Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Nyoto tombeng, dibawa lari ?

Misteri hilangnya dir-ut pt sinar metal works, nyoto tombeng masih belum terungkap. bank south east asia cabang surabaya dalam sorotan. (eb)

21 Maret 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NASIB Nyoto Tombeng, pengusaha terkemuka Surabaya yang mendadak lenyap (TEMPO, 14 Maret 1981) masih belum jelas. "Kami sudah menghubungi seluruh kantor Imigrasi di Indonesia, tapi tak satu pun yang pernah memberikan exitpermit untuk Nyoto," ujar Abdullah Thalib, pengacara keluarga Nyoto dari kantor Adnan Buyung Nasution & Associates Surabaya. Hingga: "Semakin kuat dugaan kami bahwa Nyoto dilarikan orang," tambah Thalib. "Dan lagi jumlah kekayaan Nyoto dibanding dengan pinjamannya masih lebih besar kekayaannya," ujarnya lagi. Ia memberi contoh: isi gudang CV Tunas Harapan yang di Kalimas dan Kertopaten, Surabaya, saja bernilai Rp 1,2 milyar. Belum lagi yang ada dalam gudang di bekas bangunan pabriknya di Demak Timur. Barang-barang itu berupa plywood dan suku cadang berbagai industri logam. Berapa jumlah pinjaman Nyoto juga masih beIum jelas. "Baru South East Asia Bank (SEAB) yang melakukan pengaduan. Tapi ketika kami tanya berapa pinjaman Nyoto ke bank itu, mereka belum bisa menjawab," kata Thalib. Menurut pengacara ini, belum ada dari 10 orang yang meminjamkan uang pada Nyoto yang menagih. jumlahnya sekitar Rp 1 milyar. Sebuah sumber menyebutkan, mereka ini telah diberi cek oleh CV Tunas Harapan -- dari SEAB sebagai jaminan pinjaman tersebut. Tunas Harapan memang hanya membuka rekening di bank ini. CV Tunas Harapan, sebagaimana dikatakan sebuah sumber TEMPO, merupakan bidang usaha Nyoto yang pertama. Bergerak di bidang ekspor-impor, Tunas Harapan memang tergolong perusahaan yang besar. Tapi Nyoto di sini hanyalah meneruskan usaha mertuanya. Di South East Asia Bank, Nyoto membuka 2 rekening, untuk Tunas Harapan dan untuk pribadinya. Hubungannya dengan SEAB memang dikenal sangat dekat. "Bahkan boleh dikata Nyotolah yang meramaikan bank itu di saat-saat pergaulannya," kata sebuah sumber yang dekat dengan Nyoto. Nyoto juga diketahui bergaul sangat akrab dengan Direktur Cabang SEAB Sucipto Hartono. Keduanya memang sama-sama bermarga Nyoo. Pada 1 Februari Nyoto, menurut suatu sumber, diketahui masih pergi bersama Sucipto. Nyoto hilang keesokan harinya. Dua hari sebelum hilang Nyoto masih menyetor uang sejumlah Rp 300 juta dan ini ada bukti setornya. Sumber yang sama menjelaskan, SEAB memang memberi kredit pada Tunas Harapan sebesar Rp 1 milyar -- tapi baru dicairkan kurang dari sepertiganya. Tunas Harapan juga pernah mencatat telah mengeluarkan cek tak bertanggal pada Sucipto pribadi yang nilainya sebesar kredit yang diberikan. Tapi Sucipto yang ditemui TEMPO di kantornya di Jalan Kembang Jepun Surabaya tak bersedia menjelaskan hubungannya dengan Tunas Harapan dan Nyoto. Dia juga tak mau menjawab tatkala ditanya mengenai cek SEAB yang ada di tangan relasi Nyoto atau pada dirinya sendiri. Begitu juga dia menolak menjelaskan apakah masih ada dana Tunas Harapan di bank itu. Omong Kosong "Saya tidak tahu menahu dengan Nyoto," ujar Sucipto. "Hubungan saya dengan dia biasa saja. Kalau ada yang bilang saya intim dengan dia, itu omong kosong," tambah Sucipto dengan logat Medan. Benarkah ia pada hari Minggu 1 Februari masih bersama Nyoto? "Tidak benar. Hari itu sehari penuh saya main golf di Lapangan Golf Achmad Yani," bantahnya. "Hubungan saya yang terakhir dengan dia hari Jumat 30 Januari. Itu pun hanya lewat telepon," katanya lagi. Pihak Lapangan Golf Yani yang dihubungi TEMPO menegaskan, pada hari Minggu 1 Februari itu Sucipto Hartono tidak muncul di situ. "Dari catatan, dia juga tidak terdaftar sebagai pemain yang main hari itu. Dan lagi sudah sekitar 3 bulan Pak Sucipto tidak pernah ke sini," kata Harsono, karyawan bagian Sekretariat Lapangan Golf Yani yang bertugas hari itu, serta mengaku kenal betul dengan Sucipto. Sucipto dengan SEAB cabang Surabaya kini memang sedang mendapat sorotan dalam hubungannya dengan Nyoto. Menurut suatu sumber TEMPO yang lain, dua hari setelah Nyoto hilang Sucipto datang ke kantor PT Sinar Surya Metal Works, sebuah perusahaan penanaman modal asing di mana Nyoto menjadi Direktur Utama. Kabarnya Sucipto waktu itu telah mengambil sejumlah berkas seperti sertifikat saham. Sinar Surya Metal Works sekarang masih terus berproduksi, dengan mengurangi produksi lampu tekan (petromak) dan menggantinya dengan kompor. Direktur Utama perusahaan ini untuk sementara dijabat Hasan Mursalim, nonpri dari Palembang yang selama ini menjabat Direktur Produksi. "Sinar Surya tidak bisa dikatakan bangkrut sebab asset (kekayaannya) masih 2 kali lipat lebih dibanding pinjamannya," ujar Abdullah Thalib yang juga menjadi pengacara Sinar Surya (SS). Menurut dia jumlah pinjaman SS hanya sebesar Rp 2,5 milyar sedang nilai asset Rp 6,5 milyar. Dua pemegang saham SS dari Hongkong Sabtu lalu datang ke Surabaya. "Kami sudah memutuskan untuk jalan terus," ujar Thalib. Negosiasi telah dilakukan untuk menyelesaikan utang SS sebesar US$ 500.000 pada Bangkok Bank dan Rp 750 juta pada lembaga keuangan Ficor Invest. Perundingan yang masih dilakukan adalah mengenai pinjaman pada Interpacific, Chartered Bank dan Bank Central Asia. "Yang kami ingini adalah agar mereka memberikan kelonggaran untuk membebaskan bunga selama 6 bulan ini. Setelah itu semuanya pasti beres," ujar Thalib. Pihak SS juga membantah berita bahwa neraca yang pernah diajukan ke Bappepam fiktif. "Itu menghina kami dan Menteri Keuangan," kata Ho Liang, salah satu direktur SS. Menurut dia neraca itu dibuat oleh suatu konsultan independen. "Perusahaan ini bukan tempatnya maling," tambah Ho Liang. Tapi di mana Nyoto Tombeng?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus