Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MANAJEMEN PT Pan Indonesia Bank Ltd. (Panin Bank) kini memiliki
kebanggaan baru. Badan Pelaksana Pasar Modal telah mengizinkan
bank devisa swasta terkemuka itu menjual 12,5% sahamnya ke
masyarakat (go public). "Kami kini atu tingkat di atas bank
devisa swasta yang lain," kata Mu'min Ali Gunawan Wakil Direktur
Utama Panin.
Dari lantai 8 Gedung Panin, markas besar bank itu di Jl.
Jenderal Sudirman, Jakarta, Ali Gunawan mengaku selalu
berkeinginan "berada di depan dan jadi pelopor". Kendati baru
sekarang dilakukan adalah Panin, sebagai bank devisa swasta
pertama, yang berani menjual 1.637.500 sahamnya dengan harga Rp
3.475 per saham 15-27 November mendatang. "Bagi kami ini bukan
merupakan ekspansi atau usaha memperkuat modal. Ini lebih
merupakan suatu promosi," ujar Ali Gunawan.
Panin sendiri muncul dari peleburan dan penggabungan usaha
pertama di Indonesia antara Bank Industri dan Daang Indonesia,
Bank Kemakmuran, dan Bank Industri Djaya Indonesia pada 1971.
Tahun berikutnya bergabung pula Bank Abadi Jaya, hingga Harta,
Pembangunan Ekonomi, dan Pembangunan Sulawesi.
Sesudah 1979 melakukan konsolidasi ke dalam, Panin nampak maju
pesat. Tahun 1980 laba bersihnya Rp 1.256 juta, tahun lalu Rp
2.33 juta, dan tahun ini (30 Juni) Rp 2.187 ju. Dan akhir
tahun ini, laba Bank itu sebelum pajak diharapkan akan mencapai
sekitar Rp 8 milyar. "Tahun depan laba sebelum pajak kami
proyeksikan antara Rp 12-16 milyar," ujar Ali Gunawan.
Kemampuan Panin membuat laba besar telah menempatkannya sebagai
bank devisa swasta Indonesia paling aras dalam mengumpulkan
keuntungan. Tahun lalu laba sebelum pajak Panin Rp 4.163 juta
dengan kekayaan (assets) Rp 149 milyar. Bank Central Asia,
misalnya, mencatat laba sebelum pajak Rp 2.487 juta, dengan
kekayaan lebih besar: Rp 176 milyar. Panin, kata Ali Gunawan,
tak ingin menjadi raksasa dalam menghimpun kekayaan. "Kami hanya
ingin yang terbaik tanpa perlu menjadi yang terbesar," katanya.
Tapi diam-diam Panin sudah punya 20 cabang di 8 provinsi, 5 di
antaranya sebagai bank devisa, dan punya jaringan koresponden
dengan 100 bank dalam dan luar negeri. Kepercayaan masyarakat,
dan kerapian manajemen bank itu, menyebabkan Panin dengan
gampang menyedot dana dari masyarakat. Dari rekening giro,
deposito, tabungan dan kewajiban lain, Panin berhasil menghimpun
dana Rp 121 milyar hingga Juni tahun ini yang terbesar dana
deposito (Rp 60,5 milyar).
Dari rekening koran, yang sebelumnya merupakan sumber dana
utama, Panin hanya menyedot Rp 47,8 milyar. Perubahan
perimbangan itu, menurut Ali Gunawan, dianggap cukup sehat.
"Rekening koran itu merupakan dana murah yang hanya singgah
bermalam," katanya. "Tengah malam, pemilik rekening bisa saja
bikin transaksi, dan esoknya ketika clearing dananya ditarik."
Dan jika hal itu terjadi besar-besaran bank tentu saja bisa
guncang. "Jadi bank bisa dikatakan sehat jika sebagian besar
dananya berasal dari deposito yang waktunya bisa diatur," tambah
Ali Gunawan.
Kendati demikian, menurut Fuady Mourad, Direktur Administrasi
Panin, setiap tahunnya pemegang rekening koran bertambah sekitar
20%. Yang aktif tercatat 10 ribu nasabah, sedang pemegang
deposito aktif cuma 7 ribu orang. "Kami memang belum seagresif
bank asing dalam menghimpun dana," kata Mourad. "Yang kami
lakukan adalab praktek perbankan pada umumnya, calon nasabah
datang, dan kami menerima dananya."
Besarkah kreditnya? Jumlah kredit yang disalurkan Panin per
Juni 1982) Rp 76 milyar, yang terbesar diserap sektor
perdagangan dan industri sebanyak Rp 52 milyar. Bunga yang
diberikan nasabah 18-24% setahun. "Sebetulnya kami tidak begitu
tertarik untuk membiayai sektor industri," kata Ali Gunawan.
Karena itulah untuk tahun-tahun mendatang "kami lebih tertarik
memberikan kredit ke sektor perdagangan dan jasa."
Kekuatan Panin menarik nasabah mungkin terletak pada nama baik,
dan relasi yang dimiliki direksi. Ali Gunawan d/h Lie Mo Ming,
45 tahun, yang mula-mula berusaha di perkapalan, sudah sejak
1965 sesungguhnya menekuni perbankan. Sebagai pemegang saham di
Panin (kini 4,5% atau 600 ribu lembar), dia mencurahkan waktu
rata-rata 10 jam untuk kepentingan bank itu. Di direksi hank itu
duduk pula saudara kandungnya: Gunadi Gunawan (4,5%), dan
Muljadi Kusumo (1,5%). Selain di Panin ketiganya juga pemegang
saham di Maligi Spinning Mills, Panintex, dan Panin
International Finance Corp., Hongkong.
"Saya senang sekali melihat Panin go public, itu berarti bank
tersebut sudah berani mengubah sistem, dan berani dibedah," kata
Direktur Utama Bank Central Asia Mochtar Ryadi. Secara khusus ia
hadir dalam hearing terakhir Panin di Bapepam pekan lalu? dan
menangguhkan sejumlah janji. Adalah Mochtar, kakak ipar Ali
Gunawan, yang turut merintis dan membesarkan Panin sebelum dia
pada 1975 mengundurkan diri dari bank itu. "Kami akan menjajaki
untuk go public tahun depan, mengikuti jejak Panin," kata
Mochtar merendah. Dan untuk itu BCA, bank devisa yang memiliki
kekayaan paling besar di Indonesia -- sekitar Rp 300 milyar per
September tahun ini -- sudah bersiap-siap sejak dua tahun lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo