Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyadari masih adanya pasien Covid-19 yang ditolak oleh rumah sakit. Penyebabnya karena rumah sakit baru mengalokasikan 10-15 persen tempat tidur mereka untuk ruang isolasi Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di saat yang bersamaan, masih ada tempat tidur untuk pasien non-Covid-19 yang kosong. Itu sebabnya, Bed Occupancy Ratio (BOR) alias tingkat keterisian tempat tidur di RS rendah, tapi BOR Covid-19-nya tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sehingga menolak pasien Covid," kata Budi dalam rapat bersama Komisi Kesehatan DPR di Jakarta, Senin, 15 Maret 2021.
Sebelumnya, ada koalisi masyarakat LaporCovid-19 yang menerima 34 aduan dari pasien yang ditolak oleh RS sejak akhir Desember 2020 sampai 21 Januari 2021. Padahal sejak 11 Januari 2021, Budi sudah meminta RS menaikkan kapasitas ruang khusus Covid-19 menjadi 30-40 persen.
Tapi setelah adanya permintaan ini, Budi menyebut kapasitas tersebut sudah mulai meningkat. RS mulai mengkonversi tempat tidur biasa menjadi tempat tidur isolasi Covid-19.
Pada 11 Januari 2021, ada 62 ribu tempat tidur isolasi Covid-19. Terbanyak di RSUD sebesar 26.930 dan RS swasta 26.859. Sementara pada 1 Maret 2021, kedua pemilik tempat tidur terbanyak ini sudah menaikkan kapasitasnya, masing-masing 29.504 dan 30.514.
Konversi tempat tidur ini juga sudah dilakukan di RS vertikal di bawah Kementerian Kesehatan. Pada 11 Januari 2021, baru ada 2000 tempat tidur pasien Covid-19. Tapi pada 1 Maret 2021, jumlahnya sudah mencapai 4.400, dari total 15 ribu tempat tidur di semua RS milik Kementerian Kesehatan.