Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Momen

1 November 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Listrik
Subsidi Naik, Tarif Tak Naik

TARIK-ulur soal besaran subsidi listrik berakhir. Senin pekan lalu, Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat dan pemerintah, yang diwakili Menteri Keuangan Agus Martowardojo dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Armida Alisjahbana, sepakat mengucurkan subsidi listrik tahun depan sebesar Rp 40,7 triliun, lebih besar daripada usul sebelumnya, yakni Rp 36,4 triliun.

Dengan tambahan subsidi itu, rapat memutuskan tidak ada kenaikan tarif dasar listrik pada tahun depan. Sebagai gantinya, menurut Ketua Panitia Kerja Olly Dondokambey, manajemen Perusahaan Listrik Negara diminta menghemat biaya operasional Rp 8,1 triliun. Utang subsidi listrik tahun lalu senilai Rp 4,6 triliun akan dibayar pada 2012. n

Minyak dan Gas
Perebutan Blok Mahakam Ramai

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur meramaikan bursa perebutan Blok Mahakam, yang diketahui memiliki kandungan minyak dan gas bumi terbesar di Indonesia. Keinginan tersebut dipaparkan Awang Faroek Ishak, Gubernur Kalimantan Timur, pekan lalu. Keinginan itu sudah disampaikan kepada Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.

Selain pemerintah daerah, PT Pertamina (Persero) terlebih dulu berminat terhadap Blok Mahakam. Blok itu kini sedang dikelola PT Total E&P Indonesie (Prancis) dan Inpex Corporation (Jepang). Kontrak Blok Mahakam akan berakhir pada 2017. Blok Mahakam diperkirakan mampu memproduksi 1,06 miliar barel minyak dan kondensat 12,7 triliun kaki kubik.

Keinginan mengambil alih Blok Mahakam sebelum 2017 merupakan upaya Pertamina dalam memperkuat perusahaan itu di industri minyak dan gas bumi. Sebagai tahap awal, Pertamina berencana memiliki 15-25 persen saham Blok Mahakam. Setelah 2017, Pertamina akan mengukuhkan rencananya menjadi pemegang saham mayoritas dan menjadi operator di blok tersebut.

Direksi BUMN
Bos Telkom Akan Diumumkan

SETELAH tertunda lebih dari dua bulan, direksi dan komisaris baru PT Telekomunikasi (Telkom) Indonesia Tbk. akan diumumkan akhir bulan ini. Tiga kandidat yang diusulkan Kementerian Badan Usaha Milik Negara untuk menempati kursi nomor satu di PT Telkom disebut-sebut sudah diuji oleh Tim Penilai Akhir.

Salah satu nama yang diusulkan adalah Rinaldi Firmansyah, Direktur Utama Telkom saat ini. Dua nama lain: Direktur Jaringan dan Solusi Telkom Ermady Dahlan dan Direktur Usaha dan Penjualan Telkom Arief Yahya. Dari ketiganya, Rinaldi disebut-sebut sebagai calon kuat.

Untuk posisi komisaris utama, Kementerian mengusulkan bekas Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal, Komisaris PT Wijaya Karya Tbk. Amanah Abdul Kadir, dan bekas Direktur Utama PT Pertamina Widya Purnama. Jusman disebut-sebut yang terkuat di posisi ini.

Menteri Badan Usaha Milik Negara Mustafa Abubakar mengaku sudah mengantongi hasilnya. Siapa calon kuatnya, Mustafa menolak menjelaskan. "Secara resmi akan diumumkan pada rapat umum pemegang saham luar biasa bulan November," ujarnya Senin pekan lalu.

Bisnis Internasional
Dubai World Restrukturisasi Utang

SEMPAT limbung dihantam krisis keuangan global, Dubai World akhirnya lolos dari lubang kebangkrutan. Rabu pekan lalu terbetik kabar, perusahaan jasa investasi milik pemerintah Dubai, Uni Emirat Arab, itu menyepakati restrukturisasi surat utang senilai US$ 24,9 miliar atau sekitar Rp 222,13 triliun. Kesepakatan ini dicapai setelah Deutsche Bank membeli surat utang yang tersisa di tangan investor, yakni Aurelius Capital Management.

Aurelius Capital, perusahaan Amerika Serikat, membeli obligasi yang diterbitkan Dubai World senilai US$ 5 juta. Penyelesaian surat utang Dubai World, yang per September lalu mencapai 99 persen, otomatis rampung bila surat utang di tangan Aurelius sebanyak satu persen ini bisa diselesaikan.

Kepala Komisi Fiskal Dubai Syekh Ahmed bin Saeed al-Maktoum menyambut positif proses restrukturisasi yang dilakukan manajemen Dubai World. "Kondisi keuangan Dubai World akan seimbang untuk mewujudkan potensi bisnisnya ke depan," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus