Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Pemerintah mendorong investasi di industri gula baru untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ataupun bahan baku industri. Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Kementerian Perindustrian, Supriadi, mengatakan minat investor cukup besar karena melihat pasarnya yang besar, terutama untuk kebutuhan industri makanan dan minuman. "Ada rencana investasi dari Taiwan Sugar Corporation dan Khaleej Sugar Refinery dari Uni Emirat Arab," kata dia, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Supriadi, investasi Taiwan Sugar Corporation masih harus menunggu persetujuan dari parlemen di negaranya. Sedangkan Khaleej Sugar Refinery menjajaki kerja sama dengan PT Kenos Cahaya Bangsa (KCB). ”Mereka masih penjajakan dan mencari lahan," ujarnya.
Dalam waktu dekat, Supriadi mengatakan, PT Pabrik Gula Muria Sumba Manis di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, juga segera beroperasi. Pabrik yang mulai dibangun pada 2018 itu memiliki kapasitas 10-12 ribu ton tebu per hari(TCD). "Pada April 2021 akan masuk fase commissioning (pengujian operasional)," kata dia.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Abdul Rochim, mengatakan setiap tahun kebutuhan gula nasional rata-rata sebesar 5,8 juta ton. Namun produksi hanya 2,7 ton. Dia mengatakan perlu pabrik gula baru untuk menutup kesenjangan tersebut. Dia menyebutkan, pada 2019-2020 telah berdiri empat pabrik gula baru dengan kapasitas 6.000 hingga 12 ribu TCD.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono, mengatakan dalam lima tahun terakhir ada 10 pabrik gula baru. Menurut dia, masih ada potensi pembangunan pabrik di luar Jawa. “Setidaknya perlu lima pabrik gula baru untuk memproduksi gula industri," tutur Kasdi.
Pemerintah secara bertahap akan melakukan pendekatan untuk mencapai target swasembada gula nasional. Untuk langkah selanjutnya, kata Kasdi, pemerintah tengah mengkaji perubahan 11 pabrik gula kristal rafinasi (GKR) menjadi pabrik gula berbasis tebu. Untuk itu, kata dia, rencana tersebut perlu didukung dengan perluasan kebun tebu dan infrastruktur lain.
Kasdi mengungkapkan, pabrik gula yang baru dibangun memiliki komitmen untuk memenuhi 20 persen dari bahan baku. Namun kenyataannya tidak demikian. Maka, untuk menghindari idle capacity, pabrik baru itu diperbolehkan mendatangkan gula kristal mentah (GKM) dari luar negeri untuk diolah menjadi gula kristal putih (GKP). "Mereka diberi waktu untuk di Jawa selama 5 tahun, luar Jawa 7 tahun. Kami berharap setelah ada itu, ada pabrik sesuai dengan kapasitas giling. Kalau tidak, akan sulit mencapai swasembada gula nasional.”
Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (AGI), Budi Hidayat, berujar penambahan pabrik baru selama beberapa tahun tidak sesuai dengan harapan karena tak diikuti dengan penambahan luas perkebunan tebu. Jika dibiarkan, Budi mengatakan, hal itu akan berdampak pada perusahaan yang tidak siap bersaing memperoleh bahan baku.
"Pabrik baru perlu dievaluasi, apakah mendorong produksi atau tidak. Ternyata sampai sekarang belum." ujar Budi.
LARISSA HUDA
11
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo