Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Pabrik Bata di Purwakarta Ditutup, Ini Komentar dari Jokowi hingga Pj. Gubernur Jabar

Presiden Jokowi menilai tutupnya pabrik sepatu Bata karena pertimbangan efisiensi dan tidak menggambarkan kondisi perekonomian Indonesia.

7 Mei 2024 | 17.31 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bata menutup pabrik sepatunya di Purwakarta, Jawa Barat, diduga karena kalah bersaing. Akibat penutupan ini, 223 karyawan di-PHK.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Presiden Jokowi menilai tutupnya pabrik sepatu Bata ini karena pertimbangan perusahaan yang harus melakukan efisiensi atau kalah bersaing dengan produk baru.

"Kalau masalah ada pabrik yang tutup, sebuah usaha itu naik turun karena kondisi, karena mungkin efisiensi, karena kalah bersaing dengan barang-barang baru. Banyak hal," kata Jokowi saat ditemui usai meresmikan IDTH di Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT) Tapos, Depok, Jawa Barat, Selasa, 7 Mei 2024.

Di sisi lain, Jokowi menekankan bahwa tutupnya pabrik perusahaan dalam negeri bernama PT Sepatu Bata Tbk itu tidak menggambarkan kondisi perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

Hal itu karena Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,11 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada triwulan I-2024.

Presiden pun menilai pertumbuhan ekonomi nasional 5,11 persen menumbuhkan optimisme di tengah resesi global yang terjadi saat ini.

"Tapi yang jelas secara makro, perkembangan ekonomi kita sangat baik 5,11 (persen)," katanya.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan penutupan pabrik sepatu milik PT Sepatu Bata Tbk adalah upaya perusahaan untuk melakukan transformasi bisnis, sehingga perseroan dapat kembali sehat dan efisien.

"Mereka sedang melakukan transformasi bisnis dan menyesuaikan kegiatan bisnisnya agar lebih efisien. Kita ketahui bersama mereka telah menjual aset dalam rangka menjadikan perusahaan kembali sehat dan efisien," katanya.

PT Sepatu Bata Tbk (BATA) mendirikan pabrik di Purwakarta sejak 1994 dan resmi ditutup per 30 April 2024.

Penghentian produksi pabrik sepatu yang berlokasi di Jalan Raya Cibening, Kecamatan Bungursari, Purwakarta itu telah diumumkan melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia pada 2 Mei 2024.

Director and Corporate Secretary BATA Hatta Tutuko dalam keterangannya kepada BEI pada 2 Mei 2024 menjelaskan alasan dari penutupan pabrik di Purwakarta karena perusahaan tak mampu lagi melanjutkan produksi di pabrik sepatu Purwakarta.

Hatta menjelaskan permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di pabrik juga terus menurun dan kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Indonesia, sehingga pabrik pun terpaksa ditutup.

"Sepatu Bata Tbk telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi dan perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat," kata Hatta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kenangan Tersendiri

Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin mengaku memiliki kenangan tersendiri dengan produk alas kaki dari merek legendaris Bata.

"Saya punya kenangan, tiap saya beli sandal dulu, sebelum di Jawa Barat (jadi Pj Gubernur) saya beli sandal kulit di Bata. Itu karena harganya juga relatif murah," kata Bey di Gedung Sate Bandung, Senin.

Atas tutupnya pabrik Bata yang ada di Purwakarta, Jawa Barat, Bey mengaku menyayangkan hal tersebut, namun dia bisa mengerti dengan keadaan yang dialami oleh alas kaki yang didirikan pengusaha Ceko-Kanada, Tomas Jan Bata, yang mengalami kerugian empat tahun berturut-turut.

"Bata itu dalam pernyataan resminya, sudah empat tahun berturut-turut mengalami kerugian sehingga mereka menghentikan usahanya, dan akan menyelesaikan kewajiban kepada karyawan sesuai dengan aturan yang berlaku," ujar Bey.

Dia mengharapkan hal tersebut menjadi pelajaran bagi semua pihak khususnya pengusaha, dalam menyikapi perkembangan dunia yang sangat cepat sehingga dibutuhkan inovasi.

"Inovasi adalah kata kunci, intinya kita harus selalu ada inovasi jangan terbuai dengan nama besar. Bata dulu sangat dikenal di mana-mana. Sudah banyak pengalaman, entah BlackBerry entah apapun. Jadi bagaimana Korea bisa maju, karena inovasinya di bidang elektronik," ucap Bey.

Lebih lanjut, dia mengungkapkan bahwa penutupan itu berdampak pada sedikitnya 223 karyawan mengalami pemutusan hubungan kerja, namun Bata sendiri telah proaktif berkomunikasi dengan Dinas Tenaga Kerja Jawa Barat dan Kabupaten Purwakarta, serta menyatakan akan memenuhi hak-hak para pekerja.

Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) memaparkan berbagai tekanan yang dialami industri alas kaki tahun ini pasca pandemi yang menurunkan daya beli. Direktur Eksekutif Aprisindo, Firman Bakrie, mengatakan keadaan ekonomi berpengaruh pada ketahanan bisnis.

“Perekonomian masyarakat merosot karena inflasi, dalam keadaan ini kami harus bersaing dengan kebutuhan pokok,” kata dia kepada Tempo, 5 Mei 2024. 

Tahun ini, inflasi pangan cukup memukul perekonomian. Akhirnya industri melakukan langkah efisiensi agar harga produk tidak naik dan berdaya saing. Seperti berkompetisi ketat dalam hal bahan baku, kualitas, inovasi model dan tren, hingga efisiensi tenaga kerja. 

Selain itu, ia mengatakan, bahan baku masih menjadi tantangan pebisnis khususnya setelah adanya aturan pengetatan impor. Sebagian besar bahan baku industri sepatu masih menggunakan tekstil, dan aturan membuat birokrasi jadi tambah panjang dan mahal. Karena itu ia berharap Pemerintah memberikan kemudahan khususnya bagi industri manufaktur yang padat modal.

ANTARA | ILONA ESTHERINA

Yudono Yanuar

Yudono Yanuar

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus