Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus US$ 3,45 miliar pada Januari 2025. Dengan demikian, surplus neraca telah terjadi selama 57 bulan beruntun sejak Mei 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Surplus terjadi ketika nilai ekspor lebih tinggi dibandingkan dengan nilai impor pada satu periode tertentu. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu mengatakan pemerintah bakal terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Pemerintah menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama,” ujar Febrio lewat keterangan resmi, Senin, 17 Februari 2025.
Febrio mengatakan neraca perdagangan Indonesia masih menunjukkan resiliensi dengan mencatatkan surplus di tengah perdagangan global yang masih melemah. Surplus menurut dia didorong oleh upaya peningkatan nilai tambah produk dan diversifikasi perdagangan.
Hal tersebut, kata dia, terlihat pada kontribusi sektor industri pengolahan, pertanian, dan perkebunan yang mengalami peningkatan terhadap neraca. Ekspor Indonesia pada Januari 2025 tercatat sebesar US$ 21,45 miliar. Nilai ini meningkat sebesar 4,68 persen secara tahunan (yoy).
Peningkatan ekspor didorong oleh kenaikan ekspor nonmigas di tengah kontraksi ekspor migas. Secara sektoral, ekspor sektor pertanian dan sektor industri pengolahan tercatat tumbuh masing-masing sebesar 45,46 persen (yoy) dan 14,02 persen (yoy). Sementara itu, kinerja ekspor tiga komoditas utama yaitu CPO, Batubara, serta Besi dan Baja, tercatat mengalami kontraksi.
Sedangkan impor Indonesia pada Januari 2025 tercatat sebesar US$ 18,00 miliar atau terkontraksi 2,67 persen (yoy). Penurunan impor menurut Febrio disebabkan oleh kontraksi impor migas dan nonmigas. Dari sisi penggunaan, impor barang modal tercatat tumbuh, namun impor barang konsumsi dan impor bahan baku penolong tercatat mengalami pelambatan.