Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - PT MRT Jakarta (Perseroda) berencana memperbarui mesin pembaca kartunya dalam waktu dekat. Perangkat ini nantinya bisa membaca lebih banyak alat pembayaran dengan cepat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Rencana pembaruan mesin masuk target pengembangan MRT fase dua, yang juga termasuk pembangunan jalur kereta tambahan sepanjang 11,8 kilometer menghubungkan kawasan Bundaran HI hingga Ancol Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Direktur Operasi dan Pemeliharaan MRT Jakarta, Mega Indahwati Natangsa Tarigan, menyebut inovasi ini bakal menyelesaikan sejumlah tantangan operasi. "Salah satunya membantu mengurai antrean di pintu masuk maupun keluar," kata dia, Kamis, 2 Mei 2024.
Saat ini MRT melayani pembayaran tiket menggunakan beragam kartu, mulai dari kartu multitrip milik perusahaan sendiri sampai kartu uang elektronik. Selain itu pelanggan bisa membayar lewat kode QR di aplikasi MRT.
Masing-masing metode pembayaran ini memakan waktu berbeda saat diproses mesin. Di jam sibuk terutama, proses pembacaan kartu ini bisa menimbulkan antrean panjang.
Mega menjelaskan, mesin pembaca kartu MRT dirancang untuk memproses kartu dengan chip tipe C. Itu sebabnya pelanggan hanya butuh 0,5-1 detik saat menempelkan kartu multitrip MRT. Sementara ketika memproses pembayaran lain, butuh waktu lebih lama.
Kartu uang elektronik dari bank yang memiliki chip tipe A atau B rata-rata memakan waktu 2-4 detik. Pemindaian kode QR butuh waktu sekitar 1-2 detik.
Mesin baru nanti harapannya bisa memproses seluruh jenis kartu lebih cepat. Selain itu, MRT berencana memasukkan fitur khusus untuk menghitung tarif terintegrasi.
Saat ini pemerintah Daerah Khusus Jakarta memberi diskon buat pelanggan pengguna MRT, LRT Jakarta, dan Transjakarta. Dalam sekali perjalanan menggunakan tiga moda ini masyarakat maksimal hanya akan dikenakan Rp 10 ribu.
Karena mesin MRT belum bisa mengklasifikasi tarif terintegrasi ini, pembayarannya harus melalui mesin khusus Jaklingko. Mesin tersebut terpasang terpisah dengan pembaca kartu MRT.
Mega mengaku sempat mendapat beberapa keluhan dari pelanggan karena kebingungan melihat dua mesin. "Jadi mesin kami akan diupgrade supaya bisa di satu tempat saja. Lebih estetis dan tidak bikin bingung," ujarnya.
Pembaruan mesin pembaca kartu MRT juga diperlukan untuk mendukung transformasi pembayaran. MRT bakal menghadirkan sejumlah metode pembayaran baru sebagai ganti kartu multritrip yang dihentikan penggunaannya per November mendatang.
Mesin mereka misalnya akan dirancang untuk membaca kartu kredit Europay, Mastercard, dan Visa (EMV). Pengelola MRT di Singapura dan Hong Kong sudah menerapkan cara ini. MRT Jakarta sendiri menargetkan bisa memberi layanan tersebut tahun ini.
Perusahaan juga akan mengembangkan skema pembayaran langsung dari aplikasi MRT yang tersambung dengan dompet elektronik. Saat ini penumpang hanya bisa memesan tiket dari dan menuju stasiun lewat aplikasi dan menerima kode QR untuk dipindai di mesin.
Mega mengatakan, ke depan penumpang hanya perlu memindai kode QR di aplikasi tanpa perlu pesan tiket, layaknya masuk pakai kartu. "Kami juga akan mengembangkan bayar pakai media lain misal NFC dan wearables seperti jam tangan," ujarnya.
Mega menuturkan, pembaruan mesin pembaca kartu bakal memberi dampak efisiensi buat perusahaan. Saat ini setiap mesin dijaga seorang petugas untuk membantu proses pembayaran saat masuk dan keluar.
"Kalau MRT bisa buat mesin pembaca kartu yang reliable dan handal, itu sebenarnya efisiensi," ujarnya. Saat ini MRT mencoba mempercepat proses di tiap mesin antara lain dengan memakai remote untuk me-reset mesin saat terjadi error.