Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Pelemahan Rupiah dan Inflasi, BI Diminta Tahan Suku Bunga

LPEM FEB UI menilai Bank Indonesia kemungkinan tidak memiliki ruang untuk melakukan pemangkasan suku bunga ataupun kebijakan yang berisiko memberikan tekanan tambahan terhadap nilai tukar rupiah.

22 April 2025 | 22.21 WIB

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (tengah) berbincang dengan Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti (kedua kanan), para Deputi Gubernur Doni P Joewono (kedua kiri), Juda Agung (kanan), dan Aida S Budiman (kiri) sebelum menyampaikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu, 16 Oktober 2024. Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan BI atau BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 6 persen. ANTARA/Aprillio Akbar
Perbesar
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (tengah) berbincang dengan Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti (kedua kanan), para Deputi Gubernur Doni P Joewono (kedua kiri), Juda Agung (kanan), dan Aida S Budiman (kiri) sebelum menyampaikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu, 16 Oktober 2024. Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan BI atau BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 6 persen. ANTARA/Aprillio Akbar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom pada Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky menyarankan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur April 2025. Riefky menyebut BI akan mengambil kebijakan tersebut karena sedang dihadapkan dengan tekanan besar di sisi nilai tukar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Ia menilai Bank Indonesia kemungkinan tidak memiliki ruang untuk melakukan pemangkasan suku bunga ataupun kebijakan yang berisiko memberikan tekanan tambahan terhadap nilai tukar rupiah. Riefky menjelaskan bahwa di dalam negeri, data terkini memang menunjukkan bahwa inflasi masih berada di bawah rentang target BI.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Namun tekanan deflasi yang terjadi saat ini cenderung bersifat temporer pasca berakhirnya program subsidi tarif diskon listrik pada Februari lalu,” tulis Riefky dalam Laporan Seri Analisis Makroekonomi LPEM FEB UI, Selasa, 22 April 2025. 

Riefky memaparkan, Indonesia mencatatkan inflasi umum positif pertamanya di 2025 pada bulan Maret, yakni sebesar 1,03 persen secara tahunan. Inflasi umum itu meningkat dari -0,09 persen (year-on-year) di bulan sebelumnya. Menurut Riefky, kembalinya angka inflasi ke teritori positif sebagian besar merefleksikan berakhirnya diskon tarif listrik 50 persen yang berlangsung selama Januari hingga Februari 2025. 

Ia memproyeksikan inflasi akan meningkat secara perlahan seiring dengan berakhirnya berbagai skema subsidi tarif listrik dan angkutan udara untuk periode Idul Fitri.

“Peningkatan permintaan agregat dan mobilitas masyarakat menyusul berbagai hari raya keagamaan dan periode cuti bersama juga berpotensi memberikan tekanan inflasi,” ujar Riefky.

Di sisi lain, Riefky menilai tekanan terhadap rupiah juga masih akan berlanjut di beberapa bulan mendatang seiring berlanjutnya ketidakpastian global yang dipicu tensi perang dagang. Agresifnya eskalasi ‘tit-for-tat’ atau strategi saling membalas antara Amerika Serikat dan Cina, kata Riefky, semakin memperburuk ketidakpastian global. Sementara dalam 30 hari terakhir, akumulasi arus modal keluar dari Indonesia mencapai US$ 1,99 miliar dan depresiasi nilai tukar rupiah hingga 2,59 persen.

“Dengan kondisi ini, BI sebaiknya menahan suku bunga acuannya di 5,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur di April 2025,” tutur Riefky.

Selain itu, menurut Riefky, bank sentral ini juga perlu tetap menjaga fokusnya untuk upaya intervensi dalam menjaga stabilitas nilai tukar. Pada Rapat Dewan Gubernur 18-19 Maret lalu, BI memutuskan untuk menahan suku bunga patokan sebesar 5,75 persen. Suku bunga diputuskan tetap setelah sempat turun 25 basis poin pada awal Januari 2025.

Bank Indonesia juga mempertahankan suku bunga deposit facility di angka 5 persen dan suku bunga lending facility 6,5 persen. Keputusan itu sejalan dengan upaya menjaga perkiraan inflasi 2025 dan 2026 tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen.

Ervana Trikarinaputri

Lulusan program studi Sastra Inggris Universitas Padjadjaran pada 2022. Bergabung dengan Tempo sejak pertengahan 2024.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus