan 9 persen.
Laporan IMF atas perekonomian dunia yang dikeluarkan pada Senin pekan lalu menyebutkan Cina perlu memberi respons fiskal berupa stimulus lebih banyak pada ekonomi domestik. Negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu bisa tumbuh 8,75 persen tahun depan.
Jika kawasan euro terhuyung-huyung, IMF merekomendasikan Beijing meluncurkan program stimulus substansial, setara dengan sekitar 3 persen dari produk domestik bruto, tersebar pada 2012-2013. Rangsangan itu akan membatasi penurunan pertumbuhan menjadi sekitar 1,0 persen, mengurangi dampak negatif terhadap lapangan kerja dan mata pencarian rakyat.
Moneter
BI Rate Terendah
Suku bunga BI mencapai level terendah sepanjang sejarah. Pada Kamis pekan lalu, rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia menurunkan tingkat bunga acuan itu 25 basis point menjadi 5,75 persen.
Menurut Kepala Biro Hubungan Masyarakat Bank Indonesia Difi Ahmad Johansyah, pemangkasan suku bunga kali ini bersamaan dengan tren inflasi yang cenderung menurun. Pada Januari, inflasi tahunan mencapai 3,65 persen, lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang 3,79 persen.
Dia mengatakan keputusan ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah menurunnya kinerja ekonomi global. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan triwulan pertama tahun ini bisa mencapai 6,5 persen dan akan tembus 6,7 persen pada akhir tahun.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance Ahmad Erani Yustika mengatakan setelah penurunan BI Rate seharusnya perbankan bisa menekan suku bunga kredit hingga 9 persen. Sekarang bunga kredit masih mencapai 13 persen. "Jika sampai di level itu, sektor riil dan investasi bisa bergerak lebih cepat," katanya.
Fiskal
Sensus Pajak Stop Sementara
DIREKTORAT Jenderal Pajak menghentikan sementara program sensus pajak karena beberapa petugas pencacah mendapat hambatan. "Di tempat-tempat tertentu (ada) perlawanannya, perlawanan dengan tanda kutiplah. Kadang-kadang kami tidak bisa. Kami perlu pendampingan," kata Direktur Jenderal Pajak Fuad Rahmany di Jakarta, Kamis pekan lalu.
Fuad berharap sensus dapat dimulai lagi pada 1 April mendatang. "Saat ini kami perbaiki kelemahan dan kekurangan dari tahun lalu," ujarnya. Pendampingan dibutuhkan dari kepolisian.
Fuad mengatakan, hambatan tersebut merupakan salah satu evaluasi sensus pajak yang dimulai pada 30 September tahun lalu. Faktor alam seperti hujan juga menjadi pertimbangan sensus pajak. Kendala ini, kata Fuad, membuat waktu efektif sensus hanya tujuh bulan. Meski dihentikan, Direktorat Pajak tidak mengubah target mendapatkan wajib pajak baru sebanyak 2,5 juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo