Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Pemerintah Dorong Investasi Bahan Baku Farmasi

Investasi industri bahan baku kimia dan farmasi sepi peminat.

10 Februari 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - Pemerintah berupaya mengejar investasi industri bahan baku farmasi untuk menekan ketergantungan impor yang mencapai 90 persen. Menurut Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian, Muhammad Khayam, demi menggenjot investasi, pemerintah menawarkan insentif pajak, seperti tax holiday, tax allowance, dan superdeductible tax.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kebutuhan dana yang sangat besar menyebabkan tidak begitu banyak investor di sektor ini," ujar Khayam kepada Tempo, kemarin. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Itu sebabnya, kata Khayam, industri farmasi merupakan salah satu sektor prioritas yang mendapat perhatian pemerintah. Menurut dia, pertumbuhan industri farmasi nasional mencapai 9,47 persen pada kuartal ketiga tahun lalu. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan pada kuartal ketiga 2018 yang mencapai 5,13 persen.

"Pada akhir 2019, kami optimistis kinerja ekspor akan mencapai US$ 600 juta atau lebih tinggi dibanding ekspor pada 2018 yang sebesar US$ 580 juta," tutur Khayam. 

Khayam berharap pembentukan usaha induk sektor farmasi oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara bisa mendorong lebih banyak riset bahan baku farmasi, sehingga dapat mewujudkan kemandirian industri farmasi. Bahan baku aromatik dari nafta untuk kepentingan farmasi akan didorong berproduksi di Indonesia.

Direktur Utama Kimia Farma, Verdi Budidarmo, mengatakan berbagai insentif yang ditawarkan pemerintah diharapkan mampu mendongkrak penelitian dan pengembangan industri bahan baku dalam negeri. "Kalau itu bisa terjadi, industri farmasi akan berkembang lebih baik," ujar Verdi.

Verdi menambahkan Indonesia seharusnya bisa memproduksi bahan baku sendiri. Apalagi, 50 persen bahan baku impor merupakan produk herbal. Karena itu, Kimia Farma telah melakukan penjajakan sejak empat tahun lalu. Setidaknya ada tiga calon investor yang mulai melirik investasi ataupun kerja sama pengembangan industri bahan baku, yaitu investor asal Cina, India, dan perguruan tinggi dalam negeri. Namun, kata dia, investasi tersebut belum terealisasi karena masih butuh studi kelayakan.

Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto juga berencana memaksimalkan kapasitas produksi obat herbal karena Indonesia memiliki keanekaragaman hayati melimpah yang bisa dijadikan bahan baku. Meski Indofarma sudah memiliki pabrik obat herbal sejak 2003, kapasitasnya masih belum optimal karena tingkat utilisasi masih 30 persen.

Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia Dorodjatun Sanusi menuturkan industri masih menanti aturan mengenai tingkat komponen dalam negeri. Menurut dia, aturan tersebut bisa mendorong pengembangan industri hulu farmasi di dalam negeri dan mengurangi ketergantungan bahan baku impor. "Kalau tidak ada kebijakan penggunaan hasil produksi dalam negeri, bagaimana orang mau ambil risiko investasi?" ujar Dorodjatun. 

Selain persoalan bahan baku, Dorodjatun menggarisbawahi masalah tunggakan pembayaran utang program Jaminan Kesehatan Nasional kepada distributor farmasi atau pedagang besar farmasi yang terus membengkak. Tunggakan ini, ujar Dorodjatun, telah menekan arus kas perusahaan farmasi. Tunggakan pemerintah itu mencapai Rp 6 triliun. Sayangnya, kata Dorodjatun, dana penerima bantuan iuran hanya 6 persen yang masuk untuk pembayaran obat. 

"Kami berharap setiap aliran dana dari pemerintah setidaknya 20 persen dialokasikan untuk pembayaran obat," kata dia. LARISSA HUDA


Pemerintah Dorong Investasi Bahan Baku Farmasi

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus