Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita, mengatakan tengah mengawasi komitmen kerja sama penyerapan ayam ras (livebird) peternak rakyat atau mandiri oleh perusahaan mitra. Menurut dia, hingga saat ini, jumlah ayam yang sudah dibeli oleh perusahaan mitra baru 613.870 ekor atau sekitar 14,9 persen dari komitmen yang disepakati sebanyak 4.119.000 ekor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami mengimbau perusahaan pembibitan ayam ras dan perusahaan pakan ternak yang telah membeli livebird agar merealisasi komitmennya," kata dia, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Data Kementerian Pertanian menyebutkan pembelian livebird di Jawa Barat mencapai 312.024 ekor, Banten 18.695 ekor, Jawa Tengah 181.585 ekor, Yogyakarta 6.847 ekor, Jawa Timur 79.487 ekor, dan Sumatera Utara 15.232 ekor. Menurut Ketut, ada enam mitra peternak yang sudah merealisasi komitmen di atas 50 persen. "Ada empat perusahaan yang telah melebihi target, yakni PT Expravet, PT Intertama Trikencana Bersinar, PT Ayam Manggis, dan CV Surya Inti Pratama," ujar dia.
Beberapa perusahaan lain yang berkomitmen akan membeli ayam peternak adalah PT De Heus sebanyak 1 juta ekor livebird peternak mandiri, meski belum memiliki rumah potong hewan unggas (RPHU) dan rantai dingin (cold storage). PT Karya Indah Pertiwi juga berkomitmen membeli livebird peternak mandiri sebanyak 50 ribu ekor dengan harga Rp 15 ribu per kilogram.
Harga ayam di tingkat peternak sampai saat ini masih berada di titik rendah, bahkan sempat menyentuh Rp 8.000 per kilogram. Menurut Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan), Sugeng Wahyudi, meskipun harga ayam berangsur naik, peternak masih merugi. Saat ini, kata dia, harga ayam peternak sekitar Rp 15.500 per kilogram. Sedangkan harga pokok produksi Rp 16.500 per kilogram. "Belum bisa menutup biaya produksi kami," tutur Sugeng.
Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Indonesia (Pinsar) Jawa Tengah, Parjuni, mengatakan harga ayam belum pulih. Padahal peternak sudah mengurangi sekitar 40-50 persen populasi ternaknya. Penyerapan ayam peternak oleh perusahaan swasta dan perusahaan badan usaha milik negara juga dinilai tidak benar-benar membantu.
Direktur Utama PT Berdikari (Persero) Harry Warganegara mengatakan pemerintah menjalankan program pembelian 12 juta ekor ayam dari peternak mandiri yang akan diberikan kepada BUMN dan menyiapkan Rp 450 miliar sebagai stimulus. Harry mengusulkan stimulus tersebut diberikan kepada Kementerian Sosial supaya ayam beku atau karkas bisa masuk paket bantuan sosial. "Sambil menunggu program ini berjalan, Berdikari menginisiasi pembelian 500 ribu ekor livebird dari modal sendiri sesuai dengan kemampuan perusahaan," ujar dia.
Harry mengakui penyerapan belum maksimal karena kapasitas cold storage yang menumpuk. Dia berniat menambah jumlah pembelian ayam peternak mandiri bekerja sama dengan RPHU yang memiliki pendingin.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Suhanto. mengatakan selama 1,5 tahun terakhir harga ayam di peternak memang sudah terpuruk akibat kelebihan pasokan. Pandemi Covid-19 menyebabkan permintaan menurun hingga 50 persen. "Hotel, restoran, dan katering tutup. Masyarakat juga tidak menggelar kegiatan seperti pesta atau sejenisnya," ujar Suhanto.
Untuk mendongkrak harga ayam di tingkat peternak, pemerintah mendorong penyerapan oleh perusahaan swasta dan BUMN. Tapi perlu penyimpanan dengan kapasitas besar karena gudang yang ada sudah terisi 90 persen. Hal itu terjadi karena penumpukan stok ayam di peternak dan RPHU. HENDARTYO HANGGI | LARISSA HUDA
Pasokan Ayam Baru Terserap 14,9 Persen
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo